webnovel

Bangsat Boys

Jeka pemuda badung ketua geng Bangsat Boys tengah mengalami patah hati akut. Pada suatu hari ia bertemu dengan gadis polos bernama Unaya. Kesepakatan yang tak terduga terjadi, terlibatlah mereka dalam sebuah hubungan pacaran kontrak. Hubungan yang mulanya hanya berlandaskan saling menguntungkan tiba-tiba berubah menjadi hubungan rumit dan menyesakkan. Dan disinilah titik balik leader Bangsat Boys bermula.

nyenyee_ · Urban
Not enough ratings
69 Chs

Gara-gara Menstruasi

Sonia mengurung diri seharian setelah pertemuannya dengan Jeni yang tak terduga tadi siang. Wanita itu menangis tersedu-sedu sembari menatap foto keluarga kecilnya dulu yang nampak kumal. Melihat wajah anak-anaknya membuat hati Sonia rasanya tercubit, wanita itu merasa sangat bersalah karena tidak melihat perkembangan Jeni dan Unaya.

Semua orang pasti bertanya-tanya mengapa gerangan ia memilih untuk meninggalkan keluarganya dulu? Sonia menatap foto mendiang Ayu; ibu kandung Jeka dan Yeri yang juga merupakan sahabatnya. Jika bukan karena permintaan Ayu dan balas budi, mungkin sampai saat ini keluarganya masih utuh.

Dulu keadaan ekonomi keluarganya tidaklah seperti sekarang. Suryo; mantan suaminya hanya berkerja sebagai buruh harian. Hidup mereka sangat sulit bahkan untuk makan sesuap nasi-pun mereka harus menunggu Suryo pulang kerja. Sonia selalu menceritakan apa yang menjadi kesulitannya pada Ayu, dan dalam kondisi yang sama Ayu juga tengah mengalami kesulitan.

Meski wanita itu hidup bergelimang harta, namun ada satu hal yang memang tidak bisa dibeli dengan uang. Yaitu; waktu. Waktu Ayu tidak banyak, saat itu ia tengah melawan penyakit mematikan yang seiring berjalannya waktu menggerogoti tubuhnya. Ayu tidak bisa pergi dengan tenang jika belum menemukan seseorang yang bisa menggantikan dirinya untuk menjaga suami dan anak-anaknya.

Hingga pada suatu hari kesepakatan itu terjadi. Ayu memberikan suntikan dana agar Suryo bisa membangun sebuah perusahaan, dan sebagai gantinya Sonia harus menjadi ibu bagi anak-anaknya. Mau tak mau Sonia menyetujuinya karena semua itu demi masa depan Unaya dan Jeni. Sonia akhirnya memutuskan untuk menggugat cerai Suryo saat lelaki itu telah berhasil menjadi pengusaha sukses.

Biarlah semua orang menganggap jika wanita itu jahat disini. Yang paling penting ia bisa melihat anak-anaknya hidup dengan layak. Meski hanya Yeri dan Papa-nya yang menerima kehadirannya, setidaknya Sonia telah berusaha sekuat mungkin untuk bisa menjadi ibu yang baik untuk Jeka dan Yeri. Soal kesalahpahaman Jeka, pemuda itu menganggap jika Ayu sakit kemudian meninggal karena memergoki Papa-nya dan Sonia berselingkuh. Bahkan sampai saat ini-pun Jeka tidak akur dengan Papa-nya.

Kamar Yeri terletak disamping kamar Mama dan Papa-nya. Gadis itu tidak bisa tidur dan terus mengkhawatirkan kondisi Mama-nya. Yeri akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamar dan berniat mencari sosok Kakak laki-lakinya.

"Bang? Udah tidur?". Tanya Yeri sembari mengintip sedikit kedalam kamar Kakak-nya. Jeka yang sedang bermain PS sendirian hanya menoleh sebentar kearah pintu.

"Kenapa? Gak bisa tidur loe? Mau minta dikelonin?". Ledek Jeka. Yeri berdecak dan menghentak-hentakan kakinya dilantai. Gadis itu duduk dipinggir ranjang sambil menatap kearah punggung telanjang kakak-nya.

"Tahu gak sih Bang, Mama hari ini aneh banget tahu gak". Cerita Yeri. Jeka selalu cuek jika itu menyangkut mama tirinya.

"Baru nyadar loe kalo doi aneh?". Sahut Jeka asal. Yeri menggeram sebal, gadis itu beringsut duduk disamping Kakak-nya dan sengaja menyenggol lengan Jeka hingga stick PS-nya jatuh.

"Shit! Yer!". Umpat Jeka. Ia kalah gara-gara Yeri. Yeri tidak peduli, gadis itu terus saja nyerocos panjang lebar hingga telinga Jeka dibuat berdengung.

"Masa ya Bang, dari siang sampe malam begini Mama nangis mulu. Apa Mama kangen sama Papa sampai nangis gitu?". Tanya Yeri lagi. Jeka berdecak malas, pemuda itu bahkan tidak peduli apa yang terjadi pada mama tirinya itu.

"Di putusin doi kali, makannya nangis". Sahut Jeka dan kembali melanjutkan permainannya yang tertunda.

"Ck! Gak lucu Bang. Kenapa sih loe gak bisa nerima Mama? Dia yang selalu jagain kita kalo Papa pergi keluar kota". Kata Yeri serius. Gadis itu ingin keluarganya akur seperti dulu. Jeka adalah satu-satunya orang yang tidak bisa membuat impiannya menjadi nyata. Pemuda itu selalu asyik dengan dunianya sendiri hingga jarang ikut acara kumpul keluarga.

"Loe kali yang dijagain, gue sih bisa jaga diri sendiri". Jawab Jeka acuh. Yeri menghembuskan nafasnya, gadis itu berbaring diranjang dan tak sengaja melihat foto seorang gadis yang tertempel di tembok.

"Widih, belum move on juga loe Bang". Ledek Yeri. Jeka reflek menoleh kearah Yeri.

"Sok tahu loe! Sono gih keluar! Ganggu aja". Umpat Jeka yang sebenarnya malu ke-gap masih menyimpan foto Helena.

"Terus ini buktinya apa? Udah ngaku aja kenapa sih Bang kalo belum move on". Ledek Yeri.

"Gue udah punya cewek baru kali". Sahut Jeka namun matanya masih fokus pada game yang ia mainkan.

"Gak ada bukti berarti hoax". Kata Yeri dengan sangat menyebalkan.

"Besok ikut gue jemput doi kalo gak percaya".

--Bangsat Boys--

Dan benar saja, esok harinya Jeka mengajak Yeri menjemput Unaya dirumahnya. Kakak-adik itu menunggu di depan gerbang rumah. Kebisaan Jeka, ia lebih memilih menunggu Unaya diluar rumah sampai gadis itu selesai siap-siap. Beberapa menit kemudian Unaya dan Helena keluar dari rumah bersama Mama Irene. Jeka langsung menegakkan tubuhnya, pemuda itu mengenal Mama Irene karena dulu kerap ngapel saat masih berpacaran dengan Helena.

"Lah doi loe Bang". Bisik Yeri saat melihat sosok Helena. Jeka tidak menjawab pemuda itu tersenyum kearah Mama Irene.

"Loh Jeka kan ya?". Tanya Irene sambil menunjuk Jeka.

"Pagi Tante". Sapa Jeka dengan ramah sembari menyalami tangan Irene diikuti Yeri. Helena nampak kikuk seperti biasanya, sedangkan Unaya diam saja sambil menatap ke arah Jeka yang tidak ada pantas-pantasnya besikap manis di depan Mama Irene. Bhaks..

"Mau jemput Helen?". Tanya Irene karena tidak tahu jika keduanya sudah putus. Jeka dan Helena saling bertatapan, keduanya terlihat salah tingkah. Namun sedetik kemudian Jeka menarik tangan Unaya agar mendekat padanya.

"Jeka jemput Unaya Tan". Irene terlihat kaget dan melirik kearah Helena.

"Oh? Jemput Unaya?". Jeka mengangguk dan mengusap-usap rambut Unaya. Keduanya cengengesan, bersikap sok mesra di depan Irene.

"Iya Ma, Una berangkat dulu ya". Pamit Unaya sambil tersenyum lebar. Sementara itu Yeri terlihat bingung, ini Abang-nya ribet banget anjir. Macarin adik tiri mantan udah kayak di sinetron, batin Yeri.

"Ya udah yuk sayang". Kata Jeka sambil merangkul Unaya. Kedunya hendak pergi namun Irene mencegah mereka.

"Boleh minta tolong ajak Helen sekalian? Mobilnya mogok, Mama habis ini harus nganterin si bungsu". Pinta Irene.

"Ma!". Protes Helena tak terima. Jeka dan Unaya saling pandang, bak melempar kode.

"Oh? Boleh kok Tan. Kamu gak keberatan kan sayang?". Tanya Jeka meminta persetujuan Unaya.

"Ya enggak dong, ya udah yuk Kak bareng aja". Ajak Unaya. Irene mendorong-dorong Helena agar gadis itu segera masuk ke dalam mobil Jeka. Jeka membukakan pintu mobil untuk Unaya seperti biasa hingga diledek Yeri bucin. Setelah melambai ke arah Irene, mobil Jeka melenggang meninggalkan area perumahan.

"Anak jaman sekarang kisah percintaannya ribet". Gumam Irene sebelum menutup pintu pagar.

Lima menit berlalu dan suasana mobil Jeka terasa sunyi. Yeri sibuk mengamati tiga orang yang menurutnya aneh. Pertama; Abang-nya yang kentara sekali kikuk-nya, kedua; Unaya yang meremat kuat-kuat rok-nya, dan yang ketiga; Helena yang kadang melirik-lirik Jeka dari kaca spion.

"Hai Kak, aku Yeri adiknya Bang Jeka". Kata Yeri tiba-tiba memecah keheningan.

"Hai, aku Unaya". Sahut Unaya sambil tersenyum kecil. Yeri sempat merasa familiar begitu melihat wajah Unaya, tapi gadis itu lupa pernah melihat Unaya dimana. Helena tidak menyahut, gadis itu memilih menatap kearah jendela mobil daripada menanggapi celotehan Yeri.

"Gimana Yer, cakep gak cewek gue?". Tanya Jeka tiba-tiba. Unaya menoleh kearah Jeka, gadis itu tahu pasti Jeka sedang menjalankan misi untuk membuat Helena cemburu.

"Gila sih Bang, cakep banget! Bisa-bisanya doi mau sama cowok brengsek kayak loe". Ledek Yeri yang membuat Unaya menahan tawa. Jeka mengumpat tanpa suara, punya adik sebiji laknat amat.

"Ya tanya dong sama doi kenapa mau sama gue, kenapa yank?". Tanya Jeka sambil mengusap rambut Unaya. Helena menghembuskan nafas berat, harusnya ia tadi naik angkot saja daripada melihat pemandangan yang menyiksa hatinya seperti ini. Sementara itu Jeka mengulas senyum sinis saat melihat wajah cemburu Helena dari kaca spion.

--Bangsat Boys--

Bel pulang berbunyi, tadinya Unaya hendak bergegas pulang tapi perutnya mendadak mulas. Gadis itu merasa ada sesuatu yang mengalir dibawah sana, alamat mens nih. Ririn sudah siap pulang dan menenteng tas punggungnya, gadis itu menunggu Unaya.

"Na, buruan napa? Kelas udah sepi nih". Kata Ririn tidak sabar. Unaya memegangi perutnya sembari menatap Ririn dengan wajah memelas.

"Rin, kayaknya gue mens deh. Loe bawa pembalut gak?". Rengek Unaya. Ini mens hari pertama dan rasanya, you know lah.

"What?! Aduh ngerepotin banget sih loe Na. Bentar gue lihat di UKS dulu, mana kalo mens hari pertama deres banget lagi kayak orang keguguran". Gumam Ririn sebelum ngacir keluar dari kelas.

"Buruan Rin!". Teriak Unaya sebelum Ririn benar-benar keluar dari kelas. Unaya meringis sambil bergerak tidak nyaman, gadis itu mengangkat sedikit pantat-nya.

"Yah! Bocor beneran". Keluh Unaya saat melihat darah mens-nya meluber ke kursi.

Sementara itu, Jeka menunggu Unaya diparkiran sekolah. Pemuda itu berkali-kali melirik jam tangannya. Antek-anteknya juga masih setia menunggu Bu Bos mereka keluar dari sarangnya.

"Ngapain aja sih tuh cewek lama bener!". Kata Jeka yang sudah bergerak tidak nyaman.

"Jae, coba deh loe susulin". Lanjut Jeka memerintah. Tanpa banyak omong, Jaerot langsung menjalankan perintah Bos-nya.

Ririn menggerutu karena tidak menemukan pembalut walau hanya satu biji. Memang terkadang saat keadaan genting seperti ini benda yang dibutuhkan malah tidak ada.

"Yaelah apa gunanya bayar SPP tiap bulan kalo mau minta pembalut pas mens aja gak ada". Cibir Ririn kemudian keluar dari UKS dan hampir saja bertabrakan dengan Jaerot.

"Anjir kaget gue!". Omel Ririn sambil menyentuh dada-nya.

"Eh loe temennya Bu Bos kan?". Tanya Jaerot sambil menunjuk Ririn. Ririn mengangguk cepat, gadis itu memikirkan nasib Unaya yang sendirian di kelas dalam keadaan bocor.

"Bos udah nungguin dari tadi". Kata Jaerot kemudian.

"Bilangin aja sama Bos loe kalo Unaya gak bisa pulang karena lagi pendarahan!". Sahut Ririn asal kemudian ngacir begitu saja.

"Ha?!". Jaerot mendadak seperti orang bodoh. Pemuda itu langsung berlari cepat kearah Jeka yang sudah menantikan kedatangannya.

"Gimana?". Tanya Jeka. Jaerot mencoba mengatur nafasnya sebelum menjawab.

"Katanya si Ririn, Bu Bos gak bisa pulang karena pendarahan". Jawab Jaerot. Jeka membulatkan matanya.

"Pendarahan?!". Pekik pemuda itu membuat yang lain tersedak.

--Bangsat Boys--

"Rin gimana?!". Tanya Unaya tak sabaran saat Ririn kembali ke kelas .

"Gak ada Na pembalutnya, gue gendong loe sampe toilet aja kali ya. Terus ntar gue beliin pembalut di minimarket depan". Kata Ririn memberi solusi, bahkan gadis itu sudah berjongkok siap-siap menggendong Unaya.

"Aduh Rin! Yang bener aja dong! Ini udah meluber kemana-mana!". Unaya mengangkat sedikit pantat-nya agar Ririn bisa melihat kursinya yang terkena darah mens.

"Waduh! Ottokhae-ottokhae!". Ririn ikutan panik.

Mendengar Unaya pendarahan, Jeka dan antek-anteknya langsung mendatangi kelas Unaya. Kedua gadis itu shock karena Jeka membuka pintu kelas dengan kasar, terlebih Unaya malu bertemu Jeka dalam keadaan seperti ini.

"Siapa yang hamil-in loe?!". Tanya Jeka dengan suara dingin. Jeka hendak berjalan mendekati Unaya namun gadis itu buru-buru mencegahnya.

"Stop! Jangan deket-deket". Teriak Unaya dengan mata berkaca-kaca. Jeka reflek menghentikan langkahnya dan menatap wajah pucat Unaya.

"Siapa yang hamil-in loe?". Tanya Jeka sekali lagi karena tidak mendapatkan jawaban. Unaya dan Ririn saling berpandangan, mereka bingung dengan maksud pertanyaan Jeka.

"Hamil? Gue gak hamil! Sembarangan!". Protes Unaya tidak terima.

"Lah tadi Jaerot bilang loe gak bisa pulang karena lagi pendarahan. Loe hamil anak siapa?!". Ririn meneguk ludahnya susah payah. Salah ngomong nih, Ririn memukul mulutnya sendiri.

"Gue gak hamil Jeka, gue bocor makannya gak bisa pulang". Teriak Unaya dengan frustrasi. Terdengar suara "ooohhh" dari antek-antek Jeka.

"Terus apa yang bisa gue bantu? Gak mungkin kan loe disini terus". Tanya Jeka yang prihatin melihat kondisi Unaya.

"Gendong Unaya ke toilet aja, biar gue yang beli pembalut di minimarket depan". Sahut Ririn. Jeka mengeluarkan dompetnya dan mengulurkan selembar uang limapuluh ribuan kearah Ririn. Ririn langsung menerimanya dengan senang hati. Yaelah ini mah sisa banyak, lumayan bisa ditilep uang kembaliannya. Begitulah batin Ririn. Gadis itu langsung ngacir begitu saja.

"Woy! Gue ikut!".  Teriak Victor dan bergegas menyusul Ririn.

"Berdiri!". Perintah Jeka. Unaya menggeleng cepat, gadis itu malu apalagi ada antek-anteknya Jeka.

"Harus ya ada antek-antek loe disini? Gue malu". Cicit Unaya. Jeka melirik kearah antek-anteknya.

"Kalian tunggu diparkiran aja. Kalo urusan dia udah selesai, gue susul". Kata Jeka. Antek-anteknya langsung membubarkan diri. Jeka kembali menatap kearah Unaya.

"Buruan berdiri". Perintah Jeka. Unaya beridiri dengan hati-hati, Jeka sempat mengernyitkan hidungnya saat mencium bau anyir. Pemuda itu melihat rok Unaya yang penuh darah, langsung saja Jeka melepas jaketnya dan melingkarkannya di pinggang Unaya. Setelah itu tanpa merasa jijik, Jeka menggendong Unaya ala brydal. Unaya reflek mengalungkan tangannya di leher Jeka, dengan langkah lebarnya pemuda itu membawa Unaya menuju toilet.

Unaya sama sekali tidak bisa mengalihkan tatapannya dari wajah Jeka. Kenapa Jeka begitu gentle memperlakukan seorang gadis? Please beri tahu Unaya caranya agar tidak baper dengan pemuda yang tengah menggendongnya ini. Bukan hanya Unaya saja yang dibuat melting, murid-murid perempuan yang masih ada di area sekolah-pun dibuat terpesona dengan perlakuan Jeka.

--Bangsat Boys--

Sementara itu Ririn ribet sekali memilih pembalut, Victor mendadak menyesal sudah mengikuti gadis itu. Padahal menurut Victor semua pembalut itu sama, hanya saja disini Ririn terlalu mempermasalahkan harga.

"Heh! Cewek o'on! Udah ambil yang mana aja, si Bos ngasih duit limapuluh ribu gini!". Protes Victor untuk yang kesekian kalinya.

"Heh cowok anime! Justru gue lagi milih pembalut yang harganya paling murah tapi kualitasnya bagus. Kan lumayan uang kembaliannya bisa ditilep, iye gak?". Victor memutar bola matanya malas.

"Ribet loe! Mana ada barang murah yang kualitasnya bagus. Sini mending gue yang milih!". Victor menarik tangan Ririn agar gadis itu menyingkir. Ririn mundur kebelakang dan membiarkan Victor memilih pembalut.

"Cap-cip-cup kembang-kuncup!". Victor mengambil sebungkus pembalut yang terakhir ia tunjuk.

"Nah! Yang ini aja, udah ayok. Ntar kembaliannya buat beli cireng". Victor melenggang menuju kasir, Ririn terdiam. Ia baru menyadari begitu ribet kaum-nya.

Sudah Ririn duga jika dirinya bakal kena semprot Jeka gara-gara kelamaan beli pembalut. Pemuda itu menyalahkan Ririn, tapi Ririn malah balik menyalahkannya.

"Udah! Udah! Sini pembalutnya!". Victor menyerahkan pembalut pada Jeka.

"Cewek cupu? Buka pintunya, ini pembalutnya udah ada". Unaya membuka pintu toilet perlahan dan menerima pembalut yang diulurkan Jeka. Jeka kembali mengomeli Victor karena pemuda itu tidak gesit saat menjalankan tugas.

"Kok gak ada sayap-nya?!" Teriak Unaya dari dalam toilet.

"Bukan gue yang milih sumpah, cowok ini nih yang milih pake cap-cip-cup!". Sahut Ririn cepat karena dipelototi Jeka. Jeka memejamkan matanya mencoba sabar.

"Beli lagi sana yang ada sayapnya. Cepet!". Victor dan Ririn mendadak kicep, duit kembaliannya udah abis lagi buat beli cireng.

"Sorry nih Bos". Kata Victor takut-takut.

"APA LAGI?!". Jeka mulai nge-gas.

"Duitnya udah habis buat beli cireng". Jeka mengusap wajahnya frustrasi. Emang ya cewek itu bikin ribet, hanya gara-gara menstruasi ia jadi repot seperti ini.

--Bangsat Boys--