webnovel

Bangsat Boys

Jeka pemuda badung ketua geng Bangsat Boys tengah mengalami patah hati akut. Pada suatu hari ia bertemu dengan gadis polos bernama Unaya. Kesepakatan yang tak terduga terjadi, terlibatlah mereka dalam sebuah hubungan pacaran kontrak. Hubungan yang mulanya hanya berlandaskan saling menguntungkan tiba-tiba berubah menjadi hubungan rumit dan menyesakkan. Dan disinilah titik balik leader Bangsat Boys bermula.

nyenyee_ · Urban
Not enough ratings
69 Chs

Mogu-mogu

Mama tiri Yeri; Sonia mendadak diam setelah bertemu dengan anak kandung-nya yang selama ini ia rindukan dan tanyakan bagaimana kabarnya. Wanita itu jadi tidak fokus hingga membuat Yeri yang duduk di sampingnya ikut terdiam, ada yang aneh dengan mama tirinya. Sementara itu Sonia merasa dadanya sangat sesak, sudah lama sekali ia ingin bertemu dengan anak-anaknya. Hanya saja wanita itu terlalu malu dengan perbuatannya dimasa lalu.

"Ma, Mama kenapa? Kok daritadi diem aja?". Tanya Yeri hati-hati. Sonia yang memang sedang melamun-pun tergagap sembari mengulas senyum palsu.

"Anak perempuan yang tadi itu, temen bimbel kamu sayang? Kamu kenal?". Tanya Sonia yang mencoba terlihat biasa saja.

"Oh, Jeni maksud Mama?". Tanya Yeri memastikan. Sonia merasa ia sebentar lagi akan menangis, wanita itu sungguh merasa lega karena bisa melihat putri bungsunya tumbuh besar dan cantik. Namun Sonia masih bertanya-tanya bagaimana kabar Unaya, ia ingin sekali bertemu gadis itu.

"Temen deket kamu ya?". Tanya Sonia berbasa-basi. Yeri tidak merasa terganggu dengan pertanyaan Mama-nya karena memang Sonia adalah tipe ibu yang ingin tahu perkembangan anak-anaknya, termasuk lingkup pergaulan.

"Gak deket sih Ma, cuma sering papasan aja. Dia kayaknya lebih sering main sama cowok yang tadi itu. Eh tapi bentar deh Ma, kayaknya aku pernah iseng nge-follow IG dia tapi gak di-accept". Sahut Yeri kemudian mulai sibuk mengutak-atik ponselnya untuk mencari akun Instagram milik Jeni. Sonia masih sabar menunggu, wanita itu mencoba untuk fokus menyetir meski sebenarnya pikirannya sudah bercabang kemana-mana. Anak-anaknya apa masih mengingatnya? Apa mereka marah padanya? Bagaimana kabar mantan suaminya? Dan masih banyak lagi.

"Nah ini Ma, cantik kan Ma. Lihat deh mirip banget sama Kakak-nya". Seru Yeri sembari menunjukkan foto selfie Jeni dan Unaya yang diunggah ke akun Instagram.

Ciiiiiitttttt!

Sonia reflek mengerem mobilnya mendadak. Yeri sempat terhuyung ke depan sebelum menoleh kearah Mama-nya yang mendadak menangis.

"Ma, Mama baik-baik aja kan?". Tanya Yeri khawatir. Sonia menggenggam tangan Yeri erat-erat. Wanita itu tidak sanggup melihat wajah kedua putrinya, rasa rindu yang ia tahan selama ini menjadi tak terbendung.

"Maaf Yeri, Mama lagi gak enak badan. Kamu gak apa-apa kan Nak?". Tanya Sonia lembut sembari mengusap pipi Yeri. Yeri menggeleng kecil, namun entah kenapa gadis itu yakin ada yang tidak beres dengan Mama tirinya. Apa ada hubungannya dengan Jeni?

--Bangsat Boys--

Setelah bel pulang berbunyi, Ririn langsung berlari secepat kilat untuk menyusul Unaya di UKS. Gadis itu khawatir dengan sahabat sejatinya yang tertimpuk bola basket. Ririn reflek berhenti saat melihat antek-antek Jeka yang berjaga di depan UKS. Gadis itu juga bisa melihat sosok cowok anime dan Sasuke disana.

"Aduh mampus! Kok jadi grogi ya". Cicit Ririn sambil menggigit jari-jarinya. Bagaimana-pun juga ia sama seperti gadis-gadis pada umumnya yang memilih berbalik arah jika bertemu dengan sekumpulan cowok. Tadinya Ririn hendak mengurungkan niatnya untuk melihat keadaan Unaya. Tapi sayang sungguh sayang, si cowok anime sudah memergoki duluan.

"Woy cewek o'on!". Ririn menutup matanya rapat-rapat sebelum berjalan kearah antek-antek Jeka.

"Mau nengokin temen loe ya?". Tanya Victor saat Ririn sudah berada di depannya.

"Hu'um". Sahut Ririn malu-malu. Antek-antek Jeka itu meskipun badung tapi ganteng-ganteng. Tidak salah kan jika Ririn merasa tersipu, lagian ia juga masih jomblo.

"Ya udah gih sono masuk.....". Kata Victor menggantung karena lupa dengan nama Ririn. Yang terngiang di kepalanya hanya kata cewek o'on jika melihat gadis itu.

"Ririn, Ririn Sekarwangi". Cicit Ririn kemudian masuk ke dalam UKS.

"Bunga-bunga cinta bermekaran". Sindir Jimi saat melihat Victor yang mendadak senyum-senyum sendiri setelah berinteraksi dengan Ririn.

"Apaan sih loe, gak jelas dasar hehe". Sahut Victor kemudian meraup wajah Jimi namun matanya masih fokus menatap pintu UKS sambil cengengesan.

"OMG MY BEST FRIEND UNAYA, LOE GAK TERLUKA KAN?!". Teriak Ririn dengan heboh seperti biasanya. Gadis itu memeluk tubuh Unaya sambil menangis tersedu-sedu, Jeka yang masih setia menemani Unaya-pun sampai mengorek kupingnya setelah mendengar teriakan Ririn.

"Aduh Rin ngapain sih loe dateng kemari? Kehadiran loe gak diharapkan tahu gak?!". Cibir Unaya yang membuat Ririn merasa tersakiti.

"Ya ampun jahat banget sih loe! Gue khawatir setengah mati begini sama loe Na! Nyebelin banget emang tuh Clarissa, gak berhenti-berhentinya nge-bully loe!". Kata Ririn dengan jengkel. Unaya manyun dan mengangguk setuju, gadis itu juga tidak tahu kenapa Clarissa selalu saja menghasut anak-anak di kelas untuk mem-bully nya.

"Tenang aja. Gue udah nyuruh orang buat kempesin ban motornya. Ntar gue juga bakal nyuruh orang buat nge-begal dia". Kata Jeka tiba-tiba yang membuat Ririn baru menyadari keberadaan pentolan sekolah itu.

"Eh serem amat!". Komentar Ririn sambil bergidik ngeri. Pantas saja tidak ada yang berani macam-macan dengan Bangsat Boys, ancaman mereka memang tidak pernah main-main.

"Gak perlu sampai di begal. Lagian gue gak apa-apa kok". Sahut Unaya yang merasa jika tindakan Jeka berlebihan. Jeka menatap Unaya dengan wajah datar andalannya.

"Pantes aja loe langganan kena bully. Jadi orang itu jangan terlalu lemah, loe berani nyiram gue waktu itu. Tapi kenapa diem aja pas dibully?! Gue lebih suka loe yang bar-bar". Kata Jeka sebelum meninggalkan Unaya dan Ririn berdua. Unaya menunduk dalam, ia juga tidak mengerti dengan dirinya sendiri.

--Bangsat Boys--

"Mau makan dulu?". Tanya Jeka pada Unaya dengan perhatian. Saat ini keduanya sedang berada di dalam mobil, tapi masih ada di parkiran sekolah. Unaya menggeleng lemah, gadis itu masih sedih karena di bully. Jeka memutar otaknya mencari cara agar Unaya mau bicara.

"Mau gue bawa Clarissa kesini terus gue hajar didepan loe?". Tanya Jeka lagi, namun perkataan pemuda itu justru membuat Unaya menangis terisak-isak.

"Eh? Kok nangis?". Jeka panik. Unaya merupakan gadis yang manja dan mudah menangis, untuk itulah Jeka bingung bagaimana cara menghadapi tingkah gadis itu. Mungkin bisa dibilang baru kali ini Jeka dibuat kalang-kabut oleh seorang gadis, pasalnya hubungannya dengan Helena dulu datar-datar saja. Tidak seperti dengan Unaya yang menurutnya, Heum... lebih berwarna.

"Mau Mogu-mogu". Isak Unaya dengan suara kecil, Jeka bahkan sampai berfikir keras untuk menerjemahkan bahasa bayi yang diucapkan Unaya. Ya, bagi Jeka gadis yang bicara sambil menangis itu sedang mengeluarkan bahasa bayi.

"Apa? Mau apa? Bilang sama gue". Tanya Jeka sekali lagi. Unaya menarik ingusnya sebelum menatap Jeka dengan wajah yang basah oleh air mata.

"Mau Mogu-mogu Jeka, yang rasa stroberi". Kata Unaya kemudian. Jeka terdiam, pemuda itu memikirkan sesuatu....

"Lah kok gemesin, anjing!". Batin Jeka kemudian menatap kearah lain karena malu. Pemuda itu berusaha menenangkan dirinya yang mendadak gugup, ini aneh! Kenapa coba.

"Mogu-mogu ya? Heum...". Jeka bergumam, apaan tuh Mogu-mogu begitu pikirnya.

"Maaf Unaya, Mogu-mogu itu sejenis apa?". Lanjut Jeka dengan wajah bingung. Ya mana Jeka tahu, pemuda itu lebih sering ditemani rokok dan kopi. Unaya semakin stress dibuatnya, gadis itu kembali menangis dan keukeuh ingin dibelikan Mogu-mogu.

Dan akhirnya Jeka berdiri di depan meja kasir sambil membawa sebotol minuman berwarna pink itu. Sempat merasa malu, masa pentolan sekolah bawa minuman pink-pink begini?! Tapi mau bagaimana lagi, Unaya bakal berhenti menangis kalau dibelikan Mogu-mogu. Jeka sadar jika sedari tadi Mbak-mbak kasir menahan tawa, pemuda kekar yang memiliki bekas luka di wajah beli minuman pink? Iya-iya Jeka paham! Pemuda itu memilih untuk menarik tudung hoodie-nya kedepan agar menutupi wajahnya.

"Nih!". Jeka mengulurkan Mogu-mogu kearah Unaya. Gadis yang tengah melamun sambil menatap jalan raya itu tersenyum lebar dan menerima Mogu-mogu yang diulurkan Jeka. Jeka duduk disamping Unaya sambil membuka kaleng cola-nya.

"Ihhhhhh....". Keluh Unaya yang tidak bisa membuka tutup botol Mogu-mogunya. Jeka merebut Mogu-mogu Unaya dan menukarnya dengan cola-nya. Pemuda itu membuka tutup botol Mogu-mogu dengan begitu mudahnya.

"Ah... seger!".

"Heh kurang ajar!". Protes Jeka sambil merebut secara paksa cola-nya yang diminum Unaya.

"Ya ampun nyicip doang, pelit banget sih!". Protes Unaya kemudian merebut Mogu-mogu nya. Jeka menatap kaleng cola-nya, udah kena bibir Unaya anjir!

"Udah kena bibir loe terus gue minumnya gimana anjir!". Umpat Jeka dengan sebal.

"Ya elah cuma kena bibir gue dikit. Gak usah manja". Sahut Unaya dengan sewot. Jeka langsung merebut Mogu-mogu yang hendak di minum Unaya, kemudian pemuda itu menenguk-nya hingga sisa setengah.

"Jek...".

"Cuma kena bibir gue dikit, gak usah manja!". Kata Jeka balik kemudian meneguk cola-nya sendiri. Unaya mengepalkan tangannya erat-erat, sumpah Jeka nyebelin banget!

"JEKA MOGU-MOGU GUE!!! HAISH!!!!".

--Bangsat Boys--

Unaya turun dari mobil Jeka dengan muka asem-nya, ini masih perihal Mogu-mogu. Bukannya merasa bersalah, Jeka justru tertawa geli melihat Unaya yang tengah merajuk.

"Gak usah cemberut gitu, besok gue beliin sekardus kalo perlu". Kata Jeka sambil bersandar di mobilnya.

"Bener ya se-kardus?". Tanya Unaya sambil menunjuk wajah Jeka dengan telunjuk mungilnya. Jeka terkekeh kemudian meniup telunjuk Unaya.

"Heum, sana gih masuk". Kata Jeka sambil menggedikan dagunya kearah rumah Unaya.

"Ya udah gue masuk dulu ya, makasih". Sahut Unaya sambil melambaikan tangan. Jeka tersenyum kearah Unaya, mata pemuda itu tak sengaja menangkap sosok Helena dan Mario yang tengah memperhatikan dirinya. Jeka langsung menarik tangan Unaya dan memeluk gadis itu dengan tiba-tiba.

Deg! Deg!

Jantung Unaya berdebar dan mata gadis itu melotot kaget, gadis itu hendak melepaskan pelukan mereka tapi Jeka menahannya dan membisikkan sesuatu.

"Ada Helena sama Mario yang lagi lihatin kita, show must go on".

"Heum". Gumam Unaya yang akhirnya membiarkan Jeka memeluknya meskipun ia merasakan sesuatu yang aneh. Jeka mengusap rambut panjang Unaya dengan lembut dan mengecupnya beberapa kali. Helena tanpa sadar mengepalkan tangannya erat-erat, Mario melirik kearah Helena yang terlihat tidak suka melihat Unaya dan Jeka berpelukan mesra.

"Jangan lupa istirahat, kalau aku udah sampai rumah pasti langsung hubungin kamu". Kata Jeka dengan lembut sambil mencubit kecil pipi Unaya.

"Heum, dadah kamu hati-hati". Kata Unaya sembari melambaikan tangannya. Jeka mengusap kepala Unaya dan menunggu sampai gadis itu masuk ke dalam rumahnya. Unaya sempat melirik kearah Helena dan Mario sebelum masuk kedalam rumah. Sementara itu Jeka tersenyum miring kearah Helena dan Mario, setelahnya pemuda itu masuk kedalam mobil dan melenggang pergi.

"Adik tiri kamu pacarnya Jeka?". Tanya Mario sambil mengulas senyum licik.

"Jangan macem-macem!". Peringat Helena yang sudah tahu arah pikiran Mario. Mario terkekeh kemudian menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.

"Kenapa? Dia kan cuma adik tiri, gak masalah kan kalau...".

"Jangan bawa-bawa dia! Unaya gak ada hubungannya sama masalah kita bertiga". Potong Helena cepat. Meski sejujurnya ia tidak suka melihat Unaya berpacaran dengan Jeka, tapi gadis itu tidak mungkin membiarkan Mario menyakiti Unaya.

"Kamu murni ngebelain Unaya atau emang ada rasa sama Jeka?". Desis Mario yang membuat Helena tergagap.

"Stop Mario! Kamu udah berhasil bikin Jeka ngaku kalah sama kamu waktu itu. Apa lagi sih yang kamu cari?! Jangan libatin orang lain, termasuk adik aku!". Bentak Helena. Gadis itu bahkan sudah mengorbankan dirinya sendiri agar Mario menghentikan ambisinya untuk mengalahkan Jek. Tapi sampai saat ini, api dendam di dalam diri Mario masih berkobar.

"Kamu gak akan ngerti apa yang terjadi antara aku sama Jeka. Karena orang yang bikin kita musuhan gak akan bisa kembali". Sahut Mario dingin, pemuda itu beranjak kemudian memasukan tangannya kedalam saku celana.

"Buang jauh-jauh rasa suka-mu ke Jeka sebelum aku nekat nyakitin orang-orang yang ada disekitarnya". Lanjut Mario sebelum melangkah pergi.

--Bangsat Boys--