10 9. Kejadian di Pagi Hari

Mentari pagi masuk ke sebuah kamar yang bernuansa monokrom itu. Membuat si empunya kamar yang sedang bergelung di tempat tidurnya harus terganggu dengan kesilauan di matanya. Perlahan-lahan matanya mulai terbuka. Kebiasaan laki-laki itu jika tidur, ia hanya bertelanjang dada dan hanya memakai boxer. Katanya, dia merasa nyaman hanya seperti itu.

Rayhan meraih jam weker di atas nakas samping tempat tidurnya. Jam itu menunjukkan pukul 7. Rayhan menyimpan jam weker ke tempat semula dan menelentangkan tubuhnya menghadap langit-langit kamarnya. Memikirkan sesuatu di pagi hari untuk mengusik hatinya. Rayhan menghela nafas kasar dan segera saja ia bangkit dari tempat tidurnya menuju kamar mandi.

🍃🍃🍃

Suara ketukan pintu menginterupsi Rayhan yang sedang memasang dasinya di depan cermin besar pada walk in closet di kamarnya itu. Dia hanya menghiraukan. Namun, suara gebrakan pintu ketika dibuka terdengar di indra pendengarannya. Rayhan geram kepada orang yang berani membuka pintu ruangannya secara kasar.

"Apa ka-"ucapan Rayhan terpotong ketika berbalik ke arah dan melihat seseorang yang menggebrak pintu itu. Rayhan hanya menampakkan senyum yang memelas kepada orang itu. Ternyata mommy Berlin.

"Eh mommy..."kata Rayhan dengan wajah memelas. Rayhan mendekati mommynya yang memasang wajah garang dengan kedua tangan yang terlipat di dadanya.

Rayhan langsung memeluk wanita yang begitu dicintainya itu dari samping. Berlin tidak mengubah ekspresi wajahnya, dia hanya menyaksikan tingkah laku anaknya yang masih menurutnya masih bocah.

Rayhan melepas pelukannya dan mencium pipi Berlin,"Mommy jangan pasang wajah garang mommy dong. Kann Rey jadi takut!!!"kata Rayhan dengan manja dan kembali memeluk Berlin serta meletakkan kepalanya di bahu kiri ibunya itu.

Berlin menurunkan tangannya dan meraih kuping kiri anak lelakinya.

Suara rintihan Rayhan mulai terdengar bersamaan dengan ia melepaskan pelukannya kepada Berlin"Duh...Duh... Mom, Rey salah apa lagi sama mommy sampai-sampai telinga aku dijewer lagi."Ringis Rayhan sambil memegang tangan Berlin yang sedang menjewer telinganya.

Berlin menarik telinga Rayhan ketika ia beranjak meninggalkan ruangan pakaian Rayhan. Rayhan masih meringis kesakitan mengikuti perempuan yang telah melahirkannya menuruni tangga menuju dapur.

Tepat di depan meja makan, Berlin melepaskan tangannya dari telinga anaknya. Tampak laki-laki paruh bayah dengan senyuman tipis menghiasi wajahnya sedang duduk tenang di meja makan sambil melipat tangannya memerhatikan tingkah ajaib kedua orang yang disayanginya.

Berlin melihat ke arah suaminya,"Dad tolongkan katakan ke anak kamu ini jangan bertingkah semaunya saja."kata Berlin yang mengeluarkan amarahnya sambil menunjuk ke arah Rayhan.

Rayhan masih menyapu telinganya yang sakit hasil dari jeweran tangan ibunya dan memasang wajah bingungnya,"Rey kenapa lagi, mom? Perasaan Rey nggak pernah bertingkah semaunya deh."jawab Rayhan bingung.

Laki-laki paruh bayah itu bangkit dari posisinya menghampiri istrinya -- Berlin untuk menenangkannya,"Nggak baik kalau pagi-pagi gini marah-marah sayang."kata Romi sambil mengelus bahu istrinya dari samping.

Emosi Berlin mulai redam dan kepalanya segera bersandar di dada Romi. Melihat tingkah absurdnya, Rayhan memutar kedua bola matanya.

'Nah, kann! Adegan filmnya hampir dimulai, bikin sakit mata ajah'gerutu Rayhan dalam hati.

"Ini nih dad anak kamu! Masa dia mutus kontrak kerjasama dengan perusahaan Wijaya. Itu kann perusahaannya sahabat mommy dari kecil. Padahal niat awal mommy maunya Hana dan Rayhan dijodohin."kata Berlin manja sambil mengusap dada suaminya.

Mendengar hal itu, Romi hanya menghela nafas dengan pasrah,"Apa benar apa yang dikatakan mommy kamu, Rey? Kamu memutuskan kontrak kerjasama kita dengan perusahaan Wijaya?"tanya Romi memandang ke arah Rayhan.

Rayhan mengangguk pelan,"Rey hanya ingin memberikan pelajaran kepada Hana."jawab Rayhan polos.

Berlin mengangkat kepalanya dan mulai penasaran dengan maksud ucapan anaknya,"Memangnya kenapa dengan Hana?"tanya Berlin penasaran.

"Rayhan nggak suka sama sikap Hana yang sombong dan bar-bar itu"jawab Rayhan dengan santainya dan duduk di salah satu kursi meja makan.

"Bar-bar gimana? Setahu mommy, Hana itu anaknya sopan dan kalem."lirih Berlin.

Mendengar ucapan ibunya, Rayhan dengan entengnya menjawab,"Itu karna dia udah tau niat mommy untuk ngejodohin aku sama dia makanya dia bersikap seperti itu sama mommy."Rayhan bangkit dari duduknya bersamaan dengan ekspresinya yang berubah jadi datar,"Dan mommy nggak usah nyariin calon istri buat Rey karna Rey yang akan nyari sendiri calon istri buat mommy dan Daddy. Rey pamit ke kantor!"kata Rayhan dengan nada dingin dan bergegas meninggalkan orang tuanya.

Pasangan suami istri itu hanya mampu memandangi kepergian anak pertamanya.

"Mommy sih..."kata Romi dengan nada sedikit manja.

"Ya kann mommy udah nggak sabar punya mantu, dad..."jawab Berlin dengan memasang wajah cemberut dan rasa bersalah terhadap anaknya.

🍃🍃🍃

avataravatar
Next chapter