webnovel

Kacau

Kringg Kringg Kringg

Suara jam beker berbunyi sangat nyaring membuat tidur nyenyak Rania terganggu. Perlahan tangannya keluar dari balik selimut dan mematikan alarm kemudian kembali melanjutkan tidur pulasnya. Namun walau begitu, ia tetap harus bangun agar tidak tertinggal angkot yang lebih pagi.

Seperti biasa, sebelum berangkat Rania dan keluarga selalu menyempatkan untuk sarapan bersama karena sang bunda sangat rajin bangun pagi dan tak pernah lupa membuatkan sarapan untuk anak-anaknya memulai aktivitas.

Rania duduk diantara Randy dan Renzy. Tak lama setelah itu, ayah dan ibunya datang menyusul.

"Kak, pacar lo anak motor kan? Kapan dia ke sini? " tanya Renzy sambil menyuapkan sesendok nasi goreng ke mulutnya.

Semenjak Ali menjemputnya tempo hari, semua anggota keluarganya mengetahui hubungannya dengan Ali. Ibu dan kakaknya selalu mendukungnya selagi itu tidak menganggu sekolahnya sementara sang ayah beberapa kali memarahi Rania agar segera putus dari Ali.

"kenapa emang? " tanya Rania malas

"gue pengen nanya motor-motor yang bagus sama dia. Dia kan anak motor, pasti dia lebih tahu rekomendasi motor paling keren dan bagus"

"emang ngapain lo nanya-nanya motor, mau beli motor lo? " tanya Randy

"iyalah" jawab Renzy dengan pedenya.

Rania dan Randy pun langsung melihat ke arah ayahnya karena kaget dan tak percaya akan ucapan Renzy tersebut.

"ayah mau beliin dia motor, Yah? Bukannya gak boleh kan? " tanya Rania

"iya, Yah. Renzy kan masih kecil, Yah" sambung Randy

"ayah bakalan beliin Renzy motor kalau dia bisa raih peringkat satu di sekolah " jawab sang ayah tegas

Renzy memang cukup pintar di sekolahnya. Dia bahkan pernah menjadi juara matematika. Jadi tak heran jika ayah mereka sangat memanjakannya. Namun Randy dan Rania juga tak kalah pintar, mungkin karena keturunan sang ayah yang merupakan kepala sekolah di sekolah terkenal.

Rania melihat Renzy yang tertawa puas ke arahnya dan Randy.

"Rania? " panggil ayahnya

"iya ayah? "

"Anak berandal itu jemput kamu hari ini? " tanya sang ayah

"dia punya nama, Yah" ucap Rania dengan nada pelan karena merasa ayahnya benar-benar tak menyukai Ali.

"ya terserah kamu lah, dia punya nama atau enggak, ayah gak mau tahu" ucap Natta tak peduli

"enggak. Kenapa emang, Yah? " tanya Rania

"kalau gitu, biar Rafly yang jemput kamu kesini"

Setelah ayahnya mengetahui hubungan Rania dengan Ali, ia menjadi lebih sering memuji Rafly. Dan bahkan selalu membahas tentang Rafly saat bersamanya.

Rania langsung melebarkan matanya kaget.

"enggak usah ayah" jawab Rania malas

Karena nafsu makannya sudah hilang, Rania pun memutuskan untuk segera berangkat dan tak lupa menyalami kedua orang tuanya.

"ayah kenapa sih ngomong kayak gitu di depan Rania? " ucap Dewi, sang bunda, karena khawatir terhadap mental anaknya.

"karena ayah gak suka lihat dia sama anak berandalan itu"

"Tapi Rania sudah cukup dewasa Yah. Dan menurut bunda dia juga anak yang baik, dia selalu menjaga Rania, Yah" elak Dewi

"Iya Yah. Lagian Rania selama ini selalu nurutin perkataan ayah kan. Ikut les, masuk osis, belajar. Dia gak pernah lupa itu. Biarin dia menikmati masa remajanya yah" sambung Randy

"anak geng motor itu gak ada yang baik. Mereka cuma bisa kebut-kebutan, bikin rusuh, tawuran, dan ngumpul-ngumpul gak jelas. Mau dibawa kemana masa depan Rania jika mempunyai lelaki seperti itu" jawab Ayah

"iya ayah bener tuh, anak geng motor emang suka bikin rusuh" ucap Renzy menyetujui

Randy langsung melotot ke arah Renzy.

"terus ngapain lo beli motor kalau bukan mau kebut-kebutan juga? " tanya Randy

"yey, gue beli motor bukan buat kebut-kebutan tapi buat gaya-gayaan" jawab Renzy

"dasar caper"

Sementara di sisi lain, Rania sedan berada di angkot dengan perasaan kesalnya. Ia pun membuka ponsel nya dan berniat mwnghubungi Ali.

-Rania-

Al, lo dimana sekarang?

Udah berangkat?

(send)

-💖💖-

Nungguin lo

-Rania-

Nungguin gue?

Lo dimana?

(send)

-💖💖-

Di jalan

Lo di angkot kan?

Angkot mana?

-Rania-

Lo di jalan mana?

(send)

Tak lama setelah membaca pesan itu, Rania melihat motor hitam Ali di pinggir jalan, tak jauh dari sana, sosok lelaki berjaket biru tua itu sedang berdiri sambil sibuk dengan ponselnya. Dengan segera Rania menyuruh supir untuk berhenti.

Ali yang melihat angkot yang berhenti kemudian muncul Rania setelahnya, ia langsung menghampirinya. Namun, Ali melihat ada hal yang berbeda di wajah Rania. Walaupun saat ini Rania tersenyum padanya, tapi tetap saja raut wajah tidak bisa dibohongi.

"katanya gak akan jemput? Kok nungguin gue?" tanya Rania walaupun ia juga sebenarnya sangat senang.

Bukannya menjawab, Ali malah mencari sesuatu di dalam saku jaketnya. Kemudian, ia mengeluarkan sebuah permen yang harganya 500 an kalau di warung-warung.

"nihh buat lo" ucap Ali sambil memberikan permen rasa jeruk

Rania yang bingung dengan pemberian Ali hanya bisa menerimanya dengan pasrah.

"ini buat apaan? " tanya Rania

"buat lo makanlah"

"kok aneh sih" ucap Rania sambil melihat dengan aneh permen yang Ali beri.

"aneh apa nya sih? Ini tuh namanya permen. Masa lo udah lupa, bentukan gini tuh namanya masih tetep sama, yaitu PERMEN " ejek Ali

"ish" Rania memukul bahu Ali sementara Ali langsung tertawa menanggapinya.

Karena tak bisa berlama-lama, Ali pun segera mengajak Rania berangkat ke sekolah karena hari sudah semakin siang.

Di perjalanan, dua sejoli ini bernyanyi dengan sangat ceria. Tak peduli meskipun suara mereka dapat membuat telinga orang rusak. Tapi yang terpenting mereka bahagia.

Sepuluh menit setelahnya, mereka pun sampai di gerbang sekolah dan berpisah disana karena Rania masih menjadi panitia LDKS di hari terakhir sebelum mengadakan kemah malam dua hari lagi.

Ali telah memarkirkan motor kesayangannya dengan rapi. Dan ia pun akan memasuki kelasnya. Namun ia ingin mencari Aldo dan Aryo terlebih dahulu.

"aishhh.. Kemana sih mereka? Giliran dicariin pada ngilang. Gak dicariin nongol semua" gerutu Ali karena kesal karena kelakuan dua temannya yang rada sengklek ini.

Brakkkkkk

Aaaaaaaaaaa

Braakkkkkkk

Brakkkkkkk

Suara gerbang yang dipukul dengan sangat keras beberapa kali membuat satu sekolah ribut seketika seperti di pasar. Suara teriakan memenuhi ruangan dan orang-orang berlomba untuk keluar menyelamatkan diri.

Ali berlari menuju gerbang. Dan benar saja, siswa-siswa dengan seragam yang berbeda sedang berkelahi melawan anak-anak dari sekolahnya. Kerusuhan terjadi di sekolah itu. Dan Rania yang berada di lapangan saat itu juga sangat panik. Ia berusaha mengamankan semua peserta LDKS agar segera menjauh dari sana. Dan tanpa sengaja Ali melihat Rania yang hampir terkena lemparan kayu, Tanpa pikir panjang lagi, Ali langsung maju dan membantu teman sekolahnya untuk bertarung termasuk juga kawan-kawannya.

Beberapa kali, pipi Ali mendapat pukulan yang sangat keras dari lawannya sehingga membuat luka biru dan darah di sudut bibirnya. Namun hal itu tak membuat dirinya menyerah. Ia terus menyerang sebagai pertahanan diri sampai akhirnya keributan dua sekolah itu dapat terhenti akibat suara tembakan polisi. Dan kala itu semuanya bubar seketika. Anak-anak SMA Bakti penuh dengan luka begitu pun dengan Ali.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

👉Bagi seorang berandal, tawuran tidak selamanya menyerang musuh.

Jangan lupa tinggalkan jejak dan terus support cerita ini!!