34 Tanpa Kabar

Intan cemas, tapi Paman Har sudah tampak lebih tenang.

Paman Har tahu bahwa Irwan tidak mengalami kecelakaan, tapi satu-satunya kemungkinan adalah hal buruk yang terjadi pada Nona Alicia.

Paman Har menghibur Intan dan memintanya untuk tenang dulu. Tidak ada masalah apapun yang menimpa suaminya.

Tepat saat itu, telepon Paman Har berdering.

Ekspresi Paman Har langsung menjadi tegang. Dia langsung berbalik membelakangi Intan untuk menjawab telepon itu.

Suara Alicia Atmaja yang ada di seberang telepon terdengar lemah, seperti sedang kelelahan.

"Paman Har..."

"Nona Alicia, Tuan tidak bisa dihubungi."

"Sesuatu terjadi pada Anton, Irwan bersama Anton sekarang. Kamu tahu di rumah sakit sinyalnya benar-benar tidak ada. Irwan tahu aku sudah kelelahan, jadi dia membiarkan aku keluar dari sana dulu."

"Bagaimana kabar Anton, Nona?"

"Aku tidak tahu, aku tidak tahu. Aku sangat bingung sekarang, aku tidak akan memberitahumu dulu. Aku akan ke rumah sakit lagi."

Alicia Atmaja menutup telepon, sepertinya dia masih gelisah.

Paman Har menghela napas.

Kemudian, terdengar suara Intan dari belakang Paman Har.

"Paman Har... apakah Irwan sudah menghubungi?"

"Saya sudah dapat kabar. Katanya sekarang Tuan Irwan berada di tempat yang tidak ada sinya, jadi saya khawatir Nona Intan tidak bisa menghubungi Tuan Irwan dalam waktu dekat ini. Tapi Nona Intan tidak perlu khawatir, tidak ada yang terjadi pada Tuan Irwan. Dia baik-baik saja, percayalah."

Intan akhirnya bisa sedikit merasa lega saat mendengar kabar tersebut.

Tidak apa, selama Irwan baik-baik saja.

"Aku tadi tidak bisa menghubungi Sekretaris Hamdani, jadi siapa yang menghubungi Paman Har?"

"Direktur di sana."

Paman Har tersenyum.

Intan sedikit curiga, dia dengan jelas melihat ID peneleponnya adalah Nona Alicia ...

Bagaimana bisa menjadi direktur?

Mengapa Paman Har berbohong?

Intan merasa sedikit gelisah, tapi dia tidak berani berpikir terlalu jauh. Dia kemudian kembali ke asramanya sendirian.

Tiba-tiba Intan merasa asramanya kosong. Tidak ada yang bisa diajak bicara.

Salsa telah melakukan perjalanan bisnis selama dua hari berturut-turut, jadi pada hari Senin, dia kembali ke asrama untuk tidur.

Salsa yang baru datang melihat wajah Intan sangat murung. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya.

Intan memberitahu Salsa tentang Irwan yang tidak bisa dihubungi dan tidak ada yang tahu keberadaannya.

Salsa mengerutkan kening, "Tidak ada sinya? Memangnya dia pergi ke pelosok? Menurutmu ini film mata-mata?"

"Aku juga tidak tahu."

Intan kesal karena tiba-tiba dia merasa bahwa dirinya tidak pernah benar-benar mengenal Irwan.

Salsa tidak berani mengatakan sesuatu yang serius, karena takut menambah beban pikiran Intan yang sudah rumit.

Satu-satunya hal yang bisa dia lakukan adalah kembali menemani Intan. Salsa takut Intan tidak tahan sendirian.

Salsa langsung mengajak Intan makan makanan enak dan membeli baju baru.

"Uang bulananku sudah tiba. Jangan sungkan denganku. Jika uang ini tidak dihabiskan secepatnya, aku akan merasa tidak nyaman."

Keluarga Salsa tinggal di luar kota. Keluarganya merupakan keluarga selebriti selama tiga generasi, tapi Salsa selalu merasa jijik dengan ketenaran nama keluarganya sendiri sehingga Salsa tidak pernah mengungkapkan asal usul keluarganya.

Setiap bulan, Salsa selalu menerima sejumlah besar uang untuk biaya hidupnya. Tetapi Salsa sebenarnya tidak mau menerima uang itu, jadi dia harus menghabiskan uang itu dalam waktu seminggu. Setelahnya, dia akan menghemat dan mencari uang dengan hasil jerih payahnya sendiri

Sebagian besar barang yang Salsa beli adalah barang-barang mewah dan mahal seperti tas, sepatu, dan pakaian. Tapi, semua barang yang dia beli itu hanya diletakkan dan ditumpuk di dalam lemari hingga berdebu.

Intan tahu bahwa Salsa juga memiliki masalahnya sendiri. Meskipun mereka memiliki hubungan yang dekat, kepribadian Salsa yang cukup tertutup bahkan membuat orang dekatnya sulit untuk bertanya.

Ada semacam rahasia yang sulit untuk diungkapkan.

Intan berusaha menyibukkan diri selama ini. Dia tidak berani berhenti beraktivitas, karena takut dia akan semakin memikirkan hal yang macam-macam.

Bahkan meski sudah diajari oleh Salsa, tugas-tugas Intan masih saja berantakan.

Otaknya seperti tidak mau bekerja.

Dosennya telah mengkritik Intan lebih dari sekali. Dosen meragukan apakah Intan masih bisa lulus dan bagaimana Intan bisa membuat makalah makro ekonomi yang buruk seperti ini.

Intan juga sangat kesal. Irwan hanya muncul sekali dalam satu bulan. Bagaimana Intan bisa membiarkan dirinya ketergantungan dengan Irwan seperti ini?

Tidak tahu diri!

Hanya ketika Intan menjadi marah, pikirannya terasa lebih baik.

Waktu terus berjalan, hingga 2 minggu berlalu dalam sekejap mata.

Irwan masih tidak ada kabar. Dia sudah bertanya kepada siapa pun tetap tidak ada yang bisa menjawab keberadaan Irwan. Semuanya kentut!

Libur Nasional tujuh hari segera tiba. Salsa mengatakan akan pulang ke kampung halamannya, Intan mengantar Salsa ke stasiun.

Sebelum berpamitan pergi, Salsa mencubit pipi Intan lalu bertanya, "Apa yang akan kamu lakukan selama liburan tujuh hari?"

"Apa lagi yang bisa aku lakukan? Biasanya aku bekerja di bar."

Ketika Salsa mendengar ini, dia memutar matanya dengan enggan.

"Intan, tunanganmu telah hilang selama lebih dari dua minggu, apakah kamu tidak ingin menemuinya?"

"Ya, aku ingin menemuinya! Aku ingin menemuinya, puas!"

Setiap kali Salsa menceramahi dirinya, Intan akan berpikir lagi dalam hatinya apakah Irwan mengalami kecelakaan di luar sana.

Kecelakaan mobil? Jatuh dari tebing? Tenggelam di laut?

Atau apakah dia diculik oleh alien dari Galaksi Andromeda?

Intan telah memikirkan banyak kemungkinan, tapi dia tidak bisa membuktikan kebenaran salah satunya.

Melihat Intan yang tidak berdaya, Salsa memukulkan kepalanya sendiri dengan heran.

Kapasitas otak Intan terlalu kecil, dia tidak bisa terlalu mengkhawatirkan banyak hal. Itu merupakan berkah dan juga kutukan bagi Intan.

Langsung saja Salsa mengeluarkan dua tiket pesawat dari sakunya lalu memberikannya di atas tangan Intan. Tidak lupa dengan beberapa uang Euro yang sudah ditukarkan.

"Aku sudah minta izin untukmu kepada Lia. Kamu bisa terbang untuk mencari tunanganmu. Ini tiket pulang pergi, keberangkatan besok pukul tujuh pagi. Jangan ketinggalan pesawat, tahu?"

"Salsa, kamu ..."

Intan terkejut sekaligus terharu melihat dua tiket itu.

Salsa benar-benar menyiapkan segalanya untuknya.

"Jangan menatapku dengan tatapan lapar itu. Menjauhlah dariku, dan jangan cium aku. Lipstik nenekku itu mahal! Wajahku sensitif dan produk perawatan kulitku juga mahal!"

Salsa menatapnya dengan ekspresi jijik yang dibuat-buat. Intan baru saja akan membuka mulutnya, tapi Salsa segera tahu apa yang ingin dia lakukan.

"Ingatlah untuk meneleponku kapan saja. Jangan khawatir tentang tagihan telepon, kakakmu ini akan mengembalikan uangmu. Perhatikan keselamatan di jalan, aku akan mengirimkan daftar nomor untuk panggilan darurat nanti. Jangan sampai kamu tersesat atau tidak bisa menemui polisi, oke? Aku akan masuk ke dalam kereta, kamu juga harus pergi."

Salsa menepuk kepala Intan lembut, lalu berbalik.

"Hati-hati di jalan, telepon aku kalau sudah sampai di sana."

"Iya, tahu."

Salsa melambaikan tangannya lalu masuk ke dalam kereta. Salsa adalah orang yang bebas dan santai, tetapi Intan sangat emosional karena Salsa benar-benar perhatian terhadapnya.

Salsa pikir bahwa karakternya tidak akan berubah sepanjang hidupnya, tapi ternyata dia tersentuh oleh gadis bodoh ini.

Sekarang Salsa juga menjadi sentimental. Padahal dia hanya pergi selama tujuh hari, tetapi dia seperti tidak mau meninggalkan Intan. Salsa menjadi sangat sedih!

...

Intan melihat Salsa hingga dia pergi. Intan melihat lagi tiket di tangannya dengan suasana hati yang tiba-tiba naik turun.

Akankah Irwan sangat senang jika dia melihat dirinya secara tiba-tiba?

Atau kaget?

Akankah Irwan memeluk dirinya? Apakah Irwan akan menciumnya?

Intan menelepon Sekretaris Hamdani dengan cemas, dia ingin bertanya tentang nama grup perusahaan di Jerman. Tapi tidak ada yang menjawab.

Keesokan paginya, Intan mengemasi barang bawaannya dan naik pesawat lebih awal.

Butuh lebih dari dua belas jam untuk terbang sebelum akhirnya tiba di Jerman.

Di negara ini, ada Irwan!

Mengikuti rute maps, Intan naik taksi ke perusahaan J.Y Group di Jerman.

Saat Intan berdiri di seberang jalan akan menyeberangi zebra cross, dia melihat sosok yang dikenalnya.

Itu adalah Irwan!

Ketika Irwan keluar dari mobil, Intan dengan riang melambaikan tangannya dan berteriak memanggil namanya. Tetapi, dia melihat Irwan membantu seorang wanita cantik untuk keluar dari dalam mobil. Mereka berpegangan tangan dan terlihat sangat akrab.

avataravatar
Next chapter