webnovel

Be Your Wife

Judul lama : FAKE WIFE Simpan dulu siapa tahu suka ;) * Diculik dan di paksa menyamar sebagai sepupunya untuk di jodohkan, adalah hal yang tidak pernah Clarisa duga semasa 21 tahun hidupnya. Clarisa dibawa paksa pergi ke kota New York untuk bertunangan dengan seorang pria tua bangka. Kejutan demi kejutan Clarisa dapatkan begitu berada di sana. Mulai dari sepupunya yang memiliki keluarga kandung, lalu dari tunangan sepupunya yang ternyata sangat tampan dan juga sangat kejam. Namanya adalah Leo, pria 30 tahun yang tampan, yang menyembunyikan identitasnya sebagai pengusaha tua bangka. Apakah identitas Clarisa yang sebenarnya akan terungkap? Apakah Clarisa akan tetap aman di saat Leo mulai terobsesi padanya? * Hei, yang sudah mampir terima kasih ya... Jangan lupa beri power stone, komentar yaa.. Biar semangat nih authornya!

Chuuby_Sugar · Urban
Not enough ratings
31 Chs

20. Diam atau kutembak

Dengan sedikit paksaan, tuan dari Alan ini akhirnya mau memasukan sesuatu kedalam perutnya. Alan bertanya-tanya apa yang menyebabkan tuannya ini sangat malas melakukan semua hal, mulai dari bekerja sampai hal sekecil makan juga tidak dilakukan.

Padahal jika biasanya, walaupun sakit sampai tidak bisa bergerak tuannya ini akan tetap memegang pekerjaannya melalui laptopnya. Tapi tidak untuk sekarang.

Sepertinya tuannya ini sangat merindukan tunangannya. Tapi tuannya tidak pandai untuk menyembunyikannya.

"Jadi Alan, kau sudah makan?"

"Sudah tuan. Saya juga sudah minum obat sebelum kemari."

"Kalau gitu sedang apa kau masih disini?! Pulanglah!"

"Memperhatikan tuan makan tentu saja." Alan membulatkan matanya saat menangkap tuannya terlihat sangat marah dan sepertinya tuannya berniat akan menusuk tubuhnya dengan garpu.

"Saya bercanda tuan. Saya ingin membicarakan tentang Dion tuan."

Leo menaikkan sebelah alisnya, menatap Alan dengan penuh tanda tanya. "Baiklah, biarkan aku selesaikan makanku dulu."

Dengan cepat Leo menelan bubur yang halus itu tanpa kunyahan, tak lupa mendorong bubur itu dengan minuman herbal untuk menambah energinya.

*

"Dion, bagaimana dengan wanita tadi? Cantik bukan?"

"Kau yakin dengan matamu Leo? Dia tidak menarik sama sekali."

"Sepertinya kau yang butuh dokter mata saat ini." Ucap Leo sembari melingkarkan tangannya pada Dion, berniat pura-pura mencekiknya.

Bagai disihir, kemanapun langkah wanita itu pergi mata Leo tidak bisa lepas darinya.

"Fokus bekerja Leo, apa kau begitu sangat menyukai karyawan baru itu?" Leo menganggukkan kepala dengan senyuman yang tidak henti-hentinya merekah di wajahnya.

"Berhentilah menatapnya seperti itu atau dia akan lari ketakutan." Leo memukulkan berkas ditangannya pada Dion-sahabatnya sedari mereka berumur lima tahun.

"Kau sekarang berani memukulku?! Dulu kau bahkan hanya bisa bersembunyi dibelakangku saat ada yang mengganggu dan ini balasanmu?!" Dengan cepat Leo membungkam mulut Dion saat semua orang mulai memperhatikan mereka, termasuk gadis itu. Leopun memilih beranjak pergi dari loby perusahaan dan kembali keruangannya.

Tidak ada hujan atau badai. Dion datang membawakan secarik kertas berisi nomor telefon gadis yang disukai Leo beberapa hari setelah kejadian itu.

"Terima kasih Dion. Kau memang sahabat sejati."

"Tentu saja." Ucap Dion berbangga diri.

Setelah mendapatkannya, Leo memulai perjalanan cinta pertamanya. Semua tampak berjalan dengan lancar dari Leo mendekati gadis bernama Sakura itu. Hubungan mereka berjalan mulus bagaikan jalan tol bebas hambatan, mereka berpacaran dan menjadi pasangan teromantis di kantor. Hingga akhirnya Leo berhasil menguasai perusahaan.

Saat itu Dion sangat dekat dengan ayah Leo, bahkan dianggap sebagai anak sendiri oleh ayah Leo. Sampai ayah Leo memberi Dion kesempatan untuk mengambil alih perusahaan melawan Leo.

Leo berhasil dan Dion gagal, Dion mulai dilupakan, merasa terasingkan. Dion pergi dari perusahaan dan bergabung dengan perusahaan gelap yang menjunjung tinggi namanya.

Saat itulah, Sakura. Gadis yang Leo perjuangkan pergi memilih bersama Dion.

"Sebenarnya dari awal, aku lebih menyukai Dion dibanding dengan dirimu!" Kata-kata yang Sakura lemparkan untuk Leo kala itu membuat Leo gila. Leo mulai mengenal dunia gelap dan menutup segala akses pemberitaan tentang dirinya.

Leo membuka cabang perusahaan bidang persenjataan yang di tutupi dengan dalih perhiasan wanita. Tentu siapapun tertipu dengan kotak kalung yang sangat besar dari yang seharusnya, ternyata tersembunyi senjata api.

Ya, yang dipesan Alexa saat itu bukan hanya butiran berlian biasa. Namun berlian itu bercampur dengan serbuk bahan utama pembuatan bom. Alexa berencana menghancurkan ruang bawah tanah miliknya, yang memiliki rahasia besar dan Leo tidak ingin tahu.

Pengkhianatan Dion dan Sakura tidak berakhir begitu saja. Nyatanya Dion hanya menipu Sakura, Dion merenggut kesucian Sakura, bahkan menggilir wanita itu pada para bawahannya. Sakura yang stress memilih mengakhiri hidupnya.

Sejak itulah, Leo menjadi suka bermain wanita dan berniat membalas perbuatan yang Dion lakukan pada Sakura.

Siapapun tahu Dion yang salah di dalam cerita ini. Tapi, Dion justru tergila-gila untuk menghancurkan Leo. Banyak usaha Dion lakukan, seperti halnya melukai Leo. Tentu saja, itu tidak mempan bagi Leo yang bermental baja.

*

"Kita tunggu saja pergerakan mereka. Tidak usah terburu-buru Alan. Aku rasa Dion terluka lebih parah darimu." Ucap Leo demi menenangkan tangan kanannya yang sedari tadi mengusulkan banyak rencana balas dendam.

"Tapi tuan, kita tidak bisa membiarkan mereka menyentuh Nona Jasmine seperti mereka menyentuh mendiang Nona Sakura."

Leo mendesis tak suka. "Jangan sebut nama itu Alan. Wanita itu sendiri yang berlari kearah Dion dan aku tidak memintanya."

"Lalu bagaimana dengan Nona Jasmine, apakah kita harus melindunginya?"

"Untuk sementara, terus awasi saja kemanapun dirinya melangkah. Jika suatu hari Jasmine memilih jalan yang sama seperti Sakura..."

"Kenapa aku harus memilih? Sakura itu siapa?" Kalimat Leo terpotong, oleh suara merdu dari gadis yang Leo tunggu kedatangannya selama tiga hari ini.

"Nona Jasmine. Silahkan duduk." Ujar Alan sembari bangkit dan mempersilahkan Jasmine untuk duduk di tempatnya.

Urat-urat kemarahan yang tertahan dari Leo tercetak dengan jelas.

"Kalian sedang membahas bunga?" Tanya Clarisa pura-pura bodoh, Clarisa tahu bukan hal itu yang mereka bicarakan tadi. Tapi lebih baik Clarisa tidak ikut campur urusan yang mereka miliki.

"Saya undur diri, hendak pulang untuk beristirahat." Leo melirik Alan sebal, sudah sejak tiga jam lalu Leo memaksa Alan pulang tapi tangan kanannya itu selalu beralasan. Sekarang, saat Leo masih ingin membahas banyak hal, Alan malah pergi.

"Nikmati waktu kalian."

"Hm. Beristirahatlah Alan. Aku tahu kau terluka."

"Terima kasih atas perhatianmu Nona." Ucap Alan terburu-buru pergi saat tatapan Leo semakin tajam bagai laser yang akan menembus luka basahnya.

Tak terkecuali Clarisa yang mendapat tatapan tajam itu, memilih menyeruput jus milik Leo tanpa izin.

"Ada apa?"

"Ah, aku kesini untuk memeriksa keadaanmu. Tapi melihatmu baik-baik saja, aku rasa sudah cukup." Clarisa yang hendak pergi, tertahan karena tangan Leo mencekal tangannya dengan kuat.

"Kau kira bisa pergi begitu saja?"

"Tolong biarkan aku pulang, besok aku harus berlatih balet lagi. Aku sangat lelah sekarang." Clarisa memohon sembari berusaha melepaskan cengkraman Leo pada lengannya.

Clarisa berhenti memberontak saat Leo menodongkan pistol tepat dibagian ginjalnya.

"Diam atau ku tembak sekarang?" Ucapan Leo membuat Clarisa bergetar dengan hebat, keringat dingin mulai membasahi pelipisnya. Wajah polos tanpa make up Clarisa memperjelas rona wajahnya yang menghilang tergantikan pucat.

Leo tersenyum saat Jasmine menganggukkan kepala dengan patuh. "Kau tahu, kau tidak bisa pergi dariku. Pertunangan kemarin itu hanya pengumumanku pada dunia bahwa kamu milikku, karena itu jika kamu berniat pergi dariku maka aku tidak akan biarkan siapapun memilikimu."

Leo berkata akan membiarkan Jasmine memilih, tapi perbuatannya sekarang sama sekali tidak mencerminkannya. Jika Jasmine hendak berlari pergi, maka Leo tinggal membuat wanita itu tidak bisa lari dengan ancaman-ancaman seperti ini. Jika masih tidak bisa, maka Leo akan mematahkan kedua kaki jenjang ini.

"Jangan pergi, temani aku tidur malam ini."

Entah, mungkin Leo terlalu merindukan wanita ini. Hingga membuatnya melakukan berbagai cara untuk menahan wanita ini tetap berada disini.

Bagai mengangkat kapas, Leo menggendong Clarisa dengan sangat mudah, bahkan Leo mengabaikan rasa sakit yang berdenyut nyeri di perutnya.

Leo membawa masuk Clarisa kedalam kamarnya.

Ini baru terjadi untuk pertama kalinya, Leo membiarkan satu wanita masuk kerumah ini berulang kali, ketika biasanya Leo tidak mengizinkan wanita manapun masuk kerumahnya dan memilih menghabiskan malam diluar saat bersama wanita jalangnya.

Hal baru juga, Leo terlihat bersikap lembut pada seorang wanita. Tidak heran, jika wanita itu adalah tunangannya. Pada akhirnya hati yang keraspun akan bisa melembut karena seseorang.

Setiap penjaga dan pelayan yang melihatnya, memilih mengabaikan hal tersebut. Daripada bola mata mereka akan menggelinding di lantai esok hari.

Hai, terima kasih sudah mampir ya

Semoga kalian selalu sabar menunggu :)

Chuuby_Sugarcreators' thoughts