Mencintai dalam diam tak lah begitu mudah, apa lagi orang yang di cintai mengangap diri nya sebagai ib.
Namun melihat nya saja sudah cukup bagi manager itu, yang bernama Intan cahya ayu, aduh...! Cukup panjang juga nama tokoh ini.
Dibalik nama yang panjang itu, namanya menyimpan makna yang bagus sebuah intan memantulkan cahaya yang ayu.
"Kamu tau rival, jika berpisah adalah hal yang menyakitkan, maka memendam rasa lebih menyakitkan dari pada itu".
"Berpisah hanyalah sedikit cobaan dari yang namanya cinta, memendam rasa adalah cobaan sesunguhnya, bukan karena ia takut akan penolakan namun, ia takut menyatakan perasaan-nya di karenakan orang yang ia cintai itu masih larut dalam kesedihan". Sebuah ucapan terseirat dari managernya.
Di anggap ibu oleh orang yang kita cintai, sungguh menyakitkan sekaligus menyenangkan, memendam rasa yang cukup dalam sungguh akan merobek hati.
"Aku ada usul kepada mu, untuk masalah mereka" ucap intan kepada rivaldo, lalu membicarakan tentang usulnya itu.
Dan di lain tempat...
Bayu dan rosa.
Duduk bersama di gazebo, berbicara, saling mengengam tangan.
Senyum dan tawa, memperlihatkan gigi putih mereka.
Bisakah mereka tetap bersama dalam sebuah ikatan cinta.
Hari berganti. Siang menjadi petang, petang menjadi malam.
"Hai bayu!" sapa seorang wanita kepada-nya, ya! iya lah intan manager dari perusahan cabang restart di kabupaten belitung.
"Bisa bebicara sebentar?". Tanya ia meyakinkan apa yang ingin ia lakukan.
Bayu dengan ramah nya, menerima ajakan intan, walau ia tak tau siapa itu intan.
"rivaldo?" tanya bayu, meyakinkan ucapan wanita itu.
"Ya! Rivaldo".
"Aku inggat, dia yang waktu itu berbicara kepada ku di halte, lalu apa yang ingin kamu bicarakan kepada ku?".
Intan hembuskan nafas dari hidungnya lalu memulai membicarakan sesuatu kepada bayu.
Membicarakan hal yang cukup penting, bahkan sebegitu seriusnya.
"kadang merasakan sakit akan kegagalan adalah hal yang baik, sebab dari kegagalan kita bisa merasakan apa artinya perjuangan, jika hidup ini mudah, dimana letak cobaan di hidup ini?
Kadang rasa sakit tak lah sebegitu menyakitkan, jika kita sikapi dengan bijak, mencoba bangkit dari kegagalan adalah awal yang baik, walau kita tau bahwa saat kita bangkit kita akan terjatuh lagi, menyerah dari 999 kegagalan adalah suatu kebodohan, karena kita belum tau di angka 1000 kita tak akan sukses". Ucap bayu kepada intan.
"Mencintai adalah hal yang wajar, namun selalu memendam rasa tak lah baik, coba ungkapkan apa yang kamu rasakan itu, walau pada akhirnya kamu tau itu adalah hal yang sia-sia, dari 99% masih ada satu persen yang memihak mu". Lalu bayu melangkah pergi dari intan.
"Huh... benar apa yang dikatakan rival, bahwa ia begitu bijak, aku harap takdirnya tak akan seperti ini. Aku berharap bahwa takdirnya begitu indah".
"tunggu!" seru intan kepadanya.
"apakah kita bisa berteman?" ucapnya.
Lalu dibalas dengan senyuman dari bayu.
"tentu, aku sangat menyukai banyaknya teman" ucapnya dan berjalan menjahui intan.
Hari ini sungguh sangat melelah kan bagi intan, beban pekerjaan dan percintaan memenuhi isi kepalanya, di waktu yang bersamaan.
Ia intan hanya bisa bersender di kursi kerjanya sambil melihat flapon di kantornya.
"Apakah aku harus mengatakannya?" tanya ia pada diri sendiri.
"harus kah?"
"bagaimana kalau ia menolak ku?"
"Mencintai adalah hal yang wajar, namun selalu memendam rasa tak lah baik, coba ungkapkan apa yang kamu rasakan itu, walau pada akhirnya kamu tau itu adalah hal yang sia-sia" ia mengenang apa yang bayu ucapkan padanya.