webnovel

Berawal dari Satu Malam

Hanya berawal dari satu malam. Terlalu singkat namun mengubah seluruh kehidupan dua orang yang dipenuhi ketidaktahuan. ONS? Benar. Lantas ketidaksengajaan, ketidaktahuan dan kesalahanlah yang terjadi. Bisakah mengalahkan takdir saat semuanya sudah terlambat? Rein, sang perempuan polos mau tak mau harus menerima kenyataan bahwa ia menjadi 'korban.' Lalu Redis Sanjaya langsung meninggalkan Rein begitu saja setelah ia pun juga merasa tak sengaja. Redis yang dipaksa menikah mengorbankan Rein. Sedangkan banyak orang menyukai orang tersebut. Pernikahan berjalan buruk, Rein dan Redis tak cocok. Justru, Redis hanya tahu soal kerja dan kerja sampai Rein pikir orang itu tak normal. Lantas, bagaimana jika ibu Redis minta Rein mengubah anaknya? Rein dihadapkan dengan pilihan keluar namun tak boleh membawa anaknya. Lalu orang tersebut mau tak mau memilih pergi. Sepupu Redis yang bernama Radit menyukai Rein, oleh karena itu ia pun membantu Rein. Radit adalah orang yang membuat orang lain kesal. Ia adalah orang yang menjengkelkan. Bisakah Rein bahagia?

Raein23_Raein · Urban
Not enough ratings
214 Chs

Calon Istri?

"Berhenti menatapku begitu."

Rein hanya bisa menatap nanar saat melihat orang gila yang ia temui belum lama ini tepat dihadapannya, wajah angkuh orang itu membuat Rein semakin ingin mengkick.

Nasib malang seperti apalagi yang tengah Rein rasa...?

Tadi Rein sudah selesai dengan kegiatan mempertahankan diri, yaitu berpura-pura masih pingsan. Kemudian setelah merasa ada hawa panas yang mengenai permukaan wajahnya, Rein pun langsung bertindak memukul kepala orang tersebut pakai kepalanya sendiri.

Memang akan sama-sama sakit, akan tetapi setidaknya itu cukup membantu.

"Katakan apa yang kau inginkan dariku."

Kali ini Rein sudah menggunakan kata 'kau' bukan 'kamu'. Perubahan kalimat seperti itu lumrah terjadi, jadi biasakanlah.

Hal tersebut sontak membuat Redis tersenyum misterius. Benar, itulah yang harus ia lakukan. Memberi sebuah jawaban yang..., mengejutkan.

The surprise pasti menarik.

Easy, tasty, ready. Wow!

"Aku suka cara berpikirmu, Nona. Baiklah, aku akan langsung. Anda berhubungan intim dengan seorang yang orang tidak dikenal malam kemarin. Tepatnya pada club saat sedang reuni bersama teman-teman satu kampus. Aku benar, kan?"

Permukaan mata Rein sontak langsung membulat. Itu, tidak mungkin. Nyali Rein pun sontak langsung surut begitu saja.

Cepat sekali.

"Kamu..., kamu orang itu kan?" tanya Rein pelan.

Benar, kemungkinan besar orang tersebutlah yang melakukan semua hal buruk pada Rein, si perempuan malang.

Tidak, nelangsa saat sejak malam menyedihkan tersebut terjadi. Selebihnya hidup perempuan tersebut baik-baik saja. Semua berjalan normal.

Redis mengangkat sebelah alisnya saat mendengar pertanyaan Rein.

"Em."

Sebuah jawaban yang singkat, padat dan jelas.

Seketika itu juga napas Rein tercekat di tenggorokan. Baiklah ia harus melakukan sesuatu.

"Jadi apa yang Anda mau. Melihat orang suruhan yang Anda perintahkan untuk membawaku, sudah pasti Anda bukan orang sembarangan."

"Kau pasti lulusan cumlaude?"

"Tolong langsung saja, Tuan."

Sebuah seringaian pun muncul di sudut bibir Redis. Tak sia-sia orang tersebut membawa pertempuran ini. Begitupun ia yang memilih Rein sebagai calon istrinya.

Calon istri?

Sebenarnya Redis belum berpikir sampai kesana. So lihat apa yang terjadi terhadap hubungan pernikahan mereka nanti. Kemungkinan besar Redis akan menjadikan Rein istri diatas kertas.

Sungguh miris.

"Menikahlah denganku."

Tepat saat Redis menyelesaikan kalimat, giliran Rein yang mengangkat sebelah alisnya.

Orang itu pasti akan melakukan sesuatu yang tak pernah ia duga.

Seperti kisah yang sering Rein baca dan tulis di selembar kertas ataupun ponsel. Kisah klasik bertema istri dadakan. Lalu nasib si pemeran perempuan pasti nelangsa, bisa jadi istri diatas kertas atau istri yang tak dianggap.

Kemungkinan besar. Lalu tentunya ada alasan tersendiri untuk itu.

"Kenapa, orangtua Anda menyuruh Anda menikah. Lalu Anda akan menjadikan saya jalan keluar buntu yang diambil secara acak? Hello Tuan, saya sudah sering melihat situasi sekarang meskipun bukan pada dunia nyata. Hanya saja saya tekankan, don't play with me."

"Bagaimana menurutmu kalau kamu hamil?"

Skakmat. Bagaikan bermain catur, Rein sudah kehilangan menteri kemudian bidak ratu sudah tak bisa melangkah.

Mati kutu. Habis, tamat.

"Anda, menjebak saya kan?"

"Ck, untuk apa aku menjebakmu. Sangat tidak elit. Ons tersebut hanya sebuah ketidaksengajaan."

"Berhenti bicara dan keluarkan aku dari tempat ini. Sungguh, Anda benar-benar menjijikkan."

Darah Redis seketika berada diujung kepala saat mendengar perkataan Rein. Tanpa aba-aba ia pun langsung meraih tangan orang tersebut hingga menubruk tubuhnya.

Lalu secepat gerakan itu juga Redis pun langsung menyatukan bibir keduanya. Kali ini Redis bahkan berusaha menerobos masuk, tidak hanya memanggut seperti yang ia lakukan dimobil.

Sedangkan Rein sontak langsung menutup mulut rapat-rapat agar orang gila yang belum ia ketahui namanya tersebut tak bisa mengobrak-abrik pertahanannya.

"Semua sudah terjamah, kenapa aku masih ingin menjaga...?"

Bugh!

Satu tetes air mata jatuh langsung diusap kasar oleh perempuan tersebut. Sebelum tadi ia sempat menyentak bagian privasi sang lawan, Rein sempat 'lemah' disaat-saat terakhir.

Namun dengan itulah ia akhirnya bisa melakukan sebuah perlawanan. Jangan remehkan Rein Syakila!

"Akh."

"Gila," dengus Rein yang langsung melangkah pergi meninggalkan tempat tersebut.

Tadi ia tidak mendengar suara seseorang seperti mengunci pintu. Jadi kemungkinan besar pintu tersebut memang tidak terkunci.

Kecuali otomatis.

Rein sudah mempersiapkan segala hal untuk keluar dari situasi menyebalkan tersebut.

Lantas bagaimana dengan pengawal, Rein berencana untuk melarikan diri pakai cara tak terduga.

Look it.

Apalagi kalau bukan bermain peran--kalau saja ia tertangkap.

Bisakah?

Semua tak akan diketahui jika belum dicoba.

Baru saja perempuan tersebut melangkahkan kaki turun tangga super tinggi, dengan masih tertatih-tatih. Perlu diingat selangkangan Rein masih sakit.

Tak tahu harus melakukan hal tepat, akan tetapi ingin segera pergi.

"Sayang."

"Eh?" ujar Rein spontan.

Siapa gerangan orang yang memanggil sayang...?

Tak hanya itu, perempuan pun tersebut pun memeluk tubuh mungil Rein sampai orang itu hampir kehabisan napas.

Hey ini namanya penyiksaan secara tak langsung!

Rein kehabisan napas!

"Maaf No-nonya to-tolong lepaskan saya," kata Rein susah payah.

"Oh iya maaf, Nak. Mama terlalu bersemangat. Kenapa kamu keluar sendirian?"

Mama?

What happen?

Itulah yang langsung Rein pikirkan. Bagaimana bisa ia malah mendapati seseorang yang menyebut dirinya dengan mama kemudian memeluk?

Hiks, Rein gak bisa digituin. Bingung, takut, marah dan khawatir secara bersamaan.

"Maaf Nonya, saya ingin pulang. Disini bukan tempat seharusnya saya berada," cicit Rein pelan.

Hal seperti apa yang harus perempuan itu lakukan saat berada di posisi tersebut!?

Dorong...?

Akhirnya tubuh ringkih Rein pun dilepas. Syukurlah, memang itu yang Rein inginkan sedari tadi.

"Siapa namamu, sayang?"

Satu detik, dua detik, tiga detik. Rein hanya bisa mengerjapkan mata saat mendapatkan pertanyaan itu.

Harus menjawabkah?

"Rein Syakila," jawab Rein.

Gubrak!

Rein spontan langsung berlindung di belakang tubuh seorang bibi yang tidak ia kenal. Takut, tentu. Sebenarnya perempuan itu sudah ingin pergi. Hanya saja otak dan pikirannya sedang tak bisa berproses baik.

Sementara itu secepat kilat Redis sudah berada tepat dihadapan keduanya.

"Kemari kau," kata Redis dingin dengan wajah merah padam menahan amarah.

Baru kali ini ada orang yang berani menyentak adik kecilnya. Lihat saja 'junior' tersebut pasti akan balas dendam!

"Tidak mau!"

Sang bibi sontak terkejut oleh suara melengking 'calon menantu' yang baru ia ketahui namanya tersebut.

Tapi tidak, orang tua itu harus melakukan sesuatu terhadap yang terjadi sekarang.

"Redis, apa yang kamu lakukan?"

"Perempuan tak tahu diri itu menyentak alat vitalku, Ma. Aku harus memberinya pelajaran."

Jujur, Rein sangat ingin tertawa melihat Redis yang kelihatan seperti anak kecil merengek. Lucu.

Sifat sok berkuasa namun kenyataannya anak mamy.

"Anda yang salah, Tuan. Kenapa nyelongsor melecehkan saya. Saya tidak tahu siapa Anda, jadi wajar saya mempertahankan diri."

"Cukup, sekarang kalian ikut Mama."

"Maaf Bibi, saya harus pulang. Mohon maaf, disini tidak aman. Permisi."

Baru saja Rein ingin melangkahkan kaki keluar, bisa perempuan tersebut rasakan ada yang memegang tangannya. Erat sampai ia tak bisa berkutik.

Saat dilihat ternyata itu adalah seorang bibi yang tidak Rein kenal, yang menyebut dirinya dengan 'mama.'

"Tidak semudah itu Nak, sebaiknya ikut yang ku katakan tadi," ujar wanita paruh baya tersebut dingin dan menusuk.

Jangan lupakan tatapan tajam dan wajah tanpa ekspresinya. Bulu kuduk Rein seketika merinding melihat aura yang orang tua itu pancarkan.

Hua seram!

Mirip hantu.

Tadi baik dan lembut, sekarang kenapa malah bersikap aneh?

Random!

Sementara itu, Redis langsung menyeringai.

"This is my Mom," gumamnya dalam hati.

Lihatlah, si perempuan Rein tak akan bisa melakukan apapun!!!

Habis dan tamat ditangan Redis!

*****