webnovel

Bertemu dia

"apa kamu baik-baik saja disana?" ucapan ayah di seberang telepon.

"aku baik-baik saja Ayah, aku juga menikmati liburan ku disini." jawabku dengan penuh semangat.

"hari ini bibi mengajak untuk berkeliling desa dan ke pasar. dan aku benar-benar menyukainya, ayah tau? penduduk di sini sangat ramah sekali.." lanjutku tanpa berhenti bicara karena sangking senangnya.

"syukurlah, saya senang sekali jika kamu menikmati liburan mu disana."ucap Ayah merasa lega dan terdengar menghembuskan napasnya.

"kalau begitu kamu baik-baik di sana dan ayah akan tutup teleponnya dulu sama Ayah akan pulang ke mansion." pikir Ayah mengakhiri pembicaraan.

"baik ayah." aku menjawab Ayah pun menutup teleponnya.

setelah lama menunggu kabar dari ayah akhirnya Ayah mana pun juga. malam ini hujan turun dengan derasnya, sepertinya akan berlangsung sampai pagi. aku menuju ke tempat tidur untuk merebahkan badan ku yang lelah sekali. belum lama aku merebahkan badan ku, mataku sudah terpejam lalu tertidur dengan pulasnya.

pagi hari suara burung berkicau, "Bi aku akan makan roti tawar ini saja, aku pergi jalan-jalan dulu ya." Teriakku pergi berlari keluar rumah. aku melirik kebelakang sebentar melihat bibi akan mengejarku, namun aku tidak memperdulikannya.

pagi ini aku berjalan-jalan lagi keliling pemukiman penduduk, karna belum puas dengan jalan-jalan kemarin. bukan karena jalan-jalannya tetapi aku masih penasaran dengan pemuda yang bernama Noan.

banyak anak kecil yang berlarian menggendong tas dan mengenakan seragam sekolah. mereka tampak polos sekali, jalan di desa ini berbatu dan terlihat licin jika terkena air.

saking asyiknya melihat anak-anak kecil itu berlarian, "bruk.". aku terjatuh dan terkilir.

"akhh.. aduh.. sakit sekali..aaww." Tri aku karena tak tahan merasa sakit sembari memegang kakiku.

"huh... jalan sialan. kenapa bisa sampai terjatuh dan terkilir seperti ini." umpatku pada jalan yang berbatu.

"aduh... sakit sekali rasanya." rintihku kesakitan.

melihat ke belakang, "aku harus mencari tempat untuk duduk, kalau di tengah jalan seperti ini bisa-bisa aku dimarahin orang yang lewat." aku berusaha untuk berdiri, walaupun keseimbangan ku terasa goyah.

terlihat di pinggir jalan terdapat sebuah pohon besar, aku berjalan dengan kaki pincang menuju pohon itu dan duduk dibawahnya.

aku merogoh kantong ku, "duh aku lupa, aku tadi meninggalkan ponselku di kamar. bagaimana caranya aku pulang?" ucapku sembari menepuk jidat karena kesal dengan kebodohan ku ini.

"sakit... sakit sekali..." rintihku sembari menangis tersedu-sedu. karena tak tahan merasakan sakit.

"kamu kenapa?" ucap seorang pria yang berdiri di depanku.

"Noan?" teriak ku dalam hati.

"kakiku terkilir dan ponselku tertinggal di rumah, aku tidak bisa pulang." ucapku sembari menundukkan kepala karena merasa malu terlihat menangis di depan Noan.

Noan mendekatiku dan memegang kakiku, "kakimu bengkak." ucapnya ketika melihat kakiku yang mulai membengkak dan merah.

aku sedikit menarik bagiku karena takut,"tidak apa-apa, kamu tidak perlu takut padaku. aku akan mencoba memijat kaki."ucapnya mau megang kakiku lalu memijatnya dengan perlahan-lahan.

stadion menawarkan akan memijat kaki ku aku hanya terdiam tanpa bicara sepatah kata pun. lalu mencoba menghentikan tangisan ku karena merasa malu di depannya, "akhhhh sakitt." Teriakku tak tahan menahan sakit.

Noan melirikku yang kesakitan, "tahanlah sebentar lagi." ucapnya yang kembali fokus memijat.

"nah sekarang sudah selesai, kamu bisa coba untuk berdiri?" iya menyuruhku untuk mencoba berdiri dan memegangi tanganku.

"kamu hebat bisa memijat. terima kasih." aku memandangnya.

"sama-sama kamu tidak perlu sungkan. oh iya... di mana rumahmu?" tanya Noan penasaran karena mungkin dia merasa asing dengan diriku.

"villa Eltrada." jawabku singkat dan mencoba berjalan.

sebelum Noan menjawab, tiba-tiba keseimbangan ku goyah dan hampir terjatuh kebelakang, karena Noan menangkap ku. membuat mata kita saling bertatapan, "oh.. maaf." Noah melepas kan ku.

"tidak apa-apa." jawabku tersenyum.

"aku akan mengantarmu sampai ke rumah."

"tidak usah itu akan merepotkanmu." jawab ku memandang Noan dengan penuh keseriusan.

dan tanpa diundang hujan pun datang, "ahh.. sial kenapa harus turun hujan disaat seperti ini." ucapku memaki.

saat itu hanya suara hujan yang terdengar, aku dan Noan saling terdiam satu sama lain. Untung saja pohon itu sangat besar dan lebat sehingga kami tidak terlalu basah kuyup.

sesekali aku melirik Noan, wajahnya lebih tampan jika dilihat dari dekat. aku memandanginya dengan lakat lakat sampai tidak sadar dia pun melirik ku. ini aku berbalik malingan wajah dengan rasa malu karena seperti maling yang ketahuan.

hujannya turun begitu ama membuatku merasa bosan dengan kedinginan serta kebisuan yang ada di antara kami.

setelah lama menunggu akhirnya hujan pun reda,"sudah reda ayo aku antar kamu pulang."ucap Noan sembari mengulurkan tangannya.

dengan rasa ragu ragu aku meraih tangan lawan dan berusaha untuk berdiri.

melangkah selangkah demi selangkah dengan kaki yang pincang, "batu jalan ini terlihat licin sekali aku takut terjatuh." khawatir karena bebatuan yang licin itu seakan ingin menjatuhkanmu untuk yang kedua kalinya.

Noan tidak menjawab, dengan wajahnya datar dia duduk di depan,"baiklah aku akan menggendongmu sampai rumah." Noan menepuk pundaknya.

"tidak usah."

"sudahlah naik saja.lagi pula dengan kondisi jalan yang seperti ini akan membuat kaki mu semakin sakit."Noan yakinkan ku agar aku tidak keras kepala.

"benar juga apa yang dia katakan. sudahlah ikuti kemauan dia saja."gumamku dalam hati.

Noan menggendongku dan berjalan penuh dengan kehati-hatian. saat melewati pemukiman penduduk semuanya terlihat sepi. sepertinya karena cuaca yang dingin membuat mereka lebih memilih berdiam diri didalam rumah, sampai saat itu pun kami saling diam.

"terima kasih dan maaf telah merepotkanmu." aku berusaha memecah kesunyian di antara aku dan Noan.

tidak ada jawaban dia hanya terdiam, wajahnya memang terlihat dingin begitu juga dengan sikapnya. namun aku tidak menyangka dia mau menolongku dan menggendongku menuju ke rumah. padahal jalan menuju ke rumah menanjak dan banyak batuan. tetapi sedikit pun dia tidak mengeluh saat menggendongku.

kesunyian itu semakin terasa, aku hanya memandang ke pinggir jalan melihat pepohonan, serta rumah. itu lebih baik untuk menghibur diri daripada harus bertahan dengan kesunyian seperti ini. lah kan tadi aku sudah berusaha untuk mengajaknya berbincang tapi dia tidak mau merespon.

"sampai rumah." ucapnya menurunkanku di depan villa.

aku berusaha untuk berdiri tegak, "terima kasih." ucapku padanya.

"aku akan pulang dulu. hati-hati dengan kakimu." ujarnya berjalan pergi meninggalkanku.

sikapnya yang tidak mudah ditebak, tapi aku menyukainya. bukan menyukainya karena jatuh cinta.tetapi menyukainya karena dia orang yang ramah dan penolongku di tempat yang asing ini.