webnovel

Geng Aliens??

Saat pulang sekolah tiba, Rania memutuskan untuk berjalan kaki. Banyak angkot yang menawarkannya untuk naik, namun ia menolaknya. Bukan karena tak punya uang tapi ia hanya merasa tak ingin pulang untuk saat ini. Setelah kejadian semalam, ayahnya pasti akan menyewa guru les lagi dan Rania tak bisa menolak itu. Ia tahu ayahnya selalu menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya kelak dan memiliki masa depan yang cerah. Tidak ada yang salah dengan sikap sang ayah, hanya saja terkadang Rania merasa lelah dengan semuanya. Dan itu yang ia rasakan sekarang.

Setelah cukup lama berjalan, suara cacing di perutnya terdengar sangat jelas di telinganya. Sejak pagi, Rania sengaja melewatkan sarapannya agar bisa menghindar dari ayahnya untuk sementara waktu. Dan saat ini, ia sangat lapar. Rania mencoba melihat di sekelilingnya barang kali ada penjual makanan yang dapat mengisi perutnya untuk sementara namun sayangnya tak ada sama sekali yang lewat. Dengan menyeret kakinya malas,ia pun kembali melangkahkan kakinya.

Setelah sepuluh meter berjalan, tiba-tiba dari arah berlawanan, seorang cowok berjaket army yang manaiki motor hitam berhenti tepat di depan pandangannya. Awalnya Rania tak mengenali cowok itu karena memakai helm, namun Rania dapat mengenalinya setelah sang pemilik motor itu membuka helm nya.

"ngapain lo masih di sini? " tanya cowok itu kemudian melihat jam di tangannya. Cowok yang sering dipanggil cowok tengil oleh Rania, kini sedang membuka jaket army nya sehingga memperlihatkan kedua otot di tangannya karena saat ini ia hanya memakai kaos hitam pendek.

"elo mau kemana? " bukannya menjawab, Rania malah balik bertanya.

Ali tak menjawab. Ia hanya melihat Rania sejenak, menghembuskan napas kasar kemudian tanpa di duga ia memakaikan jaketnya ke tubuh Rania karena cuaca hari ini memang cukup panas.

"ayo naik. Gue anterin lo pulang" ucap Ali kemudian.

Saat ia akan menaiki kembali motornya, tiba-tiba Rania memegang tangannya sehingga hal itu pun membuat Ali mengulurkan niatnya.

"gue--gue--eum--hari ini gue--lagi gak mau pulang" ucap Rania ragu-ragu sehingga membuat Ali bingung.

"kenapa? " tanya Ali

"gak kenapa-napa. Gue lagi gak mau pulang aja" jawab Rania sambil tersenyum kaku seakan menyembunyikan sesuatu.

"terus lo mau kemana?" tanya Ali

"lo sendiri mau kemana?" tanya balik Rania

"ke basecamp"

"gue ikut yah" pinta Rania dengan girangnya.

"ngapain lo ikut? Udah mendingan lo gue anterin pulang sekarang. Oke"

"gak mau. Ya udah kalau misalnya lo gak mau ngajak gue, ya udah gak papa. Lo boleh pergi. Gue bisa kok pulang sendiri"  Rania sangat kesal kepada Ali lalu ia pun kembali melanjutkan langkahnya walaupun dalam hatinya ia berharap Ali dapat mengajaknya.

Ali menarik napas panjang. "cewek ribet yah" ucap Ali pelan. Kemudian setelah itu,ia menyusul Rania yang telah berjalan cukup jauh darinya.

"ya udah ayo" ajak Ali setelah ia telah berada di hadapan Rania.

"serius?" tanya Rania girang

"iyah" jawab Ali malas

Rania pun segera mengikuti Ali untuk naik ke motor hitamnya. Entah kenapa ia merasa sangat bahagia dan ia bisa percaya pada cowok yang baru ia kenal belakangan ini. Dan entah kenapa saat bersama Ali, Rania bisa melupakan sejenak masalahnya walaupun ia tahu konsekuensi yang akan ia terima jika melanggar aturan ayahnya.

Tak butuh waktu lama, Ali dan Rania pun telah sampai di sebuah warung kecil namun di depannya terdapat banyak motor-motor keren yang terparkir. Rania sempat bingung namun kemudian teriakan seorang cewek yang memanggilnya mengalihkan perhatiannya. Dua orang cewek teman sekelasnya memanggil Rania dari belakang. Yah. Mereka adalah Rasti dan Nadia.

"kok lo bisa ke sini?" tanya Nadia dan Rasti yang terlihat senang dengan kedatangannya. Sedangkan Ali sudah bergabung bersama teman-temannya sejak kedatangan mereka.

Rania hanya tersenyum lebar tanpa menjawab pertanyaan kedua temannya itu. Tanp berlama-lama lagi,Rasti dan Nadia pun mengajak Rania masuk dan bergabung bersama. Kedatangan Rania pun disambut hangat oleh semua orang yang ada di sana yang kebanyakan kaum adam. Walaupun penampilan mereka seperti anak-anak berandal pada umumnya tapi mereka semua sangat ramah, baik, dan humoris.

Kini ketiga cewek yang sama-sama berambut panjang itu sedang duduk di depan basecamp karena para cowok akan melakukan diskusi di dalam.

"Ras,Nad,mereka semua temennya Ali yah?" tanya Rania yang penasaran sejak tadi

"iyah,mereka itu anak genk Aliens dan Ali itu ketuanya" jawab Nadia sementara Rasti menganggukan kepala menyetujui.

"genk Aliens? Genk motor?" tanya Rania

"mereka emang genk motor tapi bukan genk motor yang suka kebut-kebutan di jalan. Mereka selalu ikut balapan di surcuit. Dan mereka ngebuktiin itu dengan prestasi yang mereka dapet" jelas Nadia

Rania menganggukan kepala mengerti sambil mengucapkan kata 'oh' beberapa kali.

Tanpa terasa waktu berjalan begitu cepat. Rasti dan Nadia sudah harus pulang. Mereka juga sebenarnya menunggu Aldo dan Aryo namun karena kedua cowok itu belum juga menunjukan batang hidungnya, Rasti dan Nadia pun memilih untuk secepatnya pulang.

Sementara Rania, ia masih setia menunggu Ali di depan basecamp sendirian. Jam di tangannya telah menunjukan pukul tujuh malam, namun ia tak menghiraukannya. Pulang sekarang ataupun nanti tak akan merubah apapun, ayahnya pasti akan tetap marah seperti biasa. Dan Rania sudah terbiasa akan hal itu.

Di saat Rania sibuk dengan lamunannya, Ali pun keluar. Ia segera menghampiri Rania karena duduk sendirian.

"Ran, kok lo sendiri? Rasti sama Nadia mana? " tanya Ali yang seketika membuat lamunan Rania terhenti.

"ohh mereka udah pulang." jawab Rania

"lohh bukannya nungguin Aldo sama Aryo dulu? " tanya Ali

"iyah tadinya mereka emang mau nungguin. Cuman karena lama jadi mereka pulang duluan deh" jawab Rania

Ali sedikit berpikir kemudian melihat jam di tangannya. Ia kembali masuk. Dan tak lama kemudian Ali keluar lagi dengan membawa jaket di tangannya.

"nihh lo pake" perintah Ali sambil menyerahkan jaket army nya. Rania pun menerimanya dan memakai jaket itu karena memang malam ini cukup dingin. Lalu setelah itu, ia mengikuti Ali menuju motornya.

"diskusi nya udah selesai? " tanya Rania

"belom" jawab Ali singkat karena ia sedang memakai helm nya

"lahh terus? "

"gue anterin dulu lo pulang. Nanti gue balik lagi ke sini"

"kalau gitu gue naik taksi aja deh"

"gak. Lo kan ke sini sama gue, masa lo pulang naik taksi sih"

"tapi---"

Kala itu, Ali memakaikan helm ke kepala Rania karena ia banyak bicara. Hal itu pun tentu membuat Rania kaget dan mematung. Bak terhipnotis akan ketampanan Ali yang baru Rania sadari, ia pun menuruti perkataan Ali dengan mudah tanpa menolak seperti tadi.

Cuaca malam ini cukup cerah namun hawa dingin masih menusuk kulitnya hingga tulang. Di atas motor hitam milik sang ketua geng motor, Rania mengusap-usapkan kedua tangannya guna mengurangi rasa dingin pada tubuhnya.

Rania melihat kepala Ali yang tertutup helm dari belakang, lalu kemudian meliriknya dari balik kaca spion yang menampilkan sedikit wajahnya. Tak bisa ia pungkiri jika Ali memang benar-benar tampan. Hanya saja kata berandal dan nakal lebih melekat pada dirinya sehingga mereka semua tak menyadari ketampanan seorang Ali.

"Ran, lo kenapa gak mau pulang? " pertanyaan Ali membuat Rania terbangun dari lamunannya.

"gue lagi pengen jalan-jalan aja. Cari angin" jawab Rania asal

Ali pun hanya menganggukan kepala dengan mulut membulat mengucapkan kata oh cukup panjang.

"Al, lo ketua Geng Aliens ya? " tanya Rania karena penasaran dengan cerita Rasti dan Nadia tadi.

"dari mana lo tahu tentang Aliens? " Ali balik bertanya

"dari Rasti sama Nadia"

"oh"

Rania mengira Ali akan melanjutkan ucapannya. Namun nyatanya tidak. Setelah beberapa menit menunggu jawaban, Rania mencoba kembali bertanya.

"Aliens itu geng motor ya? " tanya Rania

"iya" jawab Ali singkat

"jadi lo ikutan geng motor? Suka balapan liar? Kebut-kebutan di jalan? Gue denger, lo juga ketua nya ya? " Rania terus bertanya tanpa henti

"iya, gue ketuanya. Gue gak maksa lo buat percaya. Gue emang yang ngediriin Aliens, tapi nyari musuh bukan tujuan gue. Aliens memang sering kebut-kebutan, balapan, tapi sircuit tetep jadi tempat yang tepat buat mengekspresikan hobi kami" jelas Ali

"kalau Rasti sama Nadia ikutan juga? "

"iya, semenjak mereka deket sama Aldo dan Aryo, mereka jadi lebih sering nongkrong bareng kita"

"oohh yah? "

"heem"

"terus syarat buat gabung Aliens apa aja? " tanya Rania

"emang kenapa? Lo mau gabung? "

"boleh? "

"ya enggaklah" jawab Ali sambil menahan tawanya namun Rania tak melihat itu.

"lahh kok gitu? Rasti sama Nadia aja bisa kan? "

"syarat masuk Aliens tuh harus orang yang males, orang rajin dilarang masuk" jawab Ali asal

"peraturan nya kok begitu banget sih? Pasti lo yah yang buat? " nada bicara Rania terdengar sedikit kesal

"ya emang begitu" jawab Ali berbohong

"gue juga males kok"

"lo kayaknya pengen banget ikut Aliens? Jangan-jangan naksir yah sama gue? " goda Ali

"ishh apaan sih" Rania memukul bahu Ali dengan wajah kesalnya sedangkan Ali tersenyum puas menjahili wanita yang diboncengnya kini.

Beberapa menit kemudian mereka pun telah sampai di depan rumah Rania. Melihat Rania yang terus mengerucutkan bibirnya membuat Ali semakin merasa gemas.

"orang rajin dilarang masuk Aliens tapi orang cantik gak ada yang larang" ucapan Ali berhasil membuat mata Rania kembali berbinar

"gue cantik kok. Semua orang tahu kalau gue ini bidadari sekolah. Orang bilang gue mirip Lisa Blackpink yang kayak barbie itu, terus ada yang bilang gue secantik Ariana Grande, terus juga orang bilang gue secantik----" ucapan Rania terhenti karena Ali menutup mulutnya dengan tangannya.

Ali tersenyum lebar.

"gue pulang dulu yah, Ratu Bawel" ucap Ali. Sebelum pergi ia mengacak-acak rambut Rania terlebih dahulu. Lalu ia pun segera menaiki motor hitamnya. Dan tak butuh waktu lama, motor itu pun menghilang dari pandangan Rania karena jarak serta cahaya gelap yang semakin menenggelamkan pandangannya.