Aku menuju ke dapur untuk menyiapkan sarapan Kiara. Ya, hanya Kiara saja. Rasa kesalku pada Bang Anton masih sangat besar sampai aku tidak ingin berinteraksi dengannya bahkan menatap wajahnya pun aku enggan.
Tiba di dekat dapur, aku menghentikan langkah ketika melihat Bang Anton tengah mengaduk kopi sembari berdiri di dekat meja kompor. Terlihat panci bekas memasak air panas yang mengepul di samping gelas.
Aku sengaja menyeret langkah dengan menghentak-hentak lantai. Rasa kesal, marah dan tak percaya masih bercokol dalam hati. Dengan teganya Bang Anton menyetujui surat pengangkatan rahim dan bukannya menjemputnya dari rumah sakit, tapi malah pergi ke hotel bersama wanita lain.
"Dasar pria jahat," gumamku ketika melewati meja dapur di mana Bang Anton berdiri.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com