webnovel

Devil 39 : Alarick Juga Terluka

"LEPAS!! LEPASKAN!!"

Teriakan Alarick makin menggema. Pemberontakannya pun makin menjadi. Ia tidak mempedulikan berbagai pasang mata yang menatapnya dengan kaget, heran, takut dan prihatin dengannya. Ia tidak menyerah untuk mencoba memberontak para pengawal itu. Memukuli siapapun yang berani memegangnya dan mencegahnya untuk mendekati Valerie. Hingga Alarick sudah kelelahan sendiri karena kewalahan mengalahkan beberapa pengawal yang memeganginya.

Akhirnya, Alarick dapat lolos saat ia menubrukan kepalanya dengan salah satu pengawal. Pengawal itu mengaduh dan memundurkan langkahnya sehingga menabrak salah satu temannya kemudian temannya yang lain. Alarick segera berlari sekuat mungkin keluar dari gedung perusahaannya. Matanya masih dapat melihat mobil kakeknya yang terpakir di depan gedung. Alarick mempercepat larinya, dan melompat ke depan mobil saat mobil itu akan bergerak.

Mobil pun mengerem mendadak saat Alarick melompat di depannya. Mr. Damian maupun Valerie yang di dalam mobil merasa kaget dengan usaha nekat Alarick.

"VALERIE!!" teriak Alarick dari luar. "KELUAR DARI SANA VALERIE!! KELUAR!!"

Valerie menggigit bibir bawahnya kuat dan menggenggam tangannya sendiri dengan gugup. Saat ini, ia dapat melihat sisi Alarick yang lain. Sisi Alarick yang membuatnya merasa kasian. Rambut dan kemeja kerja Alarick terlihat acak-acakan. Sangat berbeda dengan pria yang tinggal bersamanya beberapa hari ini.

"Kau mencintaiku, bukan???" tanya Alarick. Tubuhnya mulai gemetar seolah kedinginan. Dia memukul kap mobil sambil mendesis. "Tidak seharusnya kau meninggalkanku jika kau mencintaiku!!!"

Valerie menghela napasnya sambil menundukkan kepalanya melihat tatapan terluka dari suaminya. Sedangkan Mr. Damian hanya memberikan isyarat pada pengawalnya yang sudah keluar gedung. Mr. Damian menyuruh pengawalnya untuk menghampirinya.

"Singkirkan dia dari depan mobilku. Bagaimana pun caranya. Kau boleh melakukan cara kasar padanya." Perintah Mr. Damian pada pengawalnya yang langsung mengangguk.

Valerie sendiri melotot dengan hal itu. "Mr. Damian..."

Mr. Damian menoleh menatap Valerie yang terlihat tidak tega. "Kau diam saja. Tidak seharusnya kau mengasihani manusia semacam Alarick." Katanya dan mendengus. "Aku bahkan tidak sudi melihat wajahnya sekarang."

"Kakek!!! Lepaskan Valerie Kek!! Aku janji akan menjaga janinnya!!! Aku janji!!!" teriak Alarick yang kini sudah dipegangi oleh para pengawal.

"Jalan." Ujar Mr. Damian dengan dingin. Mobil pun kini mulai melaju meninggalkan Alarick yang makin memberontak kuat.

Valerie menatap ke belakang lewat kaca mobil. Kini ia dapat melihat Alarick yang memukuli salah satu pengawal. Saat Alarick terlepas, seseorang mengambil kerah belakangnya dan memukul rahang Alarick.

Valerie menutup mulutnya dengan kaget saat melihatnya.

"Jangan dilihat jika itu membuatmu tidak tega." Ucap Mr. Damian sambil menarik Valerie agar duduk. "Dia harus diberi pelajaran dengan kelakuan kekanakannya. Pernikahan bukanlah permainan, Valerie. Karena itu, bukan hanya kau yang harus terluka, tapi juga Alarick."

Valerie hanya bungkam dengan kepala yang menoleh ke samping. Helaan napas berat keluar dari mulutnya.

"Aku sungguh minta maaf atas kelakuan cucuku, Valerie. Aku tidak tahu jika Alarick memperlakukanmu dengan sangat buruk."

Valerie menoleh dan tersenyum sendu pada Mr. Damian. "Sebenarnya, yang Alarick katakan ada benarnya. Dia selalu bersikap manis setelah perlakuannya yang melukaiku. Walaupun memang lebih banyak saat dia menyakitiku daripada dia yang membuatku senang. Tapi yang paling membuatku terluka adalah karena Anda membohongiku hingga sejauh ini. Aku masih bisa memaafkan jika Anda memintaku berpacaran dengan Alarick. Tapi lain hal jika Anda membohongiku untuk menikahi Alarick. Seperti yang Anda bilang barusan, pernikahan bukanlah permainan. Namun Anda sendiri yang melakukan permainan pada pernikahan kami."

Ucapan Valerie sukses membuat Mr. Damian tertohok. Yang Mr. Damian lakukan hanyalah menundukan kepalanya dengan menyesal. "Maaf..."

Kembali, helaan napas berat dikeluarkan Valerie. Dia mengalihkan pandangannya dari Mr. Damian. "Sebenarnya, apa yang membuat Anda sangat bersikukuh untuk menikahkan cucu Anda dengan saya? Kenapa Anda sampai tega membohongi saya dan berkomplot dengan Alarick?"

Mr. Damian menatap ke depan, menerawang saat-saat di mana Alarick masih menjadi Alarick kecil di ingatannya. "Kau tahu, Valerie? Jujur, awal aku melihatmu, aku menyangka jika kau adalah Felicia, anak yang dulunya sangat dicintai Alarick. Entah bagaimana caranya kau bisa tahu Felicia, tapi, harus kau tahu juga jika Alarick mencintai Felicia saat Alarick berumur 11 tahun hingga sekarang. Dan Felicia berumur 5 tahun, lalu diculik dan menghilang saat dirinya 6 tahun."

Valerie menatap Mr. Damian dengan mata melotot kaget. "Jadi, Alarick tidak bisa lepas dari cinta monyetnya??? Maksudku, berapa umur Alarick sebenarnya?? Bukan. Maksudku, sifatnya—"

"Ya. Ya. Aku tahu." Potong Mr. Damian sambil terkekeh dengan respon Valerie. "Alarick terlalu kecil jika bilang Felicia adalah cinta sejatinya. Namun, keluarga kami mempercayai tentang kutukan orang Eropa."

Valerie mengernyitkan alisnya. "Maksudnya?"

"Kau tidak pernah membaca internet? Keluarga kami selalu dibilang mempunyai Kutukan Orang Eropa, yang mana di saat keturunan kami berumur 11 tahun dan jatuh cinta, itu berarti orang yang dicintai saat 11 tahun itu adalah cinta mati alias cinta sejati keturunan keluarga kami."

Valerie melotot lagi. "Itu tidak masuk akal!"

Mr. Damian memberikan senyum miring. "Tentu saja. Tapi, aku dan istriku jatuh cinta saat berumur 11 tahun. Anakku, ayah dari Abimayu, jatuh cinta pada menantuku saat berumur 11 tahun. Begitupun dengan puteriku, ibu dari Alarick yang mencintai menantuku saat berumur 11 tahun. Dan cucu-cucuku jatuh cinta saat umur 11 tahun. Sangat tidak masuk akal, bukan?"

Valerie hanya melongo tidak percaya. "Dan semuanya berakhir menikah?"

Mr. Damian tesenyum dan mengangguk. "Itulah kenapa aku menghampirimu saat di halte. Kau sangat mirip dengan Felicia, cinta sejati Alarick yang hilang."

Valerie menganggukkan kepalanya. Ada rasa iri pada Felicia saat mendengar ucapan Mr. Damian. "Sekarang Felicia sudah datang. Apa itu berarti Anda akan menikahkan Felicia dengan Alarick?"

Mr. Damian tersenyum tipis. "Aku tidak tahu, Valerie. Aku masih menginginkanmu menjadi cucu-mantuku. Namun jika memang Felicia adalah jodoh Alarick, aku tidak bisa memaksakan kehendakku. Apalagi Alarick sangat mencintai Felicia. Aku hanya tidak ingin dia meninggalkanmu saat Felicia kembali. Aku tidak ingin kau merasa terbuang lagi."

Mata Valerie berkaca-kaca mendengar ucapan Mr. Damian. "Kalau boleh tahu, bagaimana Felicia bisa diculik?"

Mr. Damian menghela napas panjang. "Semuanya dimulai saat Alarick mengajak Felicia jalan-jalan. Felicia diculik saat menunggu Alarick yang ingin membelikannya es krim. Dan disitulah kemalangan terjadi pada Alarick."

"Apa maksud Anda?"

Mr. Damian tersenyum sendu. "Aku sudah bilang, kan, bukan hanya kau yang terluka dalam hidupmu. Tapi juga Alarick. Dia... Terluka saat umurnya 12 tahun. Kehilangan Felicia dan juga... Orangtuanya."

Valerie mengernyitkan alisnya. "Bagaimana bisa?" tanyanya.

Mr. Damian tersenyum simpul. "Saat Felicia diculik, semuanya kacau. Ancaman, teror, dan keributan terjadi saat Felicia diculik. Semua pihak saling menyalahkan dan Alarick adalah orang yang paling disalahkan dalam hal ini. Lalu kemudian, semuanya mencari jalan keluar hingga akhirnya para orang dewasa mencari Felicia di sudut kota Jakarta, di mana pun tempat yang terasa cocok untuk mengurung anak 6 tahun. Sampai saat di mana, anakku ditabrak oleh mobil lain ketika mereka menemukan letak Felicia."

Mr. Damian mendengus muram kemudian menunduk. "Aku kehilangan 4 orang sekaligus. Anakku, menantuku, calon cucuku, dan bahkan Alarick." Katanya dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Sedangkan Valerie sudah mengeluarkan air matanya sesaat setelah melihat tatapan terluka dari mata pria tua di sampingnya. Tatapan yang pernah Valerie lihat sebelumnya.

"Aku tidak pernah tahu bagaimana sedihnya Alarick, Vale. Semua orang menangis, hanya dia yang berdiri kaku dengan wajah pucat tanpa tangisan. Seolah tidak hidup. Tidak ada kehidupan di dalam matanya." Lirih Mr. Damian sambil menggelengkan kepala saat air matanya berhasil meluncur. "Padahal, yang paling kehilangan adalah Alarick. Felicia, ibunya, ayahnya, calon adiknya. Dia yang paling kehilangan, Vale. Dia yang paling tersakiti di antara semua orang di sana."

Bibir Valerie bergetar. Dia mengusap air matanya yang tidak berhenti turun mengalir.

"Aku tidak pernah melihat keceriaan lagi di wajahnya." Lanjut Mr. Damian dengan bibir bergetar hebat. "Kebahagiaan, seolah dipaksa pergi seketika dari hidupnya. Aku sedih sendirian, namun Alarick menjadi dewasa dengan tidak menangis, rewel padaku, ataupun mengeluh padaku. Di umurnya yang ke 12 tahun, dia dipaksa untuk menjadi dewasa untuk membuatku tidak lebih sedih. Dia... Dia yang seharusnya menangis, Vale. Aku ingin dia menangis. Aku sungguh ingin melihatnya mengeluarkan emosinya. Setidaknya... Setidaknya aku tahu dia hidup. Setidaknya, aku tahu jika dia juga terluka. Tapi, dia seolah kehilangan emosinya seketika. Dan itu yang paling membuatku terluka, Vale. Tidak ada kehidupan di dalam matanya. Tidak ada sama sekali."

Mr. Damian sudah terisak. Tubuh tuanya bergetar, gemetar hebat karena tangisnya. Sementara Valerie sendiri menangis sambil tertegun memikirkan Alarick.

"Bukan hanya itu, Vale. Alarick harus kehilangan masa remajanya juga karena ia harus mengurus perusahaan. Coba bayangkan olehmu. Anak remaja 15 tahun harus menghadapi berkas-berkas pekerjaan yang tidak seharusnya dipikul oleh anak sebesar itu. Sungguh, Alarick masih kecil. Dia masih berumur 15 tahun. Tidak seharusnya dia melakukannya, Vale. Hanya karena aku sakit-sakitan saat berkerja, Alarick harus menjadi korban. Tidak seharusnya... Anak sekecil itu."

Valerie tidak lagi dapat berkata-kata. Napasnya tersendat dan dirinya tergugu di tempat. Membayangkan betapa lelahnya wajah Alarick saat masih berumur 15 tahun menghadapi sesuatu yang tidak seharusnya dia kerjakan saat umurnya 15 tahun. Tuhan... Valerie bahkan tidak dapat membayangkan betapa menyedihkannya hidup Alarick dahulu. Kehilangan kebahagiaannya, kesedihannya, masa remajanya, bahkan... Hidupnya.

"Namun kala itu... Aku melihat sesuatu di mata Alarick, Vale. Saat Alarick ingin kau bekerja padanya 2 tahun lalu. Aku melihat sebuah keinginan di matanya. Untuk pertama kalinya, Vale... Aku melihat Alarick hidup. Untuk pertama kalinya..."

Mr. Damian tidak dapat menahan lagi tangisnya. Dia pun tidak dapat lagi meneruskan kata-katanya. Sungguh, bayangan Alarick yang kembali hidup karena Valerie dapat membahagiakan Mr. Damian. Karena Mr. Damian sangat ingin cucunya kembali ceria. Mr. Damian sangat ingin Alarick bahagia.

***

Berita tentang Alarick yang mengamuk di kantor perusahaannya sendiri tentang seorang wanita tersebar di semua berita dan membuat masyarakat penasaran tentang wanita yang diminta Alarick agar tidak pergi. Dengan ketenaran Alarick sebagi CEO, semua media menginginkan Alarick untuk mengonfirmasi kebenarannya. Banyak reaksi dari berbagai pihak.

Termasuk dengan reaksi diam dari wanita yang sedang menonton breaking news di TV Internasional.

"Feli! Sedang apa kau di sana?? Cepat! Jangan santai-santai jika tidak ingin ketinggalan berita!" seru temannya, membuat Feli mengalihkan pandangannya dari TV dan pergi mengikuti kawan yang memanggilnya.

Sedangkan di tempat lain, seseorang tengah berdiri sambil menatap kilasan berita di sebuah gedung besar di depannya. Tangan lelaki itu terkepal kuat saat sebuah foto di tampilkan di layar. Senyum culas penuh kebahagiaan terpancar di wajahnya. "Akhirnya... Aku menemukanmu."

Dan di lain tempat, pria paruh baya membuka kaca mobilnya saat sebuah foto diperlihatkan di layar. Wajahnya terlihat tertegun. "Tidak mungkin..."

Sedangkan Alarick sendiri. Dia mengurung dirinya di kamar dengan kepala yang terus beradu dengan tembok. "Ini mimpi buruk. Kau hanya harus bangun, Alarick. Kau takkan bercerai dengan Valerie."

Alarick terus menggumamkan kata-kata tersebut sambil menampar dirinya sendiri, menjambak rambutnya, atau bahkan memukulkan kepalanya ke tembok. Berharap semuanya hanya mimpi.

Mimpi buruk yang akan menghilang saat Alarick bangun dari tidurnya.

Namun itu hanyalah harapan. Karena sungguh, tidak ada yang dapat melawan kekuatan Kakek Dami. Termasuk diri Alarick sendiri.

Bagi yang belum tahu cerita ini sudah tamat dan bisa didapatkan di Playstore dengan judul Bastard Devil dan nama pena Made In Earth. jangan lupa untuk selalu ikuti aku agar mendapatkan keseruan cerita-cerita yang lain

Next chapter