webnovel

Bara

Apa yang terjadi jika hidupmu berubah dalam semalam. Setidaknya itulah yang dirasakan bara. Ingatan terakhirnya adalah dia sedang dikejar debt collector dan salah satu dari mereka menusuknya hingga dia merasa jika ajalnya sudah dekat. Tapi yang terjadi selanjutnya begitu mengejutkannya. **** Terima kasih buat yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca cerita ini. Jangan lupa untuk menambahkannya ke dalam koleksi dan berikan dukungan kalian dengan memberikan vote, review dan komentarnya. Terima kasih.. ^^ ---- Lanjutan side story tentang Ben bisa dibaca di https://www.webnovel.com/book/off-the-record-ben's-untold-story_22960375506464905

pearl_amethys · Realistic
Not enough ratings
702 Chs

Close to you

Damar berulang kali mencoba menghubungi Kimmy. Berulang kali itu pula Kimmy mengabaikannya. Damar menuju ruang rapat, begitu tiba di sana Bara dan Arga sedang mempersiapkan ruangan untuk rapat bulanan. Damar memindahkan papan nama yang bertuliskan nama Kimmy dan meletakannya di dekat papan nama miliknya.

Hal ini sengaja dia lakukan agar Kimmy duduk di sebelahnya. Arga yang melihat hal itu menjadi sedikit salah tingkah. Dirinya tidak ingin mendapat masalah hanya karena masalah pengaturan tempat duduk. Arga sudah diingatkan oleh Asisten Kimmy untuk tidak menempatkan Kimmy duduk di dekat damar. Hal ini bisa membuat suasana hati Kimmy menjadi tidak baik.

"Tenang aja. Kalau ada masalah, bilang aja saya yang atur posisi duduknya," ucap Damar menyadari Arga yang sedikit salah tingkah melihatnya mengubah posisi tempat duduk Kimmy.

"Baik, Pak." Arga hanya mengangguk pelan.

Arga dan Bara saling lirik.

"Kursi di depan saya dibiarkan kosong aja." Damar memerintahkan untuk mengosongkan kursi yang posisinya tepat berada didepannya. Biasanya Kimmy yang duduk kursi tersebut.

Arga kembali melirik ke arah Bara. Bara yang sedang sibuk meletakkan botol-botol air mineral hanya mengangkat bahu ketika Arga melirik kearahnya. Bara juga bingung dengan permintaan Damar.

"Kenapa dikosongin, Pak?" Arga akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.

"Karena orang yang seharusnya duduk disitu sudah kembali," jawab Damar pelan.

Arga semakin bingung dengan jawaban yang diberikan Damar. Sedangkan Bara yang mendengar ucapan Damar barusan mencoba untuk tetap bersikap seperti biasa. Bara sadar orang yang dimaksud oleh Damar adalah dirinya.

"Oh ya, salah satu diantara kalian ada yang bisa tolong belikan saya kopi dibawah?" tanya Damar sembari menoleh pada Arga dan Bara.

"Biar saya aja, Pak." Bara mengajukan dirinya.

Bara menghampiri Damar begitu selesai menata botol air mineral terakhir diatas meja ruang rapat.

"Americano satu dan Caffe latte satu, sama sekalian buat kalian berdua," ucap Damar seraya menyerahkan kartu uang elektronik miliknya pada Bara.

"Siap, Pak." Bara kemudian bergegas turun untuk membelikan kopi pesanan Damar.

***

Bara kembali keruang rapat dengan membawa dua buah kopi. Begitu tiba di ruang rapat dia melihat Damar dan Kimmy sedang saling diam. Keduanya terlihat sangat dingin satu sama lain. Bara berdeham agar mereka berdua menyadari kehadirannya.

"Ini kopinya, Pak." Bara meletakkan dua buah kopi dan kartu uang elektronik miliknya di hadapan damar.

"Thanks, Ran," ucap Damar.

"Kamu suka Caffe latte, kan?" Damar menyodorkan Caffe latte yang baru saja dibeli Bara kepada Kimmy. Kimmy tidak menyentuh Caffe latte yang diberikan Damar padanya.

"Tolong lah, Kim. Jangan bersikap begitu, biar bagaimana pun juga gue ini Kakak lu."

"Oh ya? Gue bahkan hampir lupa kalau gue punya Kakak," jawab Kimmy ketus.

"Ranu," Kimmy memanggil Bara.

Bara yang baru akan pergi meninggalkan ruang rapat berbalik arah dan segera menghampiri Kimmy. Bara sadar suasana hati Kimmy sedang tidak baik.

"Ini, buat kamu aja." Kimmy memberikan Caffe latte yang diberikan Damar padanya kepada Bara. Bara mau tidak mau mengambil Caffe latte yang diberikan Kimmy. Bara merasa udara di dalam ruang rapat menjadi semakin dingin ketika melihat sikap Kimmy terhadap Damar. Bara kemudian memutuskan untuk segera meninggalkan ruang rapat.

"Please, Kim. Gue cuma mau ngomong sama lu." Damar mencoba bersikap sabar melihat sikap Kimmy yang masih mengabaikannya.

"Bisa ngga ngomongnya nanti aja, datang ke rapat ini aja gue ga suka, lu jangan nambahin bikin mood gue ngga enak." Kimmy bangkit berdiri dan hendak kembali ke tempat duduk yang berada di depan Damar. Damar menahan Kimmy dengan menggenggam tangannya.

"Lu harus janji dulu, setelah rapat ini kita ngobrol berdua," ucap Damar.

"Iya, gue janji," sahut Kimmy sambil menatap Damar.

Damar tahu Kimmy bukan seseorang yang dengan mudah melanggar janjinya. Damar akhirnya melepaskan genggamannya dan Kimmy berjalan kembali ke tempat duduk yang biasa dia duduki.

***

Di luar ruangan, Bara mendapat pesan masuk dari kim6my. Kimmy meminta maaf atas sikapnya tadi di ruang rapat. Bara bisa memaklumi sikap Kimmy dan tidak terlalu mempermasalahkannya.

"Ranu!" tiba-tiba tersengar suara Raya yang memanggilnya. Bara menoleh dan Raya sudah berjalan kearahnya. Bara segera memasukkan ponselnya ke dalam kantong.

"Ada apa, Mbak?" tanya Bara.

"Nanti temenin lembur lagi ya," jawab Raya sambil berusaha tersenyum semanis mungkin.

"Gimana ya?" Bara berpura-pura berpikir sebelum mengiyakan permintaan Raya.

"Yah, ngga bisa ya? kalau ngga bisa ngga apa-apa kok."

Bara memperhatikan ekspresi wajah Raya yang sedikit berubah. Ada sedikit ekspresi kecewa di wajah Raya.

"Bisa kok," sahut Bara.

Ekspresi wajah Raya kembali berubah. Yang tadinya terlihat kecewa seketika berubah seperti anak kecil yang baru saja mendapat cokelat.

"Serius bisa?" Raya bertanya untuk memastikannya sekali lagi.

"Iya bisa." Kali ini Bara menjawabnya sambil tersenyum pada Raya.

Raya merasa pipinya memanas setelah melihat Bara tersenyum manis padanya. Sebelum dirinya semakin salah tingkah, Raya pamit untuk kembali ke tempatnya dan Bara kembali ke pantry untuk melanjutkan pekerjaannya yang lain.

***

Kimmy melihat jam di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan pukul delapan malam. Dirinya merutuki rapat bulanan yang berlangsung lebih lama daripada biasanya. Ditambah dirinya sudah berjanji pada Damar untuk berbicara dengannya setelah rapat bulanan selesai.

Sementara itu Damar memperhatikan Kimmy yang sudah terlihat sangat bosan berada di ruang rapat. Berulang kali Kimmy melihat jam tangannya. Damar pun ingin rapat ini segera berakhir agar dia bisa segera mengobrol dengan Kimmy.

Menjelang pukul sembilan rapat berakhir. Kimmy bergegas keluar dari ruang rapat. Dirinya sudah tidak ada keinginan untuk sekedar berbasa-basi dengan yang lain. Yang dipikirkannya hanyalah secepat mungkin kembali ke apartemennya dan menikmati berendam di dalam air hangat untuk menenangkan tubuh dan pikirannya. Damar yang melihat Kimmy langsung keluar ruangan bergegas mengejar Kimmy.

"Gue anter lu pulang." Damar segera menggandeng Kimmy begitu berhasil mengejarnya.

Kimmy sudah tidak mau berkomentar apa pun dan menuruti kemauan Damar. Di lubuk hatinya dia juga sangat merindukan saat-saat ketika dia bisa mengobrol dengan Kakaknya.

"Lu ngga ambil barang-barang lu dulu?" tanya Kimmy pada Damar.

"Gampang." Damar tetap menggandeng tangan Kimmy dan berjalan menuju lift.

Ketika akan menuju lift, Kimmy melihat ada meja karyawan yang masih menyala. Samar-samar dari kejauhan Kimmy melihat sosok Bara yang sedang membantu salah seorang Karyawati membereskan mejanya.

"Dia masih belum pulang?" batin Kimmy.

"Ngeliatin siapa?" tanya Damar.

"Bukan siapa-siapa," jawab Kimmy singkat.

Kimmy dan Damar memasuki lift yang terbuka di hadapan mereka.

***

"Mbak Raya pulang naik taksi lagi?" tanya Bara kepada Raya ketika mereka beranjak meninggalkan gedung.

"Ngga, naik Trans Jakarta. Sekarang tanggal tua soalnya," jawab Raya sambil terkekeh.

Bara dan Raya berjalan bersama menuju halte Trans Jakarta. Mendadak Raya merasa perutnya keroncongan. Raya memutuskan untuk membeli seporsi bakso tusuk di pinggir jalan dan menikmatinya sambil berjalan. Bara memperhatikan Raya yang seperti anak kecil sepulang sekolah yang menikmati jajanannya sambil jalan.

"Kenapa? mau?" tanya Raya kepada Bara yang sedang memperhatikannya.

"Ngga, cuma ngeliatin aja udah kenyang kok Mbak. Mbak Raya kelihatan menikmati banget."

"Halah, udah sini cobain." Raya menusukkan sebutir bakso dan menyodorkannya ke mulut Bara. Bara mau tak mau membuka mulutnya dan memakan bakso yang disuapkan Raya kepadanya.

"Enak kan?" tanya Raya.

Bara mengangguk sambil mengunyah bakso tersebut.

"Ini cewe gemasin banget sih," batin Bara.

Bara merasa gemas dengan tingkah Raya kepadanya.

Mereka akhirnya tiba di halte Trans Jakarta. Begitu tiba ternyata antrian di halte Trans Jakarta masih cukup padat. Bara bisa mendengar Raya mendesah pasrah melihat antrian Trans Jakarta yang masih padat.

"Enak kali ya kalau kemana-mana pakai mobil pribadi terus diantar supir," ucap Raya sambil menatap nanar antrian didepannya.

Mendengar perkataan Raya, Bara teringat dengan Supir pribadinya yang mungkin masih menunggu di parkiran gedung. Bara segera mengirimkan pesan yang memberitahukan dirinya akan pergi ke kawasan Velodrome Rawamangun untuk menemani rekannya dan meminta supirnya untuk segera pergi kesana dan menunggunya disana. Antrian di depan mereka perlahan semakin berkurang dan akhirnya mereka berada dibaris kedua antrian. Tidak berapa lama bus yang akan mereka tumpangi berhenti dan mereka berdua masuk ke dalam bus.

***

Kimmy tidak banyak bicara ketika berada di dalam mobil Damar. Damar berusaha memancingnya dengan membicarakan beberapa topik akan tetapi Kimmy hanya menanggapi sekedarnya. Damar akhirnya pasrah dan memilih diam. Dan mereka melanjutkan perjalanan sampai apartemen Kimmy dalam diam.

Kimmy baru akan keluar dari dalam mobil sebelum damar menahannya.

"Tolong kasih gue kesempatan buat jadi Kakak yang baik buat lu. Gue sadar selama ini gue sudah jadi Kakak yang buruk. Gue ngga ada di saat-saat seharusnya gue ada di samping lu, tapi gue mau memperbaiki itu semua," ucap Damar bersungguh-sungguh pada Kimmy.

Kimmy menatap Damar, mencari kesungguhan di matanya.

"Do your best," ucap Kimmy.

Kemudian Kimmy melepaskan genggaman tangan Damar dan keluar dari dalam mobil.

***

"Thanks ya sudah repot-repot nganterin gue lagi," ucap Raya ketika mereka tiba di pintu masuk jalan menuju rumah raya.

"Ngga apa-apa kok, saya juga senang bisa nganterin Mbak."

"Kalau lagi ngga dikantor, ngga usah panggil Mbak. Panggil nama aja, kayanya kita seumuran."

"Benar nih?"

"iya."

"Oke kalau begitu, Raya." Bara terdiam sebentar sebelum melanjutkan kata-katanya.

Sementara itu Raya merasa seperti ada kupu-kupu yang berterbangan di dalam perutnya ketika Bara memanggil namanya.

"Gue pamit ya," Bara melanjutkan kata-katanya dan kembali berjalan menuju halte Trans Jakarta tempat mereka tadi turun.

"Hati-hati ya, thanks udah mau nemenin," teriak Raya.

Bara kembali menoleh kearah Raya. Bara tersenyum dan mengacungkan jempolnya sambil tetap berjalan menuju halte trans jakarta. Raya berbalik arah dan berjalan masuk kedalam gang sambil tersenyum-senyum sendiri.

Bara menoleh sekali lagi untuk memastikan Raya sudah masuk ke dalam gang menuju rumahnya. Setelah melihat Raya sudah berjalan masuk ke dalam gang, Bara kembali berjalan menuju pintu masuk tersebut dan masuk ke sebuah mobil Mercedes benz yang sedari tadi sudah parkir tidak jauh dari pintu masuk gang tersebut.

***

Don't forget to follow my Instagram Account pearl_amethys and my Spotify Account pearlamethys untuk playlist musik yang saya putar selama menulis Bara.

Karya asli hanya tersedia di Platform Webnovel.