webnovel

Aku Mendengarkan 1

"Kemana saja kau beberapa hari ini? Sakit pinggangku kambuh dan klinik kalian tutup, aku pikir kalian baru akan buka setelah aku mati!"

Nenek yang biasanya datang berkunjung di klinik mengomel begitu melihat Ellen yang baru saja datang, ia berdiri di depan pintu dan berkacak pinggang.

"Nenek, kenapa kau malah mengomelnya padaku? Lihat, omeli saja laki-laki yang duduk di sana, ia yang tidak bertanggung jawab, aku ini hanya mengikuti apa yang dia lakukan!"

PLAK!

PLAK!

"Aduh, kenapa aku dipukuli, berhenti, jangan angkat tongkatmu, Nek!"

Ellen mengaduh-aduh, ia bahkan belum masuk klinik tapi sudah mengalami hal yang menyedihkan seperti ini.

"Kalau bicara sama orang tua itu jangan teriak-teriak, jangan melawan, jadi anak gadis kok kasar begitu?!" Nenek itu mengomel dan menepuk-nepuk pundak Ellen. "Ayo minta maaf, di mana hormatmu pada seorang Nenek tua ini, hah?!"

Liu mendengarkan keributan di luar, tapi ia tidak ingin banyak komentar, sembari mengucapkan beberapa patah kata permintaan maaf pada pasiennya ia melayani mereka semua dengan sabar.

"Iya, iya, maaf!" Ellen berjongkok dengan jengkel, ia tidak uyakin kalau Nenek yangada di depannya ini benar-benar sakit pinggang, ia pasti kemari hanya untuk membuat kekacauan pada dirinya saja.

"Apa-apaan itu matamu melotot!" Sang Nenek mendengkus, ia menghentakkan tongkat di atas lantai. "Kalau kau bicara dengan yang lebih tua harus lemah lembut, hati kami ini sangat rapuh, mengerti?"

Ellen mengangguk-angguk seperti anak ayam, mau melawan pun percuma, ia akan tetap salah di mata para Nenek yang sekarang berdiri di sekelilingnya, lebih baik ia patuh saja dan biarkan mereka melakukan apa yang mereka inginkan.

"Nenek, sudah. Kasihan perawat saya," kata Liu yang akhirnya turun tangan, para Nenek ini seperitnya sangat rindu pada Ellen sampai-sampai memberi nasihat yang berlebihan. "Ayo masuk ke dalam, cuaca sangat panas hari ini … mari minum air dingin."

Para Nenek itu langsung merubah wajahnya dengan baik, mereka berseru ramah dan bertingkah seakan mereka tidak mengomeli Ellen sama sekali.

Ellen langsung berlari ke dalam dan cemberut, ia marah dan merasa tidak nyaman dimarahi terus, padahal duduk saja belum di klinik, ia menatap Liu dengan tajam, sedangkan yang ditatap malah melambaikan tangan, menyuruh ia cepat masuk.

"Antrian selanjutnya, silakan."

Liu kembali membuat suasana menjadi terkendali, para Nenek yang sudah selesai berobat pulang dan yang belum, kembali mengantri.

Ellen membantu Liu tanpa banyak bicara hingga sore menjelang dan semua orang di klinik akhirnya telah pulang satu persatu.

"Kau tidak boleh pergi tanpa ada kabar lagi, lihat apa yang terjadi, bukan hanya aku dan Istvan saja yang panik mencarimu, tapi para Nenek juga!"

Ellen yang sudah menahan emosinya akhirnya tidak tahan, ia meluapkan semuanya di depan Liu yang kini sedang mengelap botol kaca. "Lihat apa yang terjadi padaku hari ini ... mereka ... mereka … aku hampir saja berteriak di depan seorang wanita tua!"

Liu menghela napas panjang, bukankah Ellen memang selalu berteriak di depan para Nenek yang datang?

Mereka sepertinya adalah Nenek dan cucu yang terpisah, sangat akur dan saling merindukan.

"Aku tahu, kemarin aku mengurus sesuatu yang penting." Liu menganggukkan kepalanya, Ellen duduk di depan dan membuka botol air mineral. "Lagipula kau sudah ditraktir makan burger, untuk apa marah-marah?"

"Itu hanya burger …."

"Jadi kau ingin makan yang lain lagi?"

Liu menatap Ellen dengan kening berkerut, ia menatap wanita itu dari atas sampai ke bawah. "Sepertinya berat badanmu akan bertambah bulan ini."

"Kau mengalihkan pembicaraan!" Ellen mendengkus, ia mengambil ponsel dan bertingkah seakan-akan ia tengah merajuk. "Kau selalu seperti ini! Aku tidak akan gemuk walau aku akan seember nasi!"

Liu tidak mengatakan apa-apa lagi, ia menyelesaikan kegiatan menyeka gelas dan menyimpan kembali di lemari.

Laki-laki itu berjalan ke jendela dan Ellen tiba-tiba berdiri, berjalan mendekat padanya.

"Ayo kita …."

"Siapa yang kau temui di kampus hari ini?"

"Hah?" Wanita itu memiringkan kepalanya, berpikir sejenak. "Aku hanya bertemu teman-teman, tidak bicara dengan Elmer kok, aku hanya melihatnya dari jauh …."

Ellen kemudian merentangkan tangannya beberapa kali, ia bergumam. "Kira-kira sejauh ini."

Liu yang menatap Ellen bertingkah aneh di depannya, lalu menghela napas. Meski ia tidak mencium bau rubah di sekitar tubuh Ellen, ia harus tetap waspada.

"Kalau kau bertemu seseorang yang aneh … kau bisa memanggilku."

Ellen mengedipkan matanya beberapa kali, ia tidak yakin definisi aneh itu yang seperti apa.

Apa seperti Elmer?

Seperti Olive atau Teresa?

"Kau mengerti, tidak?" Liu bertanya dengan tidak sabar, wanita ini seharusnya tidak melongo ketika ia bicara.

"Ah, iya. Aku mengerti. Jika aku bertemu orang aneh jenis apa pun aku akan memanggilmu, tapi … kenapa tiba-tiba memberi peringatan?"

Liu berdiri dan menatap Ellen yang sedikit lebih pendek darinya, ia berdehem pelan. Membohongi wanita yang ada di depannya ini sepertinya percuma saja, ia harus memberikan sesuatu yang sederhana agar Ellen bisa mengerti.

"Ada beberapa hewan," kata Liu sambil melirik ke luar jendela, langit mulai gelap dan angin di luar menggoyangkan dedaunan dan ranting dengan pelan. "Yang menjadi buas karena sesuatu hal."

"Maksudmu anjing gila? Mereka terkena penyakit?"

Liu tiba-tiba membayangkan Yena terkena penyakit kronis dan sekarat, tampaknya mengartikan para rubah sebagai hewan yang sakit tidak buruk juga.

"Ya, kira-kira seperti itu." Liu tersenyum tipis, membenarkan apa yang dikatakan Ellen.

"Lalu?"

"Lalu mereka juga bisa berubah menjadi manusia, sejenis kami, sedikit berbahaya." Liu terlalu malas menjelaskan dan ia tidak yakin kalau otak Ellen bisa menampung semua hal yang ia katakan. "Pokoknya kalau kau bertemu dengan hewan buas di jalanan dan mereka mengikutimu, jangan pungut, pergi dan panggil namaku, mengerti?"

Ellen mengangguk-angguk, bukan karena mengerti, tapi karena semangat dan ia merasa kalau Liu sedikit perhatian padanya.

Wanita itu terkekeh pelan, akhirnya laki-laki yang ada di depannya ini peduli juga padanya.

"Aku mengerti, aku mengerti, lagipula aku bukan orang yang akan memungut hewan sembarangan."

Ellen tertawa dan memeluk Liu, kesempatan emas seperti ini tidak akan ia lewatkan begitu saja.

Lagipula untuk apa ia memungut hewan? Kalau ia bertemu kucing atau anjing ia akan mengirimnya segera ke dokter hewan, itu lebih baik daripada membawanya pulang dan melihat tatapan aneh Liu dan Istvan.

Liu mengerutkan kening, mereka sekarang berpelukan dalam kondisi yang aneh, Ellen sepertinya tidak benar-benar mengerti apa yang ia katakan dan sepertinya penjelasannya tidak berguna.

Tapi setidaknya Ellen harus ingat kalau ia tidak bisa memungut hewan buas sembarangan, yah … seharusnya wanita itu sedikit mendengarkan.