webnovel

Between Cat

Namanya Maydarika, seorang ailurophile yang memiliki dua ekor kucing kesayangan. Namun, hal tak terduga terjadi, ia harus merelakan kepergian salah satu kucingnya dengan berat hati. Di tengah kesedihan yang bergejolak, entah bagaimana awalnya, ayah May pun tiba-tiba menjodohkannya dengan anak lelaki yang merupakan anak teman sang ayah, bernama Galaksi Gandra Watristanto, yang ternyata seorang ailurofobia. Keduanya menolak mentah-mentah perjodohan tersebut, hingga akhirnya dipaksa untuk menjalani pernikahan kontrak. Bagaimana kehidupan May dan Galaksi setelah melakukan pernikahan kontrak tersebut? Bagaimana pula jika kakak dari Galaksi malah menyukai istri sang adik lantaran sesama Ailurophile? Mari simak ceritanya agar tak mati penasaran. *** Note: -ailurophile (pecinta kucing) -ailurofobia (takut pada kucing). (Akan ada beberap scene mengandung usur 17+. Bijaklah dalam membaca)

Jiya_Uyee · Urban
Not enough ratings
260 Chs

Penyelesaian

"Bukan, Pa!" bantah May. "Tadi pas Galak-si pergi ke kampus May sibuk bersih-bersih rumah. Karena banyak kena debu, jadinya gini," jawab May sembari menunduk.

"Duh, udah ditetesin obat mata belum?"

"Tadi, May lupa beli, Pa."

Jedi melirik ke arah Galaksi yang diam. "Galak, kamu sekarang pergi beli obat. Memangnya kamu nggak kasihan lihat mata istrimu merah gitu!"

"I-iya, Pa." Galaksi menyambar kunci mobil yang ada di atas meja lalu bergegas pergi. Sejujurnya ia hendak protes karena sang ayah memanggil namanya seperti May yang juga memanggil dengan kata "galak", tapi situasi sedang tidak mendukung untuk melakukan aksi protes.

Sepanjang Galaksi pergi, Jedi banyak bertanya tentang sikap Galaksi pada sang menantu. Ia cemas jika menantunya menjadi korban kekerasan dari Galaksi, jika itu terjadi, maka ia akan memasang CCTV di setiap ruangan. Namun, jika Galaksi bisa bersikap baik, niatnya itu akan ia urungkan.

May sendiri lebih bercerita soal Galaksi yang takut pada Kimnar. Bahkan sampai tak berani bergerak karena ada Kimnar yang tiduran di sampingnya.

Jedi pun menceritakan alasan Galaksi takut dengan kucing, tentang bagaimana dulu Arche yang suka menjaili Galaksi dengan kucing kesayangannya. Hingga Galaksi sampai tak mau pulang dari rumah temannya.

Pantas saja jika antara suami dan kakak iparnya jarang terlihat sebuah kerukunan, rupanya memang dari kecil kakak iparnya itu sudah menjadi biang rusuh.

May sendiri sudah melihat koleksi foto Arche ketika kecil hingga besar dengan kucing yang berbeda-beda karena kucing lama Arche sudah meninggal, dan ia juga sempat mendengar lelaki itu untuk menggoda adiknya menggunakan kucing-kucingnya yang terlatih.

Saat Galaksi tiba, Jedi berpamitan untuk pulang, tapi ia sempat berpesan untuk menjaga May dengan baik-baik. Lelaki yang sudah berumur 40-an itu akan memberi hukuman pada Galaksi jika terjdi hal buruk pada May. Tak lupa, es krim yang tinggal setengah tadi dibawa pulang oleh Jedi.

Tangan lelaki berkulit sawo matang itu terulur ke arah May, "Nih, dipake obatnya!"

Dengan kesal May mengabil secara asal. "Aku kan nggak sakit mata," ucapnya lalu berlalu ke kamar.

Ia meletakkan obat tetes mata itu ke dalam laci. Lalu mengambil dompet yang berisi kartu kredit milik Galaksi. Ketika May berbalik, nayris saja menubruk Galaksi yang entah sejak kapan di belakangnya.

Mata mereka sejenak bertemu, sebelum akhirnya May membanting pandangan ke arah plastik yang dipegang Galaksi. Namun, malah Galaksi yang lebih dahulu buka suara.

"Itu, kenapa kartu kreditnya? Eror?"

Merasa terlalu dekat dengan Galaksi, May memundurkan tubunya satu langkah. Ia menggeleng pelan, lalu menunduk karena malu. "Aku nggak tahu cara makenya," ucapnya pelan.

Galaksi hendak tertawa karena kepolosan May, namun urung karena melihat reaksi May yang langsung menutup telinga. Setengah hatinya merasa kasihan.

"Ya, udah. Besok kan gue libur, mau gue ajarin cara makenya? Bukannya apa, tapi gue bisa kena marah Papa kalau sampe nggak ngajarin lo hal sepele ginian."

"Kenapa nggak sekarang kalau katamu cuma sepele?" tanya May dengan pandangan tetap menunduk.

"Karena ada yang mau gue omongin sekarang." Galaksi membuka isi plastik yang sedari tadi ia pegang. "Gue tahu lo suka sama es krimnya, makanya gue beli lagi," ucapnya seraya memberikan es krim itu pada May.

May tak mampu menyembunyikan rona bahagianya. Senyum di bibirnya pun langsung ia kembangkan saat itu juga.

"Dan lo juga boleh nyuapi gue!"

Seketika senyum di bibir May langsung hilang, digantikan dengan kedutan rasa kesal yang menjalar di wajahanya. "Nggak mau!" ucap May lalu melewati Galaksi begitu saja. Namun saat sampai di depan pintu kamar ia membalikkan badan seraya menghentikkan langkah kakinya. "Makasih es krimnya!" setelahnya ia melanjutkan langkah kaki yang sempat tertunda.

Galaksi sendiri malah terkekeh dengan ucapan yang ia ucapkan, setelah dipikir-pikir, mungkin May juga geli mendengar penuturan semacam itu. Tapi ia tetap mengikuti perempuan yang kini tinggal satu atap dengannya karena ada sesuatu yang harus ia ketahui.

Ia duduk di kursi yang ada di depan May. Membuat perempuan yang baru saja menyendokkan es krim ke mulut lantas mendongak.

"Kamu tadi nangis di kamar waktu aku pulang, kan?" tanya Galaksi to the point dengan nada lembut. Ia melakukan ini hanya untuk menuntaskan rasa penasarannya. Jangan sampai ia gagal berperan menjadi suami yang baik.

May menunduk, pegangannya pada sendok es krim semakin menguat. Mood yang tadi sempat berpelangi mendadak menjadi awan gelap pembawa hujan. Pikiran bimbang antara ingin cerita atau memilih diam sedang berperang di dalam otaknya.

"Pasti ada sesuatu. Kamu biasanya nggak sesensitif, tadi. Kalau aku marah, biasanya kamu malah ikutan marah juga," ucap Galaksi sembari mengingat kejadian tadi.

Mendung yang sudah tak kuat lagi menahan titik-titik air akhirnya menumpahkan hujannya, bersamaan dengan air mata May yang mulai mengalir dari sudut matanya. Pikiran yang sempat berperang akhirnya berhasil dimenangkan oleh si Bercerita.

May mengelurkan sebuah undangan dari bawah meja makan. "Tadi ada yang memberi ini saat aku sedang menanam bunga di halaman. Dia mengira aku pembantu di rumah ini, dan aku mengatakan bukan. Lalu dia mengira bahwa aku tukang kebun," jeda karena May mulai menangis dengan suara.

"Terus aku tadi ada minta bunga sama tetangga kita, mereka emang ngasih. Tapi aku mendengar beberapa dari mereka yang menggosipkan aku. Katanya aku nggak pantes jadi istrimu, aku terlalu jelek dan dekil untuk bersanding sama kamu." May mengusap air matanya yang terus mengalir disepanjang pipinya. "Aku tahu ini hanya pernikahan kontrak, tapi kata-kata menyakitkan itu ... sangat melukai hatiku."

"Terus, waktu aku nawarin kamu es krim, kamu malah ngebentak aku. Segitu jeleknya ya aku di mata orang-orang," pungkas May sembari menangis tersedu-sedu, wajahnya ia tutup dengan kedua telapak tangannya karena malu. Malu harus menangis di depan orang lain.

Ia berusaha untuk baik-baik saja, tapi timing yang tak pas membuatnya harus menjadi perempuan yang melow dan cengeng.

Entah keberanian dari mana, Galaksi menarik tangan May untuk lepas dari wajah perempuan itu. Ia mengusap air mata May menggunakan jemarinya.

"Sudah. Jangan menangis lagi. Aku minta maaf kalau aku sempat ngebentak kamu, tapi karena aku kelelahan aja. Kalau soal tetangga dan orang lain yang menganggap kamu jelek dan nggak pantes sama aku, kamu cukup abaikan mereka." Tangan Galaksi berpindah menggenggam jemari May. "Biarkan saja mereka ingin berkata apa tentangmu, asal kamu diami, mereka akan lelah dan akhirnya berhenti. Tapi, kalau kamu mau berontak juga nggak papa, tunjukin aja kalau bisa mematahkan kata-kata hinaan dari mereka," pungkas Galaksi lalu tersenyum tulus.

May hanya mengangguk, susah payah ia menetrakan sesenggukan yang masih menguasainya. Mendengar penuturan seorang Galaksi, ia masih tak percaya jika yang berbicara barusan memang betul-betul lelaki yang kerap ia panggil Galak.

Tangan May menyendok es krim kembali. "Mau es krim?" tawarnya seraya mendekatkan sendok itu ke arah Galaksi.

Lelaki berlesung pipi itu mengangguk, membuat perempuan yang dihadapannya mendekatkan sendok ke mulut Galaksi yang terbuka.

Hap!

Galaksi menikmati sensasi dingin di mulutnya karena es krim yang mulai meleleh di mulutnya.

Selanjutnya mereka berdua mengahabiskan sekotak es krim itu berdua dengan May yang menyupi es krim secara bergantian, diselingi obrolan ringan. Galaksi jadi tahu jika es krim dapat membuat mood May cepat membaik, seakan semua yang terjadi hanya ilusi semata.