webnovel

Beautiful Peach Blossom

"Aku sudah memutuskan hal ini matang-matang" ucap Wonbi penuh tekad meski air mata belum sepenuhnya kering dari wajahnya. Seorang gadis dari desa nan jauh berjuang untuk mengenyam pendidikan di istana kerajaan dengan menggunakan nama saudara sepupunya yang telah meninggal. Ia akan tetap merahasiakan identitasnya sebagai perempuan yang menyamar menjadi laki-laki. seiring perjalanan sebagai mahasiswa ia akhirnya mampu mengungkapkan rahasia dibalik kematian ibu dan sepupunya. Menjalani hidup dengan kumpulan pangeran kerajaan membuat hidupnya tak semulus yang ia kira. Awalnya cukup merepotkan akan tetapi semuanya ikut andil dalam mencari kebenaran tragedi sepuluh tahun yang lalu.

Rose_And_Sunset · History
Not enough ratings
53 Chs

Bab 13 "Nyawaku Terancam Berkat Keberhasilanku"

Rose and sunset

Hansung masih mencerna kata-kata yang keluar dari mulut dasong, terkadang dasong selalu berbicara tanpa ada perasaana sama sekali. Tapi melihat wajah ketiga temannya ia tetap bingung dan lebih memilih untuk diam. Ia juga tidak tahu harus bersikap bagaimana.

Pengumuman seleksi terakhir hari itu adalah pertandingan fisik seperti yang terjadi beberapa hari lalu. Bagi hansung bukan sesuatu yang sulit untuk dirinya nanti bermain pedang. Tapi, dalam pikirannya ia bingung untuk memilih apakah ia harus memilih pedang atau panahan?.

Pertandingan fisik ini adalah pertandingan duel, dimana yang akan dipertandingkan di tengah arena akan dipanggil oleh penilai. Sehingga, tidak ada yang tahu siapa yang akan dipanggil untuk bertarung dan siapa lawannya. Tidak ada yang tahu.

Setelah selesai sambutan, seorang pegawai istana membawakan sebuah kotak berisikan nama-nama mahasiswa yang akan dipertandingkan di arena. Pertama, ia memasukkan tangannya ke dalam kotak tersebut. "Jang Jaebum!" teriak ketua penilai.

Si congkak perkasa itu langsung menuju tengah arena dan berdiri dengan gagahnya menunggu seseorang yang akan dipanggil untuk menjadi lawannya. "lawannya adalah Jung Bonghwan!" sorak sorai para mahasiswa terdengar menggema di tribun. Akan tetapi, hanya beberapa anak yang tidak tertarik dengan pertandingan mereka berdua, pertandingan antar mahasiswa disepakati oleh yang bersangkutan. Sehingga meskipun keahlian mahasiswa tersebut adalah filsafat misal, dan lawannya memaksa untuk pertandingan pedang maka bisa jadi pertandingan pedanglah yang akan dipilih. Dan nasib bagi si lawan adalah merelakan dirinya kalah telak dan bisa jadi mendapat peringkat yang jauh berada di bawah.

"tak perlu ribut lagi, Jaebum pasti memilih pertarungan gulat bukan? Dia unggul dalam hal itu?" ucap dasong. "iya kau benar" usul hansung. "hansung, jika kau nanti harus memilih maka pilihlah yang menguntungkanmu. Jangan sampai kau mau mengikuti lawanmu apalagi lawan yang seperti Jaebum. Aku tidak tahu kenapa tapi sepertinya jaebum bukanlah orang baik yang bisa kita duga.

Hansung hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju, ia merasa lega sekarang. Satu per satu dari temannya mulai berbicara dan tidak membeku seperti saat awal sambutan dari ketua penilai. Pertandingan pertama berlangsung cepat, tentu saja jaebum langsung mengalahkan bonghan yang kurus dan lemah. Keahlian bonghan bukan di pertarungan gulat, meskipun dia bisa memanah tapi ia tidak bisa disandingkan dengan jang jaebum.

"apakah kalian tahu? Kalau sebenarnya tidak semua siswa yang duduk di tribun ini akan maju ke tengah?" Tanya seonho tiba-tiba. "iya ya" pikir hansung. Ia jadi teringat salah satu sambutan ketua penilai tadi bahwa yang akan dipertandingkan di hari keenam ini adalah para mahasiswa yang memiliki keahlian fisik. "tapi, jung bonghan?" Tanya hansung. "dia bisa panahan hansung" sahut sungmin. Hansung hanya manggut-manggut, benar, bonghan bisa panahan kemarin.

Satu persatu siswa diundang ke tengah arena, hingga tiba saatnya putra mahkota di panggil. Ia berdiri dengan gagah di tengah arena, raut mukanya sangat percaya diri bahwa dia akan memenangkan pertandingan ini nantinya. "kim hansung!" suara dari ketua penilai menyebut namanya. "apa benar yang dipanggil adalah aku?" tanyanya dalam hati.

"hansung, kau akan bertanding melawan hyungsang!"

"Kau harus kuat kau harus pintar menghindar seperti saat kau bertarung dengan jaebum"

"kau harus menggunakan akal dan pikiranmu agar bisa setidaknya bertahan!"

Suara ketiga temannya bergantian menasehatinya tanpa henti, ia tidak menyangka jika hari ini dia sendiri yang akan melawan putra mahkota, lee hyunsang. Bagaimana jika dirinya kalah dari putra mahkota nantinya? Bagaimana jika dia kalah dari hyunsang kemudian dia akan mendapatkan ranking di bawah sehingga dia tidak bisa membawa nama hansung menjadi baik nantinya. Apa yang harus ia lakukan?

"hansung! Kau harus maju sekarang, jangan diam saja!" kata dasong.

Hansung yang tersadar dari lamunannya langsung berdiri dan mulai menuruni tribun menuju tengah arena dimana putra mahkota sudah menantinya di bawah. Dia Nampak pergi ke tempat peralatan senjata dikumpulkan, hansung merasakan tubuhnya kaku ketika ia menuruni tangga karena semua pandangan orang di tribun tertuju padanya. Mungkin mereka penasaran bagaimana nantinya diriku dikalahkan oleh putra mahkota, Apakah aku masih hidup atau tidak. Begitu kata hansung dalam hati.

Ketika sudah sampai di tengah dirinya terkejut karena tanpa pendapatnya putra mahkota sudah membawa dua bilah pedang panjang untuknya sendiri dan untuk hansung, lawannya tentu. "ini untukmu" kata pangeran kepada hansung yang masih kebingungan di tengah arena. Hansung pun menerimanya dan mulai membuka sarung pedang. Ia pun mengambil posisi kuda-kuda setelah mundur tiga langkah. Mencari celah dan taktik bagaimana setidaknya bisa bertahan dari pria perkasa ini.

Hyunsang melancarkan serangannya terlebih dahulu dan hansung berhasil menepisnya. Berkali kali serangan yang dilancarkan hunsang mampu dihindari dengan baik oleh hansung. Hansung berusaha mencerna gerakan lawan dengan cepat dan tepat, dirinya tidak boleh lemah atau terkecoh dengan pangeran ini. Perlahan dirinya mulai melayangkan pukulan ke bagian tubuh yang bisa melemahkan lawan, seperti saat ia telah berhasil menepiskan serangan dari hyunsang ke belakangnya ia berhasil menyikut tengkuk pangeran dengan sikunya dengan kuat sehingga putra mahkota yang belum membalikkan badan jatuh tersungkur di tanah.

"ini masih awal, aku harus bertahan!" kata hansung pada dirinya sendiri.

"aku tidak boleh lengah dari gadis ini!" kata hyunsang.

"kesalahanku kali ini adalah membuatnya jadi lebih kuat lagi, aku pasti akan kerepotan sekarang!" ucapnya lagi.

Hyunsang melancarkan serangannya bertubi-tubi, tanpa jeda dan tanpa kasihan. Ia hanya ingin kemenangan kali ini adalah miliknya, ia adalah putra mahkota dan tentu saja dirinya harus menjadi ranking satu jika dibandingkan dengan semua putra bangsawan yang hadir disini.

Akan tetapi hansung selalu berhasil menepis semua serangan itu, ia selalu menepisnya untuk ke kanan dan ke kiri. Sampai-sampai hyunsang merasa muak dan akhirnya menebas pedangnya tepat dari atas akan tetapi berhasil juga ditahan oleh hansung, dengan sisa tenaga yang ada dia mencoba untuk menahannya lebih lama lagi. Tapi jujur, hansung ingin mengakhiri pertarungan sengit hari itu. Ia pun harus memutar otak lebih untuk bisa memenangkan pertandingan ini.

Ia pun mencoba bertahan dengan tebasan pedang hyunsang, dengan mempertaruhkan sedikit keberuntungan ia melepaskan pegangan di pedangnya kemudian mencengkeram tangan hyunsang dan memutar tubuh hingga pegangan hyunsang pada pedang mengendur dan saat itulah hansung berhasil mengambil alih pedang hyunsang.

Dengan gerakan secepat kilat hansung menujukan mata pedangnya tepat di depan leher hyunsang sedangkan tangan satunya lagi mengarahkan mata pedang tepat berada di belakang leher hyunsang. Saat itulah, momen kekalahan telak dialami oleh putra mahkota tanpa ia duga sebelumnya. Dalam hatinya ia justru tidak merasa marah atau kesal, akan tetapi keterkejutan dan sedikit kagum bagaimana akhirnya ada seseorang yang berhasil mengalahkannya dan ternyata adalah mahasiswa dari desa asing di kerajaannya.

Semua penonton yang tercengang melihat ketangkasan hansung langsung berdiri dan memberinya sorakan tepuk tangan meriah. Hansung yang menyadari dirinya telah menang merasa bahagia, ia ingin sekali memeluk paman atau hansung saat itu juga. Hanya saja dirinya sedang sendirian di tengah arena. Mukanya pun menunduk lesu setelah sadar tidak ada yang bisa ia peluk saat itu. Akan tetapi saat berbalik badan alangkah terkejutnya seonho, sungmin, dan dasong berlari menuruni tribun dan melompat memeluknya di tengah arena. Hansung yang tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga dirinya jatuh ke belakang karena seonho.

"hei, kukira kau lemah dan tidak berdaya. Tapi kau keren, kau hebat rupanya. Tadi itu sungguh luar biasa!"

"benar, aku tidak menyangka bisa melihat si putra mahkota dipermalukan di depan umum seperti ini" kata sungmin sambil melirik putra mahkota yang masih berdiri jengkel tak jauh dari mereka. kemudian hansung pun langsung berdiri untuk segera keluar dari arena karena nama peserta selanjutnya akan dipanggil untuk bertarung lagi.

Ia pun digandeng oleh seonho dan sungmin atas kemenangannya. Sedangkan pangeran hyunsang melengos pergi meninggalkan arena terlebih dahulu. Sorak sorai dan gunjingan tentang kehebatan permainan pedang hansung layak dipuji. Semua orang merasa kagum dan gembira, tidak ada yang meremehkan karena dia bukan bangsawan. Ternyata, keberhasilan gemilang dari hansung tidak membuat kagum semua peserta. Ada satu mahasiswa yang sangat membenci hansung dan tak memberi selamat atas keberhasilan hansung, semakin hansung gemilang semakin bencilah dia, dialah jang jaebum.

Sesampainya ia keluar arena ke tempat siswa yang selesai bertanding istirahat hyunsang langsung berbalik dan mendekati hansung, "kau! Jangan berharap kau akan menang lagi setelah ini!" kata hyunsang mengancam hansung dengan mengancungkan pedang yang ternyata belum ia kembalikan ke tempat asalnya.

"apakah dia sependendam itu?" Tanya hansung.

"entahlah, dia mungkin telah menjanjikan kemenangan pada ayahnya dan sekarang ia malu, mungkin" kata sungmin.

"hei, sudahlah, tidak usah kau pikirkan. Nanti dia akan kembali ceria lagi kok, jangan menyalahkan dirimu sendiri hansung" kata dasong menyemangati hansung.

Akan tetapi, hansung merasa takut. Ia berpikir bahwa nyawanya tak pernah aman lagi sekarang. Ya ampun, aku merasa jadi serba salah di sini, katanya dalam hati.