webnovel

Tidak Pernah Sebaik Itu

Telepon Christian kemarin malam masih membuat Ella kepikiran. Ella terus menerus memperhatikan setiap gerak gerik Christian, baik yang terkecil sekali pun.

Pagi-pagi sekali, ia membuka matanya dan memandang pria yang masih tertidur di sampingnya.

Ia memanfaatkan kesempatan ini untuk memperhatikan wajah Christian. Wajah itu tidak terlihat dingin seperti saat ia terbangun, dan bahkan terlihat sangat lezat.

Terlepas dari sifatnya yang kejam, Christian adalah pria yang sangat menawan.

Saat memikirkan hal ini, tanpa sadar Ella menghela napas panjang.

Tidak ada yang adil di dunia ini.

Christian bisa memiliki segalanya.

Ia tampan dan kaya.

Hal ini membuat Ella semakin pusing. Tidak tahu berapa banyak wanita di luar sana yang menginginkan Christian. Ada kemungkinan, suatu hari nanti, Christian akan bosan dengannya dan berpaling pada wanita lain.

Saat memikirkan kemungkinan itu, Ella menghela napas lagi.

Begitu ia menoleh untuk melihat wajah Christian lagi, pria yang berada di sampingnya itu sudah terbangun.

"Mengapa kamu menghela napas?" Christian mengangkat tangannya untuk memeluk pinggang Ella. Setelah itu, ia menarik tubuh Ella hingga menempel pada tubuhnya dan berbisik di telinganya. "Apakah aku belum bisa memuaskanmu kemarin malam sehingga kamu terus menerus menghela napas?"

Sudut bibirnya menyunggingkan senyum. Jarang-jarang ia tersenyum di pagi hari seperti ini. Tetapi semenjak adanya Ella di kehidupannya, pagi harinya menjadi lebih indah.

Ella bersandar di dada Christian yang telanjang.

Ia mengangkat tangannya dan menggunakan telunjuknya untuk menggambar lingkaran yang tidak kelihatan, di dada yang kekar itu. "Kalau aku bilang aku tidak puas, apakah kamu akan memuaskan aku?" kata Ella sambil memandang ke arah Christian.

Mata Ella terlihat masih malas dan ingin berbaring lebih lama di tempat tidur. Dengan senyuman tipis, Christian langsung memutar tubuhnya dan mengurung tubuh Ella di bawahnya.

Ia mengangkat tangannya untuk membelai sisi wajah Ella. "Kamu yang memintanya."

"Hmm ..." desahan itu segera diikuti dengan gairah di dalam ruangan.

Selama beberapa jam, ruangan itu dipenuhi dengan desahan dan erangan. Ella bersandar di pelukan Christian sambil mengatur kembali napasnya.

Wajahnya terlihat merah dan penuh kepuasan, hampir membuat Christian ingin mencumbunya lagi.

Tetapi saat mengingat kembali bahwa ia harus bekerja, Christian menahan dirinya.

Ia mengecup kening Ella dengan lembut, bangkit berdiri dan pergi ke kamar mandi.

Sementara itu, Ella meringkuk di bawah selimut sambil memperhatikan setiap pergerakan Christian, sambil bertanya-tanya, bagaimana ia bisa mempertahankan pria ini.

Setiap wanita memiliki insting. Christian bilang akan menjemput wanita itu hari ini. Kalau Ella menggagalkan pertemuan mereka, wanita itu pasti akan curiga. Saat wanita curiga, Ella bisa memanfaatkan kesempatan dan ...

Ella menampar pipinya dengan pelan dan setelah itu ia mencoba mencari cara untuk menggagalkan pertemuan mereka ...

Saat Christian keluar dari kamar mandi, ia menemukan Ella sedang membungkus seluruh tubuhnya di bawah selimut. Ia terlihat sangat manis.

Wanita ini terus menarik perhatiannya. Tidak ada habisnya ...

Ia bahkan tidak peduli kalau Ella hanya berpura-pura di hadapannya.

"Christian ..."

Ella meringkuk di dalam selimut, tetapi suaranya terdengar sedikit kesal.

Christian memandangnya, menunggunya untuk melanjutkan kalimatnya.

"Kamu ... Bisakah kamu menemaniku hari ini?" Ella tidak berani memandang langsung ke arah Christian, takut Christian akan mengetahui rencananya.

"Tidak bisa hari ini," Christian langsung menolak.

Christian sudah berjanji akan menjemput Nathan hari ini dan ia tidak bisa menundanya.

Ella mengerutkan bibirnya, tidak tahu bagaimana cara membujuk Christian lagi.

Situasinya saat ini sudah jauh lebih baik. Meski ia tidak bisa masuk ke dalam hati Christian, setidaknya Christian melindunginya sekarang.

Akhirnya, ia memutuskan untuk mengalah. "Kalau begitu pergilah. Aku akan menunggumu kembali."

Christian mengerutkan keningnya saat melihat Ella yang merajuk. Ia tidak seberapa memahami isi hati wanita, tetapi ia merasa Ella sedang tidak senang hati.

Akhirnya ia berkata, "Aku akan menemanimu besok."

Ella terlihat sedikit terkejut. Ia tidak menyangka Christian mau menemaninya. Senyum langsung merekah di wajahnya. "Baiklah."

Senyum itu terlihat begitu polos, tidak seperti Ella yang biasanya Christian lihat. Christian tidak bisa menahan dirinya untuk mencondongkan tubuhnya dan mengecup kening Ella sekali lagi.

"Bangunlah dan mandi. Aku akan menyuruh Jason untuk membawakan makanan nanti."

"Hmm ..." Ella mengangguk dengan patuh.

Mendengar nama Jason, Ella merasa sedikit senang. Ia tidak berani menanyakan mengenai sosok wanita di kehidupan Christian secara langsung, tetapi ia bisa bertanya pada asistennya.

Christian tidak memperhatikan apa yang Ella pikirkan saat ini. Saat memikirkan bahwa putranya sedang menunggu, ia bergegas untuk berangkat.

Tidak lama setelah Ella mandi, Jason datang dan mengetuk pintu. Ella menyambutnya dengan gembira dan menyeretnya ke dalam kamar.

Sebelum Jason bisa bereaksi, Ella mendorongnya dan menghimpitnya ke dinding.

Jason juga seorang pria normal. Ia merona saat melihat wanita secantik Ella melakukan ini padanya.

Apa yang wanita ini lakukan?

Saat pertanyaan itu terlintas di benaknya, Jason bergegas mendorong tubuh Ella. Wanita ini istimewa bagi bosnya.

Lihat saja bagaimana cara bosnya melindungi dan memanjakannya.

Dan hanya Ella, wanita yang pernah menginjakkan kakinya ke kamar bosnya itu.

Semua itu sudah cukup untuk menunjukkan status Ella.

Ia tidak mau dipecat oleh bosnya karena wanita ini!

Melihat Jason yang panik, Ella tersenyum manja. Tangannya memegang lengan Jason seperti seekor ular yang melilit. Ia memiringkan kepalanya dan bertanya. "Jason, apakah bosmu punya kekasih?"

"Iya." Jason mengangguk.

Mengapa Ella menanyakannya? Bukankah ia kekasih bosnya?

Setelah menjawab, Jason ingin mendorong tubuh Ella. Tetapi Ella mencengkeramnya dengan erat. Ia tidak mau memperlakukan Ella terlalu kasar karena takut dengan murka bosnya.

Tetapi keadaan ini juga bisa membuatnya mendapatkan hukuman mati.

Akhirnya, mereka berdua membeku dalam kondisi seperti ini ...

Mendengar jawaban Jason, Ella mengerutkan keningnya dengan kesal. "Apakah ia cantik?"

"Cantik ..."

Jason benar-benar tidak berdaya. Ia hanya bisa menjawab semua pertanyaan Ella.

Ketika mendengar hal ini, kerutan di kening Ella semakin dalam. "Apakah ia lemah lembut? Bisa memasak? Bagaimana Christian memperlakukannya?"

Ia menyerang Jason dengan pertanyaan demi pertanyaan.

Ia harus mengetahui bagaimana lawannya supaya ia tidak kalah dalam medan perang.

Ella tidak mau duduk dan menunggu kematiannya.

"Lemah lembut?" Jason memandang Ella dan kemudian menggelengkan kepalanya. "Tidak ..."

Tidak lembut. Ternyata Christian tidak menyukai wanita yang lemah lembut. Mungkin ia mencari pasangan yang sama kejamnya dengan dirinya.

"Saya tidak tahu mengenai memasak ... Tetapi kalau Anda bertanya apakah bos memperlakukannya dengan baik ..."

"Bagaimana?"

Mata Ella berbinar saat menantikan jawaban dari mulut Jason.

"Sangat baik. Bos tidak pernah sebaik itu pada wanita."

Jason hanya berkata jujur. Tetapi mengapa Ella yang diperlakukan dengan sangat baik oleh bosnya, malah terlihat marah?