webnovel

Phoenix

Fregrin masih duduk di tempat tidurnya sebelum seorang pria berusia sekitar 40 tahun dengan tubuh yang kekar penuh dengan otot memasuki kamarnya, Ia adalah pelayan yang biasa mengawasi dirinya selama ini.

"Pangeran Fregrin, ini adalah waktu sarapan, semuanya sedang menunggu." Nada yang bermartabat, mencerminkan seorang kepala pelayan istana.

'Baiklah, aku harus sebisa mungkin untuk meniru Fregrin.' Fregrin adalah seorang pemuda dengan senyuman yang hangat dan memiliki pribadi yang positif. Ia gemar membantu dan tak pernah mengabaikan rakyatnya. Itulah hal-hal yang harus ia ingat tentang Fregrin.

"Baik paman Ronald, aku akan segera turun." Dengan senyuman yang hangat dan polos, ia segera meninggalkan tempat tidurnya.

Setelah Fregrin menjawabnya, Robald segera berbalik dan keluar dari ruangan dengan Fregrin yang mengikutinya di belakang.

Di sisi lain, Fregrin hanya menatap punggung Ronald sembari berjalan di belakangnya dan memikirkan rencana selanjutnya untuk kehidupannya kali ini. Ia memiliki beberapa pilihan dalam hal hal ini, tetap di kerajaan atau pergi dari kerajaan.

Walau memang saat ini kedua saudaranya terlihat damai, namun berdasarkan ingatan Fregrin, mereka berdua memiliki ambisi untuk menjadi Raja Pangea. Lebih dari itu, beberapa kali dengan bantuan Azmo, ia membaca hati kedua saudaranya, mereka benar-benar tak segan untuk membunuh orang yang menghalangi mereka termasuk dirinya sendiri.

Oleh karena itu, ia mengalami rasa takut berlebih karenanya. Untuk pilihan tetap di kerajaan, itu sedikit buruk karena ia tak menyukai hal-hal politik ini, dan kekuatan yang ia miliki jauh di bawah kedua saudaranya, setidaknya untuk saat ini.

'Azmo, tolong pinjamkan kekuatanmu.' Fregrin lalu berjalan menuruni tangga dan tetap berada di belakang Ronald, sekarang kekuatan Azmo sudah ada pada dirinya, ini adalah kekuatan untuk membaca perasaan orang lain, jadi sedikit sulit untuk mengetahui secara lengkap karena ini hanya membaca perasaan dan bukan pikiran.

Begitu Ronald turun, ia segera duduk di belakang kursi ayahnya, Frederic Pangea, Raja Pangea saat ini dan segera menuangkan segelas air pada ayahnya itu.

Kerajaan Pangea adalah Kerajaan manusia terlemah, dan itu dikarenakan ayahnya yang terkenal sebagai raja yang tamak dan rakus, dan dengan ingatan Fregrin, ia dapat membenarkan keterkenalan ayahnya tersebut, tak jarang ia mendengar tentang kerja sama antara ayahnya dan petinggi lain di Pangea.

Mereka benar-benar hanya memikirkan dirinya dan keluarganya masing-masing, padahal mereka semua adalah para konglomerat yang memiliki banyak harta, namun sepertinya ketamakan telah mendorong mereka semua untuk melakukan korupsi.

Walaupun semuanya berkumpul di ruangan, kedua saudaranya, dan ayahnya (Ibu mereka sudah mati). Keluarga kecil yang hampir lengkap, namun tak ada komunikasi antara mereka berempat, mereka hanya duduk dan makan tanpa satu patah kata pun yang keluar dari mulut mereka. Suasana itu pun membuat Fregrin menjadi diam, sama seperti yang dilakukan Fregrin sebelumnya saat makan.

"Ini memang keluarga yang suram seperti biasa." Azmo tiba-tiba berbicara dengannya, ia cukup terkejut dengan itu walau tahu suara Azmo tak dapat didengar oleh orang selain dirinya. Dan seperti yang ia duga, tak ada yang mempedulikannya walau ia membuat beberapa sentakan kecil.

'Begitulah, kuharap aku dapat meninggalkan tempat ini secepatnya.' Fregrin bicara dalam hati.

"Hah bocah, cobalah sebaik mungkin dan pastikan kau tak menyesalinya." Tawa mengejek lalu terdengar di dalam kepala Fregrin setelahnya. Azmo memang Demon yang menyebalkan, namun sangat berguna. Ia sama sekali tak bisa menyingkirkannya

Setelah mereka memakan makanan mereka masing-masing, mereka segera bergi keluar ruangan tanpa mengucapkan satu kata pun, benar-benar diam tanpa suara.

Fregrin pun juga ikut keluar dan menjalankan rutinitas Fregrin yaitu berjalan-jalan di Ibukota Kerajaan Pangea, Velera. Tujuan utamanya hanyalah menyapa warga yang berada di jalan.

"Halo pangeran Fregrin, apakah anda ingin membeli manisan?"

"Pangeran Fregrin, apakah anda ingin membeli kristal?"

"Silahkan masuk tuan Fregrin, menu kami gratis untuk anda."

Beberapa buah sapaan hangat dari masyarakat sekitar, Ia dapat mengalaminya secara langsung betapa dicintainya Fregrin di mata para rakyat yang ada di kota Velera, Mungkin Fregrin tak memiliki aura kepemimpinan seperti kedua saudaranya, namun ia memiliki kharisma yang unik dan memiliki pribadi yang mudah akrab dengan orang lain. Itu membuatnya dicintai oleh masyarakat, berbeda dengan kedua saudaranya yang lebih mengurusi urusan politik dan ambisi mereka untuk menjadi raja.

Kegiatan itu ternyata memakan waktu cukup lama hingga matahari berada tepat diatas kepalanya dan cuaca sudah menjadi sangat panas, awalnya ia memutuskan untuk pulang, namun karena suasana di istana yang sangat suram, ia memutuskan untuk singgah menuju salah satu tempat makan yang sedikit sepi agar tak terlalu mencolok.

Ia membuka pintu dan terdengar sebuh bel yang khas seperti di film-film yang sering ia lihat, matanya menuju pada seorang gadis yang terlihat memiliki rambut berwarna emas dengan iris mata dengan warna yang serupa juga.

Dan ketika berada di dekatnya, ada sebuah perasaan merinding dimana itu cukup untuk membuat Fregrin takut, bahkan ia dapat mendengar kecemasan Azmo di dalam tubuhnya.

"Apa ada masalah tu- ah anda Pangeran Fregrin, maaf karena tak bisa menyambut dengan baik." Gadis yang terlihat lugu dan baik hati, namun memberikan tekanan mental kepadanya, itu sangat aneh.

"Ah itu tak apa-apa, aku hanya akan memesan beberapa makanan sebelum kembali pulang, aku akan memesan ini dan itu." Ia segera lepas dari ketakutan itu dan dapat berbicara dengan normal.

Tak lama kemudian, pesanannya sudah siap dan diantar oleh gadis tadi, berdasarkan bentuk tubuhnya dan juga wajahnya, seharusnya mereka berdua seumuran.

"Terima kasih atas makanannya, em, omong-omong bisakah aku bertanya tentang sesuatu?" Dengan nada yang seramah mungkin, Fregrin bertanya pada gadis itu.

"Ah tentu saja pangeran, tentu saja boleh." Gadis itu menanggapi pertanyaan tersebut dengan antusias.

"Apakah kau pernah mengalami kejadian aneh atau semacamnya?"

"Kejadian aneh? aku tak mengingat kejadian aneh apapun selama ini, jadi mungkin tidak ada, maaf jika jawaban saya membuat Anda kecewa," ucap gadis itu dengan nada yang sedikit menyesal.

"Santai saja, aku hanya penasaran. Ini, kau bisa ambil kembaliannya." Fregrin pun segera pergi mengambil langkah seribu, pergi dari tempat itu.

"Tunggu seben-" Gadis itu terlihat sedikit syok ketika melihat apa isi dari sebuah kantung berisi uang itu, itu berkisar sekitar 1000 V, padahal harga makanannya hanya sekitar 100 V.

***

Fregrin sampai di kamarnya dan segera merebahkan dirinya di tempat tidur kesayangannya, Azmo seketika keluar dari tubuhnya ketika Fregrin memanggilnya.

"Azmo, kau tahu apa yang sebenarnya terjadi? itu gila! aku sangat merinding ketika merasakan tekanan itu." Fregrin berbicara seakan itu sangat berbahaya, namun seperti itulah faktanya, ini pertama kalinya ia merasakan tekanan sekuat itu.

"Aku mengingat itu, aku pernah merasakan hal itu saat peperangan dunia manusia dengan dunia Demon, itu memang benar-benar mengerikan."

"Benda apa itu?"

"Burung emas yang dapat membakar segalanya, burung yang melambangkan keindahan, salah satu dari 2 makhluk legendaris yang melindungi dunia manusia."

"Phoenix"