webnovel

Cobaan Awal

Di pagi yang cerah ini, keluarga Natta seperti biasa selalu sarapan bersama sebelum melakukan aktivitas masing-masing. Semuanya berjalan dengan khidmat, hanya suara sendok yang mengadu dengan piring sebagai pemecah keheningan.

"nak, kamu gak papa kan? Kan kemaren kamu kehujanan pulang? " tanya Dewi, sang bunda

"gak papa, Bun. Rania baik-baik aja kok" jawab Rania penuh senyuman.

Randy, Renzy, dan Dewi yang sedari tadi memerhatikan wajah Rania merasa aneh karena pasalnya hari ini ia terlihat sangat bahagia. Sedangkan Natta hanya fokus pada makanannya seperti biasa.

"dek, kamu kenapa? Kok kayaknya bahagia banget hari ini" tanya Randy

"ohh yah? Masa sih kak?" tanya balik Rania. Memang terlihat jelas di wajahnya bahwa ia sedang bahagia karena senyumnya sedari tadi belum memudar dari pipi indahnya.

"iyalah. Kamu lagi bahagia hari ini? Ada apa? Jangan-jangan---"

"udah ah kak, udah siang nih. Aku berangkat dulu yah" Rania menyela ucapan Randy kemudian memakai tas nya serta menyalami Natta, Dewi, dan Randy secara berurutan. Lalu tak berlama-lama lagi, ia pun segera pergi untuk memulai harinya yang bahagia ini.

Seperti biasa, Rania lebih memilih memakai angkutan umum dari pada diantar oleh sang ayah. Bukan tak mau, namun ia hanya ingin belajar untuk lebih mandiri. Dulu, ia memang selalu membawa motor matic nya, namun karena dianggap berbahaya bagi dirinya, akhirnya ayahnya pun melarang Rania untuk membawa kendaraan sendiri dan lebih baik memakai angkutan umum saja.

Saat sedang duduk manis di angkot yang baru saja datang, sambil menunggu, Rania membuka ponselnya terlebih dahulu karena setelah belajar tadi malam, ia belum sempat membuka handphone nya.

Rania melihat ada beberapa panggilan masuk dan salah satunya ada nomor ponsel tanpa nama namun dengan emot '💖💖'. Rania mengembangkan senyumnya lebar. Ia mencoba memanggilnya balik, namun Ali tak mengangkatnya.

Rania kembali menyimpan handphone ke dalam tas nya karena percuma menghubungi Ali sekarang, pasti ia tak akan menjawabnya karena mungkin ia sedang berada di perjalanan menuju sekolah. Toh ia masih bisa menemui Ali di sekolah.

Namun ketika itu, kondisi jalanan tiba-tiba ramai, pak supir yang mengendarai angkot yang ditumpangi Rania sedang marah-marah pada seorang pengendara motor hitam yang menganggu jalannya angkot dengan terus menyalakan klaskson sehingga mrmbuat kegaduhan. Karena penasaran, Rania mencoba melihat pengendara motor itu di balik kaca jendela yang telah terbuka sedari tadi. Dan alangkah terkejutnya ia karena Ali lah pelaku keributan ini. Dengan cepat, Rania meminta pak supir untuk berhenti.

Pemilik motor hitam dengan jaket biru tua bercorak putih itu juga ikut berhenti menjalankan aksinya. Dan kini ia berada tepat di hadapan Rania.

"lo udah gila yah? " omel Rania

Ali membuka helm nya kemudian turun dari motor hitamnya itu. Bukannya takut dengan omelan Rania, ia justru tersenyum lebar ke arahnya seakan tak melakukan apapun.

Karena tak ingin emosi di hari yang indah ini, Rania menarik napasnya terlebih dahulu dan mencoba meredam emosinya.

"lo ngapain ngelakuin hal yang kayak gitu? Bahaya tahu gak" tanya Rania dengan nada yang lebih lembut

"sorry. Abis nya lo juga sih, semalem gue telepon gak diangkat, padahal kan gue pengen ngajak lo berangkat bareng. Tadi lo dipanggil juga, malah fokus sama handphone lo. Emang lo lagi nelepon siapa sih? " tanya Ali

"nelepon cowok" jawab Rania tegas

"cowok? Siapa? Kita jadian aja belum sekali dua puluh empat jam, dan lo udah mau selingkuh aja" Ali berkata dengan wajah tak percaya

Rania tersenyum lebar melihat wajah Ali yang mulai kesal.

"gue nelepon lo lah. Siapa lagi" ucap Rania setelah dirasa cukup menjahili Ali

Ali tetap terdiam tak menanggapi dan masih menunjukan wajah kesalnya.

"lo gak percaya?lihat nihhh" Rania memperlihatkan history panggilan terakhirnya pada Ali. Dan ketika itu, senyuman Ali mulai tersungging di wajahnya.

"lagian lo tuh belom apa-apa udah nethink sama gue. Ternyata lo cemburuan juga yah" ledek Rania

"gue gak cemburu Rania, cuma kesel aja dikit" ucap Ali mencoba untuk ngeles

"sama aja. Ya udah yuk, mau berangkat gak nih, nanti kesiangan lagi" ajak Rania

"emang gue ngajak lo?" tanya Ali

"Aliiiiii" Rania memukul bahu Ali tanpa henti.

Ali tertawa kemudian kembali memakai helmnya. Ia membawa helm yang satunya di dalam bagasi kemudian menyerahkannya pada Rania. Lalu motor hitam dengan dua penumpang itu langsung melaju menembus cahaya kuning di pagi ini.

Istirahat di Sekolah....

Rania tak pergi ke kantin seperti biasanya karena ia harus menyalin buku absen osis karena sebentar lagi akan diadakan LDKS karena masa jabatannya sudah hampir akan berakhir.

Di kelasnya, ia tak sendiri karena ada beberapa teman sekelasnya yang juga lebih memilih untuk terdiam dan malah asik mengobrol dengan sesamanya.

Di dekat bangku tempat duduk nya juga ada Santi dan Fitri yang juga sama-sama staff osis. Karena melihat Rania sendiri dan sibuk menulis, mereka berdua mulai menghampiri Rania ke bangkunya.

"lo lagi ngapain, Ran? " tanya Santi, ia adalah bendahara osis, jadi ia cukup dekat dengan Rania.

"lagi nyalin absen, bentar lagi kan LDKS. supaya gak banyak-banyak banget kerjaan gue" jawab Rania namun masih tetap fokus dengan kegiatannya.

Santi dan Fitri hanya menganggukkan kepala.

Hening sejenak diantara mereka.

"lo jadian sama Ali, Ran? " tanya Fitri kemudian yang seketika membuat tangannya yang sedari tadi menulis langsung terhenti.

Pandangan Rania mulai melihat ke depan lebih tepatnya ke arah Fitri dan Santi yang kini ada di hadapannya.

"kalian tahu dari mana? " tanya Rania

"jadi bener lo jadian sama Ali? Si anak geng motor itu? " ucap Santi kaget dan tak percaya

Jujur, ada rasa benci dan tidak suka saat teman-temannya menjelekan Ali seperti itu.

Rania menghembuskan napasnya kasar. "kenapa emangnya? " tanya Rania

"kita kira gosip itu cuma hoax karena kita emang tahu cowok-cowok pada ngejar lo. Tapi ternyata bener?" ucap Fitri

"kenapa lo jadiannya sama Ali sih, Ran? Ali itu kan terkenal banget berandal nya. Dia juga sering bolos, bahkan hampir gak naik kelas. Lo beneran jadian sama dia? " sambung Santi

"iya, Ran. Kenapa lo gak sama Rafly aja sih. Dia selevel sama lo. Dia juga berprestasi dan pinter kayak lo. Dia ganteng, baik, pinter, apa yang kurang coba. Beda jauh sama Ali, Ran" Fitri kembali berkata.

"atau jangan-jangan lo dipelet yah sama dia? Lo dipelet kan sama dia? " tanya Santi

Sudah cukup. Rania tak bisa lagi menahan emosinya. Ia tak bisa mendengar Ali terus dijelek-jelekan seperti ini. Apalagi sampai dituduh memelet. Ini udah keterlaluan bagi Rania.

Karena tak ingin membuat keributan, Rania lebih memilih beranjak dan tak meneruskan aktivitasnya. Ia akan pergi ke taman belakang untuk menenangkan diri. Karena selain sepi pengunjung, di sana juga terdapat pemandangan alam yang cukup indah sehingga bisa membuat siapapun orang yang ke sana akan merasa tenang dan damai.

Bagai sebuah kebetulan, ternyata Ali juga sedang ada di sana sambil memainkan gitarnya. Rasa kesal yang ada di hati Rania langsung memudar seketika hanya ada senyuman yang kini tersimpul dengan lebarnya di wajahnya kini.

Rania mulai melangkah menghampiri Ali. Kemudian duduk di sebelahnya. Awalnya Ali kaget dengan kedatangan Rania yang tiba-tiba. Namun itu tak berlangsung lama, karena kini hanya ada senyuman diantara keduanya.

"nyanyiin gue lagu dong" pinta Rania

"lagu apa? " tanya Ali

"terserah. Yang penting lo nyanyiin buat gue"

"oke"

Ali kembali mulai memetik gitarnya. Kemudian menyanyikan sebuah lagu.

Aku tak mudah mencintai

Tak mudah bilang cinta

Tapi mengapa

Kini denganmu

Aku jatuh cinta

Itulah potongan lagu yang Ali nyanyikan untuk Rania. Jangan ditanya bagaimana perasaan Rania sekarang? Karena perasaannya saat ini tak bisa diungkapkan, kebahagiaan nya tak bisa diukur, ini lebih dari kata bahagia.

Setelah menyelesaikan lagunya, tangan Ali mulai memegang tangan Rania. Karena tak ingin menyia-nyiakan waktu, Rania mendekatkan dirinya kepada Ali dan menyenderkan kepalanya pada dada bidang Ali. Ia ingin merasakan kenyamanan di diri Ali sekarang.

"Al, lo gak papa kan? " tanya Rania setelah hening beberapa saat terbawa suasana dengan tangan Ali yang terus mengelus rambut panjangnya.

"gak papa kenapa? " tanya balik Ali

"lo jangan dengerin kata mereka yah" ucap Rania

"ya enggak lah. Mereka ngomong kayak gitu karena iri"

"bagus deh"

"kok lo gak ke kantin? " tanya Ali

"enggak "

"kenapa? "

"males"

"ya udah gue beliin dulu deh bentar" Ali berniat akan beranjak namun Rania menghentikannya karena ia masih tetap ingin berada di posisi seperti ini di sisa waktu istirahat.

"lo harus makan, Ran" ucap Ali

"gue gak laper, Al"

"tapi lo harus makan"

"lo sendiri ngapain di sini? Bukannya ke kantin? " tanya Rania yang kembali duduk dan menghadapkan tubuhnya agar dapat melihat jelas wajah lelaki yang kini menjadi pacarnya.

"gue udah makan" jawab Ali

"kapan? "

"tadi pagi" jawab Ali sambil terkekeh

"ishhhhh"

"ohh yah, nanti pulang sekolah gue anterin lo pulang. Oke" ucap Ali

"tapi gue bimbel dulu"

"ya udah kalau gitu, gue anterin dulu ke tempat bimbel lo, abis itu nanti kalau lo mau pulang, gue anterin lagi"

"lo yakin? "

"yakinlah"

"jangan minta ongkos yah sama gue" canda Rania sambil tertawa

"wahh iya tuh, gue itung dulu deh, naik angkot dari sini ke tempat bimbel lo kan goceng, kalau naek ojeg sepuluh ribu, terus dari tempat bimbel lo ke rumah lo tujuh ribu, kalau naik ojeg lima belas ribu, berarti---lima puluh deh cukup buat bensin" ucap Ali setelah menghitung ongkos dengan wajah lucu yang membuat Rania tersenyum sedari tadi.

"apaan sih lo" ucap Rania yang masih setia dengan tawanya.

"lima puluh ribu deh lima puluh ribu" Ali masih melanjutkan canda nya

"pacar macem apaan lo? Lagian nih yah ongkos gue naek angkot juga gak sampe lima puluh ribu. Lo jangan belajar jadi koruptor"

"ehh sorry seorang Ali Ardian adalah anak yang anti terhadap korupsi dan menentang keras bekerja sama dengan koruptor. Karena gue adalah calon pemimpin di negara ini"

"pemimpin apaan"

"amiinin dong. Doa yang baik harus di aminin"

"ohh iya iyahhh. Aamiiinnn aamiiiinnn"

Rania dan Ali tertawa bersama sampai suara bel berbunyi dan mereka harus mengakhiri percakapan seru diantara mereka. Itulah hidup, terkadang bahagia lebih dulu menerpa lalu kecewa akhirnya dan terkadang juga sebaliknya. Badai setelah pelangi pasti ada dan pelangi setelah badai juga pasti akan ada.