Sepulang sekolah seperti biasanya Ramona mengucapkan salam, terdengar sahutan pelan Pak Hendrinata dari dalam kamar nyaris tak terdengar. Setelah ganti baju dan makan Ramona memasuki kamar ayahnya, nampak ayahnya sedang menahan sakit.
"Papa kenapa ? apa yang sakit, kita ke Rumah Sakit ya ?"Ajak Ramona dengan raut wajah khawatir.
"Papa gak apa-apa nak, tadi sudah ke Rumah sakit ditemani Gunawan"
"Trus sudah minum obat belum ? dokter bilang apa ?"
"Gak apa-apa, Infeksi saluran kencing tapi kalo dah minum obat kata dokter pasti langsung sembuh" Ucap Pak Hendrinata menenangkan putrinya.
Tak berselang berapa lama Nuriman datang menjenguk.
"Gak usah khawatir ntar juga sembuh kok"
"Lihat kondisi papa mona, ini yang membuat kak Rukiyah dan kita semua menyarankan papa menikah lagi, apa kamu mengerti !"
Ramona tidak terima pernyataan Nuriman, matanya menatap gusar, dia hendak membantah tapi takut membuat ayahnya tidak nyaman, dia segera mengalihkan pembicaraan.
"Aku besok gak sekolah kebetulan ujian semester usai, tak ada lagi proses pembelajaran yang ada eskul saja"
Pak Hendrinata meraih tangan Ramona, digenggamnya dengan erat sambil berujar pelan. "Jika mona tidak mengizinkan papa menikah maka papa tidak akan melakukannya".
Nuriman yang mendengarnya hendak protes tapi melihat kode gelengan kepala dari ayahnya akhirnya memilih diam seribu bahasa.
"Aku masih belum siap pa, aku takut"
"Udah jangan dipikirin, papa janji tidak akan menikah lagi sampai kamu sendiri yang menyetujuinya"
Ramona memeluk erat ayahnya dia tidak ingin kehilangan lagi, dia berjanji dalam hati akan melakukan semua pekerjaan rumah dan merawat ayahnya.
Esok harinya setelah sholat subuh Ramona segera menyiapkan sarapan, dia melakukan semua pekerjaan rumah yang selama ini tidak pernah dilakoninya, dari membersihkan halaman sampai mencuci pakaian, semua dia lakukan demi janjinya.
kring....kring...kring...telepon berbunyi. Ramona segera mengangkatnya.
"Halo..." Terdengar suara Yusran di seberang sana. "Assalamu 'alaikum"
"Waalaikum salam"
"Apa kabarnya dek, apa kamu baik-baik saja ? gimana keadaan papa ?" Tanya Yusran.
"Itu kak, papa sakit kata dokter ISK"
"Jangan sampe itu batu ginjal, coba telpon kak Rukiyah minta rebusin daun keji beling dan tempuyung secukupnya, lalu minta ayah meminumnya pagi dan sore selama 3 hari berturut-turut".
"Baik kak, aku langsung telpon kak Rukiyah". Telepon ditutup dan kembali menekan nomor tujuan lainnya. Ramona lupa kalo Yusran kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat, jangan heran kalo dia tau jenis tanaman obat untuk segala macam penyakit.
Ramona memberitahu Rukiyah apa yang disampaikan Yusran. Setelah menutup telepon Ramona kembali ke dapur menyeduh bubur dalam mangkok dan dibawanya menuju kamar ayahnya.
"Sarapan dulu pa, mumpung lagi hangat"
"Bantuin papa bangun, papa ingin sarapan di ruang tamu"
Ramona membantu ayahnya bangun, terlihat kesusahan memang maklum tubuh ayahnya besar dan tinggi dibanding tubuhnya yang kecil imut kayak orang kurang gizi. Ramona menggandeng ayahnya ke ruang tamu, setelah duduk Ramona perlahan menyuapi ayahnya, setah itu meminumkan obat sesuai petunjuk dokter yang tertera di label obat.
"Assalamu 'alaikum"
Nampak berdiri seorang wanita cantik di depan pintu sambil membawa teko dan sebuah tas berisi tanaman obat.
"Waalaikum salam, mari silahkan masuk dan silahkan duduk" Jawab Pak Hendrinata dan mempersilahkan tamunya duduk. Ramona kebetulan sedang meletakkan mangkok dan gelas di dapur.
"Maaf, saya Dewi pak. Rukiah tadi minta bantuan saya untuk mengantar ramuan obat ini, tadi katanya Mona telp minta direbusin obat. kebetulan ramuan ini banyak ditanam dihalaman rumah kakak saya" Dewi menjelaskan sambil menyodorkan teko yang berisi ramuan.
Cantik juga, sopan lagi..benar kata Rukiyah, tapi apa mau dikata aku sudah berjanji pada Ramona. batin pak Hendrinata.
Tak lama kemudian Ramona muncul sambil membawa segelas air, rupanya karena asyik mencuci piring sehingga dia tidak mendengar ada tamu yang datang.
"siapa ?"Tanyanya penuh selidik. Ditatapnya wajah yang tersenyum padanya itu dengan tatapan tanpa ekspresi. Pak Hendrinata yang melihat hal itu segera memperkenalkan.
"Rukiyah tadi minta batuan Dewi untuk antar ramuan ini, tolong ambilkan gelas kosong biar papa langsung meminumnya" Pinta Pak Hendri.
Tak berlangsung lama Dewi segera pamit pulang dengan tak lupa menyerahkan tas yang berisi tanaman obat kepada Ramona yang saat itu sudah kembali membawa gelas kosong.