ROSE AND SUNSET
Pelatih yoon memandang hyunsang, "putraku, tolong jelaskan teknik simple apa yang kau lukis dalam tugas pertamaku ini".
Seisi ruangan merasakan kengerian pelatih yang pertemuan awalnya selalu menunjukkan senyum ramah, "ternyata dia bisa mengerikan juga" kata salah satu mahasiswa dalam ruangan itu.
Hansung bingung harus mengatakan apa. Di lain sisi dia merasa bangga karena akhirnya hyunsang akan dipermalukan di depan umum. Tapi, di sisi lain dia juga takut jika dia akan kena hukuman karena mengerhakan tugas milik temannya. "duh, bisa kena hukuman aku kalau begini caranya"
Pelatih yoon mengambil secarik kertas tugas dari mahasiswa lainnya, "kim hansung, bisakah kau maju ke depan?" pelatih yoon memanggil.
Hansung langsung maju setelah ia memastikan dirinya ia akan menerima konsekuensinya, ia berdiri tepat di depan pelatihnya. "kim hansung, kau mendapat pendidikan disini karena pengaruh yang kau berikan saat tes seleksi minggu lalu, aku harap potensimu tidak bisa rusak hanya karena sifat burukmu yang lain"
Hansung menundukkan kepala, ia merasa bersalah, tidak seharusnya ia mengerjakan tugas milik orang lain. Apapun yang terjadi, ia tidak harus melakukannya, tapi saat itu ia merasa buntu hingga akhirnya ia melakukannya dengan sukarela ditambah lagi, ia ingin mengenal minhyung si Pembinanya di asrama bongsul mengenai kenangannya bersama kakaknya wonki dulu.
Pelatih yoon menambahkan, "ada beberapa goresan dalam gambar ini yang menunjukkan adanya suatu keidentikan dengan karyamu, apa kau juga yang menggambar tugas milik hyunsang?" seisi ruangan itu menjadi tercengang. Putra mahkota dari kerajaan besar mereka ternyata melakukan suatu perbuatan terlarang di akademi haeseok.
Hansung terdiam, kakinya bergetar tangannya menggaruk tidak jelas. "hansung.. JAWAB!!" pelatih yoon berteriak dan melempar kertas milik hansung ke wajahnya. Hansung ingin menangis saat itu. Tapi ia teringat, bagaimana ia bisa sampai disini karena tekadnya untuk membawa nama baik hansung.
"benar pelatih yoon, saya yang mengerjakan tugas putra mahkota hyunsang. Saya menyesalinya sekarang" hansung menegakkan kepalanya saat mengatakan dengan jujur. Tapi, setelahnya dia menundukkan kepala lagi, ia benar-benar tidak menyangka bahwa pelatih yoon akan menyadarinya secepat ini.
"hansung dan hyunsang, keluar dari kelas saya sekarang dan temui saya di ruang kerja setelah pelajaran hari ini selesai" ucap pelatih yoon. Tanpa jawaban lagi hansung langsung menunduk dan pergi keluar dari ruangan. Sedangkan hyunsang masih kebingungan dan menatap kepergian hansung dari ruangan.
"apalagi yang kau tunggu? Kutunggu penjelasanmu nanti setelah aku selesai mengajar" kata pelatih yoon.
Hyunsang tak bisa berkata apa-apa, dia hanya menatap nanar kea rah pintu tempat hansung keluar. Di luar pintu hansung terduduk menangis tersedu-sedu. Hyunsang kebingungan, ia merasa bingung, tidak tahu harus apa. Rasa bersalahnya membuatnya salah tingkah.
Hansung mendadak berdiri, memandang hyunsang sekilas hingga kemudian ia pergi keluar dari aula tersebut. "hansung! Hansung!" hyunsang memanggil hansung,
Hansung seolah tidak memerdulikan panggilan tersebut. Ia hanya terus berjalan cepat dan tidak menoleh ke belakang. Saat hyunsang menarik tangan hansung agar berhadapan dengannya. Hansung meronta minta dilepaskan. "heei, kau kenapa? Dengarkan aku dulu!" tahan hyunsang.
Tapi hansung tetap meronta minta dilepaskan, tetap saja, meskipun ia bisa mengalahkan hyunsang dengan taktik tipuan pedangnya nyatanya tenaga hansung tidak sebanding dengan tenaga hyunsang. Hyunsang menarik hansung dengan keras hingga tubuh mereka merapat satu sama lain, bahkan secara reflex hyunsang memeluk erat pinggang hansung dari belakang membuat teman yang sedang membencinya saat itu agak jinjit untuk menyamakan tinggi mereka.
Hyunsang menatap lekat mata hansung, "matanya cantik". Hansung yang terkejut langsung mendorong dada hyunsang dengan keras, hyunsang yang agak melamun terdorong ke belakang. Kaget. "maaf, aku tidak bermaksud. Maksudku.." mereka saling diam. Hyunsang tidak bermaksud menarik hansung sekeras itu, tapi kenapa jantungnya berdegup keras sekali?
Hansung sama terkagetnya, dirinya mencoba menormalkan napasnya. "ada apa? Apa yang kau inginkan sekarang? Kau sudah mengancamku kemarin dan pagi ini aku kena imbasnya karena ancamanmu itu" ucapan hansung begitu lancar saat keluar dari mulutnya. Akan tetapi hyunsang tetap melihat ada guratan kesedihan di sudut mata hansung.
"hansung, aku tahu… aku salah. Dan permintaan maafku juga tidak akan mudah kau terima. Tapi kumohon, akuilah keberadaanku sebagai temanmu, seiring berjalannya waktu aku akan menebus kesalahan semuanya. Aku bukan tipe orang yang akan membiarkan orang menaruh dendam padaku. Kau tahu itu?"
Hansung hanya memperhatikan sekilas dan kemudian pergi berjalan kea rah lain di dekat aula. "aku ingin menunjukkan suatu tempat yang bisa membuatmu agak mendingan, ikutlah aku" ajak hyunsang menarik lengan hansung.
Sesampainya di tempat itu, hansung hanya memasang muka biasa saja tanpa ada rasa kagum dengan keindahan taman yang dikelilingi danau dan sebuah jembatan penghubungnya. "kau tidak kagum dengan keindahan taman ini?" Tanya hyunsang penasaran.
"aku dah sering kesini beberapa kali sebelumnya" jawab hansung singkat. "hyunsang, aku ingin sendirian saja sekarang. Aku sudah nyaman berada di sini, kuharap kau mau pergi meninggalkanku sekarang"
"hei, aku yang membawamu kesini agar kau tidak marah lagi padaku, kenapa kau yang mengusirku? Kalau kau mau kau bisa mencari tempat lain yang bisa membuatmu nyaman" ujar hyunsang.
Tidak ada niatan untuk melawan percakapan hyunsang, hansung pun membalikkan badan bersiap untuk pergi dari sana hingga tarikan tangan hyunsang menyelamatkannya dari lesatan anak panah yang hampir mengenai dirinya. Hansung sangat terkejut karena anak panah itu ternyata mengenai gazebo yang ada di taman tersebut, gazebo yang menjadi tempat bertemunya dengan paman hanlong tempo hari.
"aku hampir mati?" Tanya hansung kepada dirinya sendiri saking terkejutnya.
Seorang wanit tiba-tiba berjalan menyusuri jembatan menuju tempat mereka berada, hansung tidak mengenali wajah itu, hanya saja perasaannya berkata bahwa wajah gadis itu Nampak tidak asing baginya. Hyunsang menarik pelan hansung ke belakang dan menjadikan dirinya seolah-olah tameng bagi hansung.
"maafkan aku, sepertinya tanganku licin hingga anak panahku melesat ke tempat ini" ucap gadis itu.
"sedang apa kau disini?" Tanya hyunsang ketus.
"kenapa? Aku sedang berlatih panahan untuk persiapan festival nanti. Harap maklum, aku masih tahap berlatih. Jadi, jika ada anak panah yang meleset sepertinya bukan salahku sepenuhnya" ucap gadis itu tanpa ada perasaan bersalah.
"aku merasa tidak asing dengan gadis itu, tapi siapa ya?" ucap hansung dalam hati. "jika kau masih berlatih, harusnya kau masih tetap di lapangan saja, jangan keluar dari arena berlatih" kata hyunsang tajam.
"kenapa? Aku juga harus berlatih di luar ruangan juga. Tidak hanya di dalam arena saja, jika aku berlatih di arena saja bagaimana aku bisa mengerti aroma alam di luar sana?" balas gadis itu.
"kau harus melihat festival panahan untuk para gadis di istana beberapa minggu lagi, aku mengundangmu" ucap gadis itu.
"aku tidak butuh undanganmu" jawab hyusang ketus.
"aku anggap itu sebagai ucapan semoga berhasil, semoga nyawamu tetap selamat tuan muda?" ucap gadis psychopath itu sebelum pergi.
Sosoknya membuat hansung terus penasara, sedetik kemudian hyunsang menghadap hansung dan memegang erat pundaknya, "hansung, kau boleh membenciku setengah mati. Tapi kau harus ikuti perkataanku, jangan sampai kau terlibat dengan kehidupan gadis tadi. Bahaya" hansung pun bingung.
"apa hubungannya denganku? Aku tidak mengenalnya…"
"tidak ada hubungannya kau mengenalnya atau tidak, intinya dia sudah tahu bahwa kau adalah temanku dan kau dalam keadaan bahaya sekarang!" tambah hyunsang.
"siapa gadis tadi?" Tanya hansung penasaran.
"dia adalah shin dawon, kau jangan berurusan dengannya maupun keluarganya" ucap hyunsnag menyadarkannya akan satu hal.
"shin dawon? Keluarga shin? Berarti saudara tirinya?" Tanya hansung dalam hati.