webnovel

Cemburu?

Andra berjanji pada dirinya sendiri untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi. Sebisa mungkin ia lupakan tentang masa lalu serta kisah cintanya, ia hanya ingin berfokus pada Tuhannya dan mengejar cinta Tuhan.

Shalat lima waktu selalu Andra usahakan sebaik mungkin, sesibuk apa pun ia. Bahkan ia meminta pada Barry untuk mengubah jadwal meeting yang mendekati jam shalat agar ia tidak memikirkan hal lain ketika sedang berkomunikasi dengan Allah.

Seperti kali ini, Andra baru saja selesai menunaikan ibadah shalat Dzuhur sebelum ia melakukan makan siang bersama asisten. Tentu saja Barry ikut melaksanakan shalat dengan bos-nya itu.

Di lubuk hati Barry sendiri, ia cukup bingung dengan perubahan Andra ini. Biasanya, pria itu akan melaksanakan shalat seingat dan seadanya waktu saja. Namun kali ini, Andra benar-benar mementingkan hal tersebut yang tentu saja membuat hatinya ikut tersentuh. Ia pun sama inginnya dekat dengan Tuhan seperti sedia kala. Sebelum setan berhasil menipu daya dirinya, dan membuat ia jauh dengan yang maha kuasa.

"Aku sedang ingin makan siang sendiri sekarang, kamu bebas jika hendak pergi atau makan siang dengan kekasihmu," ujar Andra yang kini tengah berjalan berdua dengan Barry keluar dari mushola yang tersedia di tempat kerjanya.

"Cih, mana ada kekasih yang mau diajak bertemu hanya di jam makan siang saja. Dan setelahnya kembali tak ada waktu karena aku terlalu sibuk," ucap Barry dengan wajah yang sedikit masam membuat Andra terkekeh kecil mendengarnya. Itulah akibatnya menjadi asisten seorang Andra, bahkan lebih sibuk dari tuannya sendiri.

Barry pun memberikan kunci mobil pada Andra karena pria itu ingin makan siang sendiri, entah ke restoran mana, yang terpenting adalah kini ia bebas.

***

Andra baru saja tiba di restoran yang menjadi tempat makan siangnya kali ini, pria itu tampak fokus memilih menu apa yang akan ia nikmati.

Selesai memilih beberapa menu, Andra pun kembali diam untuk menunggu pesanannya yang katanya sebentar lagi akan siap. Tak ingin terlihat melamun, Andra pun memilih untuk bermain ponsel saja.

Suara geseran kursi di depannya tentu saja membuat Andra terkejut, pria itu pun segera mengarahkan pandangannya pada seseorang yang sepertinya kini mulai duduk pada kursi yang tergeser tadi.

Alangkah terkejutnya Andra ketika melihat seorang perempuan cantik dengan dress merah menyala. Bagaimana mungkin perempuan ini kembali ke hadapannya? Menghilang begitu saja, dan kini kembali membuat hatinya kembali hancur!

"Apa kabar, Tuan Andra?" tanya perempuan itu dengan tatapan penuh memuja pada pria yang ada di depannya.

Andra mendecih, membuang muka agar tidak bertatapan langsung dengan perempuan itu.

"Apakah kamu sudah melupakanku? Padahal ... kita berpisah hanya selang beberapa bulan saja. Bahkan, rasa cinta ini masih utuh," lanjut perempuan itu dengan nada suara yang terdengar sangat lembut namun Andra sangat membencinya.

"Tidakkah kamu puas telah membuatku hancur kala itu? Atau ... sekarang kamu ingin membuatku hancur untuk yang kedua kalinya?" tanya Andra dengan tatapan sinisnya yang justru semakin membuat ia senang.

"Justru, aku datang untuk kembali memperbaiki semuanya, aku ingin kita kembali bersama dan menjalin kasih seperti dahulu. Toh, kamu memang sangat mencintaiku bukan?" Andra kembali membuang muka ketika melihat tatapan perempuan di depannya, sungguh, ia benar-benar kesal melihatnya.

"Tolong pergi, melihatmu membuat nafsu makanku hilang," kesal Andra dengan menunjuk pintu keluar menggunakan tatapannya.

Perempuan bernama Savira Rabia itu justru semakin tersenyum, salah satu tangannya telurur untuk menyentuh punggung tangan Andra yang berada di atas meja. Namun, detik itu pula Andra menarik lengannya agar tidak disentuh oleh Savira.

"Apakah perlu satpam yang turun tangan?" tanya Andra, terlihat jelas jika pria itu sangat marah sekarang.

Savira pun memilih mengalah, perempuan itu mulai bangkit dari tempat duduknya namun dengan tatapan yang masih tertuju pada Andra. Lagi pula, perempuan mana yang tidak tergila-gila pada Andra? Pria ini memang sempurna.

Andra pun kembali menyibukkan diri dengan ponselnya, hal itulah yang membuat Savira mencuri kesempatan dengan menyentuh rahang tegas pria itu. Hampir saja Andra melayangkan tamparannya, namun pelayan lebih dulu tiba membuat pria itu mau tidak mau mengurungkan niatnya.

Savira pun pergi, perempuan itu terlihat sangat senang karena telah berhasil menemui Andra, pria yang sangat ia cintai. Mungkin lebih tepatnya obsesi.

Di luar sana, Arsha berjalan dengan kaki sedikit gemetar setelah melihat pemandangan di dalam restoran yang bisa ia lihat dari luar karena hanya dibatasi oleh kaca. Wajar bukan jika hatinya hancur? Baru kemarin Andra mengatakan cinta padanya, namun tadi, pria itu telah dekat dengan perempuan lain.

Jika dilihat-lihat pun, perempuan itu tampaknya sekelas dengan Andra, penampilannya benar-benar memperjelas harta yang ia miliki. Dan tentu saja Arsha sangat kalah jauh.

"Andai saja aku mengikuti saran dari Harsa untuk membeli bakso di sana, mungkin aku tidak akan melihat kejadian itu!" kesal Arsha pada dirinya sendiri.

Bagaimana ia tak kesal, mulutnya memang kejam, namun hatinya juga merasakan rasa yang sama dengan Andra, mungkin lebih parah dirinya!

***

Andra keluar dari kamarnya setelah beberapa saat membersihkan diri dan melaksanakan shalat ashar. Pria itu terlihat sangat fresh dengan celana jeans serta kaus putih polos miliknya.

"Aku izin keluar sebentar," ujar Andra pada Agni yang tengah asyik menikmati acara sinetron yang sangat ia sukai di sore hari.

"Tolong belikan satu porsi martabak manis untuk ibu jika kamu hendak pulang," pinta Agni yang tentu saja dituruti oleh sang anak.

Andra pun pergi menggunakan sepeda motornya yang sudah cukup lama terkurung di dalam garasi karena ia selalu menggunakan mobil. Motor ini sudah dibeli semenjak 1 tahun yang lalu, namun baru dipakai 3 kali dengan sekarang. Namun, perawatannya selalu terjaga dengan baik agar ketika hendak digunakan tidak ada mesin yang bermasalah atau membahayakan diri.

Di tengah perjalanan, Andra pun mengehentikan sepeda motornya terlebih dahulu untuk membeli sesuatu yang ia maksud. Buku.

Setelah mendapatkan apa yang ia inginkan, Andra pun kembali melanjutkan perjalanan ke tempat yang sudah cukup lama tidak ia kunjungi. Pinggir danau yang terdapat taman kecil.

Suasana di tempat itu terasa sangat baik, terlebih lagi ketika matanya melihat sekumpulan anak-anak kecil tengah bermain bola. Pemandangan yang benar-benar indah di mata Andra.

Andra tersenyum kecil ketika membayangkan seorang anak kecil tengah bermain bersama dengan teman-temannya dan mendadak berlari ke arahnya untuk meminta pertolongan. Anak kecil itu memanggilnya ayah.

Selagi menikmati cahaya matahari sore yang indah, Andra pun segera membuka buku yang baru saja ia beli, kegiatan seperti ini sangat ia sukai namun amat sangat jarang ia lakukan karena terlalu sibuk dengan pekerjaan.

***