webnovel

Bangsat Boys

Jeka pemuda badung ketua geng Bangsat Boys tengah mengalami patah hati akut. Pada suatu hari ia bertemu dengan gadis polos bernama Unaya. Kesepakatan yang tak terduga terjadi, terlibatlah mereka dalam sebuah hubungan pacaran kontrak. Hubungan yang mulanya hanya berlandaskan saling menguntungkan tiba-tiba berubah menjadi hubungan rumit dan menyesakkan. Dan disinilah titik balik leader Bangsat Boys bermula.

nyenyee_ · Urban
Not enough ratings
69 Chs

Nyicil Uang Gedung

Ririn berlari secepat kilat kearah Unaya setelah mendengar kata 'ditraktir'. Kebetulan gadis berkuncir dua itu tadi tengah menunggu angkot, mau jajan tapi uang sakunya tinggal lima ribu perak itupun untuk naik angkot. Semenjak Unaya jadian dengan Jeka, Ririn merasa sendiri. Tapi gadis itu tidak marah kok, maklum namanya juga masih tahap manis tunggu aja tahap pahit-nya. Buahahaha Ririn ketawa setan.

"Apa gue gak salah denger Na, loe mau nraktir gue? Tumben uhuyyyy!". Kata Ririn sambil meninju-ninju udara. Unaya meringis lebar sebelum mengangkat uang lima puluh ribu pemberian Jeka.

"Iya dong. Gue kan bukan kacang lupa kulitnya". Sahut Unaya sembari menekankan kalimat 'bukan kacang lupa kulitnya' beberapa hari lalu Ririn sempat mengatai Unaya seperti itu. Lantas saja Ririn terkekeh malu sambil menggaruk tengkuknya, merasa tidak enak hati.

"Hehe. Yaelah masih diinget aja sih Na, canda doang. Mau jajan dimana nih?". Kata Ririn sembari merangkul bahu Unaya.

"Eung... jajan di warung sini aja Rin. Soalnya Jeka lagi ngerjain tugas kelompok sama cewek di markas. Gue kudu ngawasin". Bisik Unaya dengan suara lirih. Gadis itu ingat jika Jeka pernah mewanti-wanti jangan sampai ngebocorin soal markas Bangsat Boys, lah tapi pemuda itu malah mengajak Yuna ke markas. Gimana sih? u,u

"Kudu banget ya Na setiap detik, setiap menit diawasi gitu? Jeka bukan anak balita kali". Sahut Ririn yang membuat Unaya merengut sebal.

"Iya tahu. Cuma antisipasi aja biar dia gak berani macem-macem". Ririn langsung bersedekap dada sembari menatap Unaya serius. Jeka berani macem-macem sama Unaya? Hah! Kayaknya gak mungkin, begitulah batin Ririn.

"Dengan fakta dia bucin kebangetan sama loe sampai bikin gue gumoh, apa loe pikir dia bakal berani macem-macem sama loe Na? Kok kayaknya gak mungkin, loe ancam pakai kata putus aja pasti dia bakalan nangis sambil guling-guling dijalan. Udah ah ayo, jangan mikirin pacar mulu. Loe juga harus seneng-seneng". Kata Ririn sembari menarik tangan Unaya menuju warung kopi langganan Jeka, oh iya belum dikasih tahu kalau penjual yang sering dipanggil Jeka 'Mak' itu namanya Mak Surti hehe. Meski judulnya warung kopi, namun di warung tersebut jual jajanan juga.

"Samlekum Ibu, saya pesen es Good day yang Chocochino satu. Loe mau pesen apa Na?". Ririn menyenggol lengan Unaya yang malah sibuk celingak-celinguk, mungkin gadis itu masih kepikiran Jeka.

"Apa aja deh yang penting halal". Sahut Unaya asal sambil mengibaskan tangannya.

"Es Good day Chocochino satu sama susu Dancow anget satu ya Bu, makasih". Ujar Ririn kemudian menarik tangan Unaya agar duduk dibangku pojokan.

"Siap Neng, panggil aja Mak hehe". Sahut Mak Surti yang diacungi jempol oleh Ririn.

"Sip Mak. Selama saya sekolah di SMA sono, baru kali ini mampir di warung Emak. Ternyata lengkap juga ya". Kata Ririn sembari mencomot gorengan yang ada didepannya. Unaya masih saja terlihat gusar hingga Mak Surti jadi salah fokus pada gadis itu, padahal Ririn yang sedang mengajaknya bicara.

"Neng cangtip yang pake jepit rambut bunga-bunga kenapa terlihat gusar?". Tanya Mak Surti disela pekerjaannya. Unaya hanya tersenyum tipis sementara Ririn mendadak jadi juru bicara sahabatnya itu.

"Biasa Mak, gusar karena masalah hati. Mak kenal yang namanya Jeka? Nah cowok itu pacarnya temen saya". Cerita Ririn. Mak Surti menepuk tangannya sekali, pantas saja merasa familiar dengan jepit rambut yang dikenakan Unaya. Ternyata oh ternyata si Unaya Neng cangtip ini pacarnya Bujang Jeka toh.

"Oalah, Neng cangtip ini pacarnya Bujang Jeka. Pantas kok kayak pernah liat jepitnya". Unaya terkekeh sembari menyentuh jepit rambut bunga-bunga pemberian Jeka yang akhir-akhir ini sering ia pakai.

"Hehe. Iya Mak, makasih". Kata Unaya saat Mak Surti meletakkan pesanan mereka keatas meja.

"Mak tinggal ke dapur dulu, kalau mau ambil jajanan comot aja. Asal jujur ya hehe". Pamit Mak Surti.

"Siap Mak, makasih". Sahut Ririn sebelum Mak Surti menghilang dari pintu dapur.

Bosan karena Unaya diam saja, mata Ririn berputar mencari sesuatu yang menarik. Mata gadis itu berbinar kala menangkap lotre cabut yang dipasang di tembok warung. Lumayan lotre cabut itu hadiahnya macam-macam, alhasil Ririn menarik tangan Unaya dan mengajak gadis itu untuk mendekat kearah lotre cabut.

"Ihhh, apaan sih Rin narik-narik?! Sakit tahu!". Omel Unaya sambil mengusap-usap lengannya. Tidak tahu apa ya Ririn ini kalau Unaya tengah memikirkan Jeka? Takut kalau Jeka-nya macam-macam.

"Liat Na ada lotre cabut hadiahnya banyak banget. Cobain yuk!". Ajak Ririn sambil menarik-narik ujung seragam Unaya. Unaya berdecak sebal sebelum menjawab.

"Iya cobain gih sono. Tapi dua kali aja ya!". Sahut Unaya mulai perhitungan pasalnya sekali ambil lotre bayar lima ratus perak, kalau ambil banyak-banyak tapi gak dapet apa-apa alias zonk ya tekor.

"Yes! Oke siap! Bissmilahirohmanirokhim!". Kata Ririn sebelum mencabut sebuah lotre, incaran gadis itu adalah mainan monopoli. Unaya ikut penasaran saat Ririn hendak membuka lotre yang ia pilih. Setelah lotre dibuka;

"Astaghfirullahaladzim, kosong?!". Ririn merengut sedih. Memang ya mencabut lotre itu memerlukan feeling dan intuisi agar tidak dapat zonk. Unaya cekikikan melihat wajah sedih Ririn, gadis itu menepuk pundak sahabatnya beberapa kali sebelum berujar.

"Kalau lotre loe zonk lagi, loe harus nembak Victor. Gak mau tahu!". Kata Unaya seenaknya membuat Ririn membulatkan matanya dengan wajah merona merah.

"Eh? Apa-apaan?! Gak ada ya aturan begitu Unaya!". Protes Ririn.

"Bodo amat! Kan gue yang bayarin, suka-suka yang punya duit dong. Wleeee....". Ledek Unaya. Ririn komat-kamit menyumpah serapahi Unaya di dalam hati. Sumpah demi keong yang cuma Hah-Heh-Hoh doang, Ririn sama sekali tidak pernah menyukai Victor meskipun pemuda itu gantengnya tiada akhlak. Gadis itu justru diam-diam menyukai kang Daniel tukang fotocopy dekat perempatan.

"Oke fix! Tapi loe juga nyobain ya! Kalau nanti loe zonk kayak gue, loe kudu bantuin gue dagang sampai muter ke kelas-kelas. Gimana? Deal?!". Tantang Ririn sembari mengulurkan tangannya mengajak Unaya bersalaman, tanpa takut Unaya menerima uluran tangan Ririn. Taruhan begini buat iseng aja ya kan?

"Oke deal! Gue duluan ya". Unaya mengamati dengan teliti lotre cabut yang ada di hadapannya. Mata gadis itu memicing menatap beberapa lotre yang di klip dua kali, apa bedanya dengan yang cuma di klip sekali ya? Batin Unaya. Karena penasaran, gadis itu mencabut sebuah lotre yang di klip dua. Kalau zonk ya tidak apa-apa deh, hitung-hitung bantuin teman jualan.

"Gue yakin zonk nih, firasat gue udah dimanipulasi sama Mak Surti nih. Makannya zonk semua". Bisik Ririn yang sudah su'udzon saja.

"Hus! Gak boleh nuduh sembarangan kayak gitu, dosa tahu". Kata Unaya memperingatkan kemudian membuka lotre yang ia cabut tadi. Mata Ririn dan Unaya membulat kala lotre yang dipilih Unaya tidak zonk.

"Eh? Gue dapet nomor tiga puluh nih Rin!". Seru Unaya dengan heboh bersamaan dengan Mak Surti yang datang sembari membawa gorengan panas.

"Dapet nomor berapa Neng cangtip?". Tanya Mak Surti.

"Una dapet nomor tiga puluh Mak". Sahut Unaya. Mak Surti mendekat dan mencari hadiah nomor tiga puluh.

"Wah lumayan Neng dapet celengan ayam, bisa buat nabung". Kata Mak Surti sembari menyerahkan celengan ayam berwarna kuning kearah Unaya.

Unaya girang bukan main saat menerima celengan ayam tersebut. Meski ia mampu-mampu saja membeli celengan plastik modelan begitu, hanya saja euphoria-nya yang tidak bisa dibeli dengan apapun. Secuil otak Unaya mengatakan; Oh jadi yang di-klip dua kali ada nomornya. Namun gadis itu enggan memberitahukannya pada Ririn hihi.

"Sekarang giliran loe Rin!". Ririn mendengus, kok Unaya hoki sih. Kali ini Ririn mengamati lotre cabut dengan teliti sebelum mencabutnya. Gadis itu hendak mencabut lotre yang di-klip dua kali namun Unaya buru-buru mencegahnya.

"Tadi kan loe juga nyabut yang di-klip dua kali tapi dapat zonk". Kata Unaya berbohong.

"Lah emang iya?". Tanya Ririn sambil menggaruk rambutnya karena memang lupa.

"Ho'oh". Unaya mengangguk cepat dan Ririn percaya-percaya saja.

"Biasanya yang ada nomornya pasti diacak. Kalau gak ditengah ya dipinggir". Dan akhirnya Ririn mencabut lotre yang dipasang di pinggir. Unaya menahan tawa, Ririn kembali terlihat sedih begitu mendapatkan zonk untuk yang kedua kalinya.

"Yaelah kok gue gak hoki kayak loe sih Na! Masa dua kali dapet zonk, argggghhhhhh!!!". Teriak Ririn dengan frustrasinya, gadis itu langsung lemas seketika. Apalagi taruhannya terlalu berat, ya masa nembak cowok anime yang ngeselin itu sih! Oh No!

"Dibawa selow aja Neng cangtip, ini kan cuma mainan". Komentar Mak Surti.

"Mak gak tahu, ada harga diri seorang wanita yang dipertaruhkan Mak!". Rengek Ririn dengan frustasinya.

"Hihi. Inget ya perjanjian kita". Ledek Unaya sambil cengengesan. Ririn mendengus kemudian mengunyah es batu dengan emosi.

--Bangsat Boys--

Sekitar dua puluh menit kemudian, Jeka dan antek-anteknya menyusul ke warung. Jeka langsung menghampiri Unaya sementara antek-anteknya yang lain sibuk memesan makan siang.

"Hai pacar". Sapa Jeka dengan manisnya, Unaya tersenyum lebar kearah Jeka sembari mengangkat celengan ayam hadiah lotre tadi.

"Nih liat, gue dapat hadiah celengan ayam". Jeka menatap celengan ayam tersebut lamat-lamat sebelum berujar.

"Hadiah apaan? Lotre?". Tebak Jeka yang langsung diangguki Unaya. Keduanya cekikikan mengabaikan Ririn yang tengah gugup setengah mati sembari menutup wajahnya dengan rambut. Sebenarnya Victor menyadari tingkah aneh Ririn, namun urusan perut lebih penting ketimbang urusan hati kalau bagi pemuda itu hehe.

"Dapat celengan ayam ini gue jadi punya ide, gimana kalo kita nabung buat masa depan?".

"Uhuk!". Jeka langsung tersedak minumannya begitu Unaya mengatakan masa depan.

"Kenapa? Kok kaget gitu?". Tanya Unaya. Jeka mengusap bibirnya dengan punggung tangan sebelum menjawab.

"Perasaan tadi pagi loe yang bilang kalau perjalanan kita masih panjang, kenapa sekarang jadi ngomongin masa depan?".

"Ya itu kan tadi pagi, tiap detik pemikiran orang bisa berubah kali. Gue punya pernikahan impian, loe mau denger?". Jeka reflek menganggukan kepalanya dan mendengarkan setiap kata yang terucap dari bibir mungil gadis di depannya itu.

"Gue pingin nikah di Disneyland Jepang, kayak Princess-princess gitu...". Unaya terus saja menceritakan impiannya di masa depan hingga tanpa sadar Jeka menyunggingkan senyum. Entah mengapa pemuda itu tidak pernah bosan mendengarkan celotehan Unaya.

"Kalau kita nabung dari sekarang pasti pernikahan impian gue bakalan terkabul kan?". Kata Unaya diakhir ceritanya. Jeka tersenyum lembut kemudian meraih jemari Unaya.

"Kasarnya kita nyicil uang gedung dari sekarang?". Tanya Jeka yang sebetulnya menahan geli. Mewujudkan pernikahan impian wanitanya bukankah tugas lelaki? Namun Unaya memiliki pemikiran yang berbeda rupanya.

"Iya, loe mau kan Jeka nyisihin uang buat pernikahan kita". Kata Unaya dengan polosnya.

"Ih! Apaan sih Na, geli tahu! Masih kelas dua SMA udah mikirin nikah aja, kebelet kawin loe?!". Omel Ririn dengan sewotnya. Unaya menatap Ririn dengan mata memicing sebal.

"Apaan sih Rin, nguping urusan rumah tangga orang aja! Jangan lupa perjanjian kita yang tadi!". Ririn langsung mengatupkan bibirnya rapat-rapat saat Unaya mengingatkan tentang perjanjian mereka. Sementara itu Jeka terkekeh geli melihat pertengkaran antara Unaya dan Ririn.

"Haha. Udah-udah, balik lagi soal tabungan pernikahan kita...". Goda Jeka sembari menekankan kata tabungan pernikahan kita yang membuat wajah Unaya bersemu merah.

"Gue setuju, ayo nabung sama-sama biar saat waktu itu tiba gak terlalu berat". Kata Jeka dengan sungguh-sungguh.

"Kalau gitu gue yang bawa celengannya ya, ntar kalau loe yang bawa dipakai buat beli rokok lagi hihi". Canda Unaya yang membuat Jeka mengacak rambut gadis itu dengan gemas.

"Idih bisa aja sih pacar-nya Jeka ini". Goda Jeka yang langsung mendapat cubitan maut dari Unaya. Ririn berasa jadi kambing congek, tadinya gadis itu hendak kabur namun Unaya memergokinya.

"Hei! Mau kabur ya?!". Teriak Unaya yang membuat Ririn cengengesan.

"Eh? Eung? Heum? Um?". Gumam Ririn tidak jelas hingga membuat semuanya mengerutkan kening bingung.

"Temen loe kenapa deh Bu Bos, aneh banget kelihatannya". Kata Victor mulai berkomentar.

"Ada yang mau Ririn omongin ke loe, tapi dia malu". Seru Unaya. Ririn langsung melotot kearah gadis itu, yang dipelototi justru cekikikan sambil menjulurkan lidahnya.

"Kenapa sih?". Bisik Jeka ditelinga Unaya.

"Liat aja". Sahut gadis itu sok misterius.

"Mau ngomong apaan sampai malu segala? Biasanya juga malu-maluin!". Ledek Victor. Sumpah pocong kalau tidak ingat perjanjiannya dengan Unaya sudah pasti gadis itu tak sudi menembak cowok modelan Victor begini.

"Eung... itu...itu...". Ririn menggigit bibirnya terlihat ragu. Sementara itu Victor masih menunggu Ririn berbicara. Ririn menghembuskan nafasnya sekali, ia mencoba berfikir positif kalau tidak diterima alhamdulilah kalau diterima ya langsung bilang April Mop. Ririn mensugesti dirinya agar berfikiran santai saja.

"Loe mau gak Vi jadi pacar gue?!". Kata Ririn lancar sekali sembari menutup matanya rapat-rapat.

"Uhuk! Uhuk!". Victor langsung tersedak tulang begitu mendengar pernyataan Ririn. Pemuda itu shock seketika, antek-antek Jeka yang lain pun sama shock-nya. Hanya Unaya yang diam-diam cekikikan.

"Loe kalau ngomong kira-kira dong Rin! Temen gue jadi keselek tulang kan!". Omel Jimi yang membuat Ririn ikutan panik. Gadis itu ikut menepuk-nepuk punggung Victor dan akhirnya tulang yang ditelan Victor keluar juga.

"Kasih minum! Yaelah lemah banget sih loe baru juga ditembak cewek". Ledek Jeka sembari mengulurkan botol Aqua yang langsung diteguk kasar oleh Victor.

"Loe beneran nembak gue Rin?".

"Eh?". Ririn mendadak gugup. Kok jadi gak enak, mau bilang enggak tapi muka Victor udah ngarep gitu.

"Loe gak mau ya?". Tanya Ririn dengan senyum kikuk.

"Ya enggak lah! Gue jadian sama cewek o'on kayak loe? Hahahaha! Mau jadi apa darah daging gue kalau ibunya kayak elo!". Sahut Victor yang sebenarnya gengsi. Ingin ia berkata mau, namun apalah daya rasa malu lebih mendominasi. Mendengar perkataan Victor, wajah Ririn langsung merah padam. Diambilah sapu Mak Surti dan ia gebuk kaki Victor dengan sapu tersebut.

"Heh kurang ajar! Loe harusnya bersyukur ditembak cewek jelmaan Barbie kayak gue! Dasar gak tahu diri, emang loe pikir gue sudi jadi pacar loe? Cuihhhh... amit-amit! kalau bukan karena...".

"Tunggu gue nembak aja". Bisik Victor diam-diam yang membuat wajah Ririn merah padam. Eaaakkk :v

--Bangsat Boys--