"Aku ingin mengalahkan diriku sendiri yang selalu mengacaukan segala-nya. Aku tak ingin melupakan kegagalanku. Tapi kalau aku terus membawa kegagalan itu sebagai ingatan buruk dan terus melarikan diri, sampai kapan pun aku tidak akan pernah bisa berubah. Aku rasa ada hikmah yang bisa dipetik dari kegagalan". Kemudian ia menoleh ke arah bayu.
Bayu pun tersenyum kepada-nya.
"Kau tak berubah bayu, dalam senyum mu masih saja ada kebohongan".
"Namun itu terasa baik untuk ku".
"Namun aku meminta agar kau tak lagi berbohong". Ia bergumam dalam hati-nya, mengingat waktu dulu.
Tiba-tiba saja ia memeluk tubuh bayu dan menangis sambil memeluk bayu.
Melihat-nya menangis tampa sebab membuat bayu keheranan.
"Aku tak bisa bayu, AKU TAK BISA!!!". Teriak ia dalam hati-nya, pelukan-nya makin erat di tubuh bayu.
"Apa yang kau pikirkan sehigga kau menangis Rosa?". Kata bayu, sambil mengelus kepala rosa.
"Bisakah begini sebentar?" pinta rosa kepada-nya.
Bayu hanya diam, dalam pelukan rosa.
"Terimaksih".
Angin berhembus, menyentuh kulit mereka, di hari panas itu.
Hati rosa terasa piluh saat harus mengenangi itu semua.
"Hiks, hiks, hiks..." tangisan tak henti dari-nya.
Ia terus menangis, basahkan baju yang bayu kenakan.
Kini bayu lepaskan pelukan rosa, ia tatapi wajah rosa yang masih menangis itu, ia hapus air mata dari kedua mata rosa.
"Apakah kau menangisi dia, yang pergi untuk selama-lamanya?". Tanya bayu, rosa menganguk lemah.
Kini bayu yang memeluk diri-nya, lalu bekata. "Mungkin ini semua adalah takdir, namun... Jangan pernah menyalah kan takdir darinya".
"kata-kata itu masih terus kau ucap". Ucap rosa lirih dalam hati.
Bisakah ini tak cepat berlalu.
"JANGAN!!!". Teriak rosa, masih dalam pelukan bayu, pekakan telinga bayu.
Kini ia peluk tubuh bayu dengan erat.
Setelah itu...
"Maaf aku terlalu larut dalam kesedihan".
"Tak apa, namun." dengan tangan menunjuk ke arah tubuh-nya yang sakit akibat begitu eratnya pelukan dari rosa ke tubuh-nya itu.
Bisakah, ini tak begitu menyedihkan?
Senyum dari bayu, mengantarkan cerita di
hari itu, walau rosa begitu takut akan senyuman dari bayu itu.
Namun ia berharap untuk bisa mengubah takdir ini.
"Kau sama saja".
Memeluk-nya dalam sebuah tangisan.
"Kau tak berubah".
Pelukan itu begitu erat, sangat erat.
"Kau masih saja berbohong".
Dalam pelukan ada rasa
hangat, menghangatkan rasa didalam jiwa.
Melihat bayu, memeluk tubuh-nya.
Rasa-nya pelukan ini tak ingin ia lepaskan, rasa-nya ia ingin tetap memeluk bayu.
"Sudah tak usah menangisi yang lalu". Kata bayu menghapus air mata dari Rosa.
"kau salah bayu".
Ia Rosa terus berbicara dalam hatinya, langit tak berawan.
Sinar mentari menyilaukan mata, hangat kan tubuh, keringkan luka di jiwa.
"Bisakah aku memeluk mu sekali lagi" pinta Rosa kepada bayu. Lalu memeluk bayu untuk kesekian kalinya.
Larut dalam kesedihan, dipelukan bayu, ia menangis, terus menangis.
Rosa hapus air mata dari kedua mata-nya. Menyudahi tangis, kini ia mulai tersenyum, tersenyum kepada bayu, senyum itu penuh arti yang mendalam.
Hari yang cerah ini ditutup dengan senyum dari rosa.
"Ehem... Gimana ya. itu tak lama lagi". Kata seseorang berbicara lewat telepon, berbicara dengan-nya.
"mungkin masih 2 bulan lagi". Jelas orang itu kepada-nya.
"Jadi dalam waktu itu coba lah kamu bujuk ia".
Kemudian Rosa tutup telepon itu, rebah kan tubuh ditempat tidur dengan mata menatap langit-langit.