webnovel

Kesal Ender

"Euhmmm Maaf, HP ku masi,,,"

Trrttt,,,

Suara ringtone handphone Kara menghentikan ucapan Ender dan Kara sontak melihat ke benda HP di tangannya, begitu juga Ender ikut melihat.

Dengan sedikit ragu Kara memutuskan menerima panggilan masuk di HP nya. Soalnya sudah dari tadi ia menghubungi pria ini.

Kara menyampingkan tubuhnya sedikit dan mengangkat panggilan. Setelah tadi sebentar melihat Ender.

"Ya Kara! Tadi aku ada di luar dan HP di kamar. Apa terjadi sesuatu?" Suara Ezra yang terdengar khawatir.

Ender mengerjap di sertai keningnya yang berkerut. Saat mendengar suara yang seperti nya ia kenali.

Kara yang mengangkat panggilan karna terburu buru tidak sadar kalau dirinya memecat tombol perbesar suara.

Panik, tentu saja. Kara cepat cepat menekan tombol perkecil suara lagi.

"Nanti akan aku hubungi lagi,"Klik,

Kara mematikan nya sepihak. Dan beralih melihat ke pria yang masih berdiri di hadapan pintu.

"Eummm, tadi anda bilang apa ya?" Ia lebih ingin tahu kenapa pria itu ke sini.

Perlahan Ender melangkah masuk dan mendekat ke Kara. Sedang dirinya masih tetap santai tapi lain dari wajahnya yang terlihat sedikit kesal.

"Apa tadi itu pacarmu? Kekasih mu?"

Tadi ia mau mengatakan kalau HP dan dompet ketinggalan dan karna itu ia ke sini untuk mengambilnya. Tapi, setelah mendengar suara pria tadi dan wanita ini mematikan panggilan itu tiba tiba. Seperti tidak mau ia mendengar pembicaraan mereka. Ia jadi kesal sendiri. Dan entah kenapa ini jadi berharga dari pada hp dan dompet nya itu.

Mendapat kalimat pertanyaan seperti itu. Di tambah seketika Kara teringat akan pernikahan mereka tiba tiba nanti. Kara mendapat jawaban keburuntungan.

"Ya. Tadi pacar sekaligus kekasihku yang menghubungi," Jawab Kara tegas dan lengkap.

Jarak keduanya sekarang tidak lebih dari 2 meter setelah langkah Ender berhenti, tepat di hadapan Kara.

Sudut bibir Ender naik membentuk senyum sinis dan mendengus tidak suka.

"Kau mempunyai kekasih, tapi kamu mencium pria lain. Hubungan yang sangat unik,"

Kara menarik nafas sembari menaikkan tatapannya menatap Ender dengan berani.

Jika ia mengatakan kalau saat itu ia sangat terkejut. Tentu pria ini akan sangat marah.

"Karna itu saya harap anda bisa membatalkan pernikahan antara kita nanti," Karna itu di luar rencana ku dan aku tidak mau ada pernikahan. Baik aku maupun Zara.

"Itu sudah di tentukan," Ender menduduki bokongnya di sofa. Tepat berada di belakang tubuhnya.

Sedang kedua manik matanya masih setiap menatap Kara.

"Saya rasa anda anak yang sangat patuh terhadap orang tua anda,"

Ender terlihat menarik nafas sebelum kemudian mengangguk membenarkan.

"Sebisa apa aku bisa membahagiakan mereka, maka aku akan melakukannya." Jawab Kara tegas dan cepat.

"Termasuk pernikahan yang tidak anda inginkan. Jika jika anda lupa, saya akan kembali mengingat kan. Wanita yang menikah dengan anda nanti itu saya dan bukan Zara." Sekalipun Zara, aku akan menghalangi.

Ender bangkit berdiri dan mendekat ke Kara.

"Aku tahu, karna yang ada di berita sekarang bukan Zara tapi dirimu,"

Kara menarik nafas. Ia memejamkan matanya. Itu memang ia yang mau, berita tersebar dan pernikahan batal. Tapi tidak dirinya yang menjadi sasaran perbaikan berita. Arghhh bisa gila aku,

"Seperti yang anda sudah tahu. Saya sudah memiliki kekasih jadi,,,"

"Aku menginginkan nya."Ujar Ender dengan nada suara dingin. Memotong ucapan Kara.

Sedangkan langkahnya perlahan mendekat ke Kara.

"Ya?!" Tanya Kara bingung sembari melangkah mundur ke belakang. Dengan radar antisipasi ia pasang. Ingin? Ingin apa,

"Aghhh," Pekik Kara terkejut saat tubuhnya menabrak sofa dan jatuh di sana.

Kara tetap profesional menjauhkan tubuhnya dari pria di depannya yang terus mendekat. Bahkan sudah mengurung tubuhnya.

Kara memejamkan kedua matanya. Dan membuang wajahnya kesamping.

"Apa yang kau ingin kan?" Tanya Kara di mana detak jantungnya sudah berdegup kencang. Tentu saja karna gugup sekaligus takut.

Benar kata Ezra. Pria ini sangat berbahaya dan aku sekarang, ada dalam bahaya itu.

Ender yang sudah mengurung tubuh Kara di bawah tubuhnya. Menaikkan satu tangannya dan memegang dagu Kara. Untuk kembali melihat dirinya.

Kara tidak melawan. Karna dirinya sudah terlalu ketakutan.

Perlahan Kara menoleh, melihat wajah pria di hadapan matanya.

Terkejut akan ketampanan atau wajah mereka sangat dekat, tidak. Kara lebih terkejut saat melihat arti dari tatapan pria di hadapannya sekarang.

"Kamu sadar? Pakaian mu sekarang bisa membuat semua pria salah paham."

Sontak Kara menurunkan tatapan nya melihat ke pakaian nya dan saat itu juga Kara. Mendecak kesal,

Tadi ia sedang mau siap siap mau tidur kembali setelah menyegarkan tubuhnya. Karna malas mengambil pakaian lain. Al hasil, ia kembali memakai lingerie Hitam tadi.

"Maaf itu,,," Kara menghentikan ucapannya saat melihat wajah pria di hadapannya.

Wajah Ender tiba tiba menjadi gelap dan ia menggeram.

"Apa tadi saat orang suruhan Mr. Javier kemari. Kau menggunakan baju ini?" Ender sempat bertemu di jalan. Namun, ia mengacuhkan nya.

Kara mengedipkan kedua matanya beberapa kali. Dan dirinya ikut panik sendiri. Entah karna apa,

"Tentu saja tidak. Tadi saat pria itu datang, aku habis selesai mandi. Dan aku,,,"

"Kamu membuka pintu dengan menggunakan handuk mandi. Handuk lilit atau baju handuk?" Tanya Ender tidak sabaran.

Sedang kedua matanya menatap Kara tajam. Layaknya Kara adalah miliknya sekarang,

Kara sedikit gelagapan sebelum menjawab.

"Itu handuk mandi, eh maksud ku. Baju handuk,"

Ender memerhatikan rambut Kara yang masih sedikit basah. Dan ia kembali menggeram.

"Dan rambutmu basah belum kamu keringkan, kamu membuka pintu untuk pria," Ujar tajam Ender ke Kara.

Kara kembali membuka mulutnya sebelum menjawab.

Siapa pria ini. Kenapa dia seenak jidatnya,

"Tadi bukankah aku sudah menjawab. Aku habis mandi dan pria itu datang. Lagian, dia lebih sopan dari pada anda. Apa anda sadar itu?"

Kenapa dia mengintrogasi ku layaknya aku ini kekasih nya saja. Dan kenapa juga aku mau melayadeninya.

Ender menaikkan satu alisnya tidak mengerti.

Dan Kara tidak suka melihat itu. Lihat dia, dia begitu sombong dan angkuh. Seperti yang dia lakukan adalah benar.

Kara mendesah.

"Anda masuk ke kamar seorang wanita dan tanpa menunggu si yang punya kamar membuka pintunya. "

"Dan seorang wanita itu. Wanita yang terlibat scandal sekarang dengan pria itu. Apa aku perlu menunggu?"

Kara melebarkan matanya. Ia tidak mengerti, sama sekali tidak mengerti.

Memang harus menunggu kan. Sekalipun terlibat scandal atau apapun itu. Itu namanya sopan santun. Apa pria ini tahu sopan santun tidak. Tapi melihat sifatnya, aku yakin tidak ada.

Kara kembali mendesah. Terserah dia sajalah,

"Baiklah, kenapa anda kemari? Ah dan satu lagi. Aku tidak sedang merayu siapapun termasuk anda. Jadi anda tidak perlu salah paham."

Ender memerhatikan tubuh Kara di bawah tubuhnya. Semua terlihat terkecuali bagian tertentu yang di lapisi kain tebak di sana. dan Ender menggeram tidak suka. Ingin sekali ia merobek nya dan melempar asal di sini.

Kara yang memerhatikan pandangan Ender pada tubuhnya. Sontak saja menolak kuat tubuh Ender di atasnya.

"Tolong pindah. Aku mau ganti baju,"

Ender mendengus sembari tersenyum sinis.

Menaikkan satu tangannya. Mengelus kasar bibir Kara. Sedang dirinya dan nafasnya menatap Kara penuh nafsu.

Sial.

Batin Ender mengumpat tidak suka dengan reaksi tubuh nya melihat wanita di bawahnya.

'Kenapa aku seperti ini? Sebelum nya aku tidak pernah seperti ini. Apa yang terjadi padaku. Dengan Zara tadi aku tidak merasakan apapun. Tapi kenapa hanya dengan melihat wanita ini..."