Sayyida tetap terdiam dia sama sekali belum membuka mulutnya. "Tolong jangan membuat aku bingung. Makanlah, ibadah seperti apapun jika tidak menta'ati suaminya, tidak ada gunanya ibadah itu. Apalagi yang diminta suaminya bukanlah sesuatu yang dilarang Allah. Aku memintamu makan untuk tidak menyiksa diri. Jadi makan," kata Zain lalu menyuapi istrinya.
"Jika kamu tetap ingin diam. Diam saja terus. Tapi aku sudah menyiapkan tiket pesawat untuk pergi ke Makassar. Apa kamu mau pergi denganku? Adik pasti merasa senang jika kamu mau ikut," kata Zain. Sayyida menitihkan air mata.
"Jangan menangis! Aku bingung. Kalau tidak mau pergi ya tidak papa. Kamu sudah mendiamkan aku hampir empat hari. Sudah jangan menangis, aku minta maaf," ujar Zain mengalah. "Dari pada aku membuatmu tidak nyaman mending aku, pergi."
Saida menarik tangan Zaim yang akan beranjak. "Aku akan ikut ke Makassar," kata Sayyida pelan. Zain memandang Sayyida dengan penuh tanda tanya.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com