webnovel

2. Runtuhnya Kehidupan

Hati Yeona terguncang ketika memikirkan jawaban dari pertanyaan Hye Rin. Benar, dia tidak punya bukti, bahkan sebagian dirinya tidak yakin jika malam itu… Sujun.

Beberapa menit berlalu, tiada bantuan Tuhan datang, tidak. Ayah bungkam, ibu syok, sementara Hye Rin menyeringai di atas kemenangannya. 

"Kenapa diam? Kamu berbohong, kan?" 

Yeona menjawab, "Apa maksudmu berbohong?"

"Ya berbohong. Pasti lelaki yang menghamilimu tidak mau bertanggung jawab lalu kamu memfitnah Sujun. Sikapmu menjijikkan."

"Apa?"

Hye Rin mengangguk. "Kamu mau membuang kesalahan pada Sujun. Kamu kira dia tempat sampah? Buang sampahmu ke tempatnya!"

"Hye Rin, cukup," Sujun menarik mundur gadis itu, dalam dirinya masih ada cinta. "Yeona tidak mungkin melakukan hal seperti itu. Dia hanya panik dan pikirannya kurang jernih."

Bukan, bukan panik. Tetapi memang Sujun yang menghamilinya. Dia punya bukti dan sekarang memberi alat tes kehamilan pada Sujun.

"Jangan terhasut omongan orang," ucap Yeona. "Ayo, kita rawat calon bayi kita. Kamu mau, kan?" 

Yeona mengambil jari telunjuk Sujun, tapi jari itu pergi menjauh seperti jijik. Ada apa ini?

Sujun sahabat ... Bukan sahabat, tetapi cinta lamanya. Mereka tidak pernah jauh sedari kecil, setidaknya sebelum mereka terjebak cinta jarak jauh. Sekarang dia menarik diri?

Setelah membaca alat tes kehamilan tubuh Sujun bergetar. Dia tidak pernah merenggut kesucian wanita kecuali Hye Rin. Alat tes kehamilan membuatnya semakin yakin jika Yeona benar-benar tersudut. Pasti lelaki jahanam itu kabur. Sebagai pacar dia merasa dikhianati, tapi sebagai sahabat dia prihatin. 

"Aku akan membantumu merawat dan membesarkan bayimu kelak, tapi tolong katakan, siapa lelaki itu?" Dia ingin menghajarnya. Bukan hanya merusak Yeona tapi meninggalkannya begitu saja, seperti tisu basah setelah dipakai.

"Ya kamu, siapa lagi?"

"Bukan, bukan aku."

"Bukan? Menurutmu janin ini merangkak sendiri masuk ke perutku, begitu? Jangan bercanda!"

"Aku tidak pernah menidurimu, lalu bagaimana bisa menghamilimu?"

"Tidak pernah katamu? Malam di pesta tahun baru kita bercinta berkali - kali! Kamu merenggut kesucianku! Masih bilang tidak pernah? Pokoknya kamu harus bertanggung jawab!"

Yeona mendorong berkali - kali Sujun, hingga pemuda itu menangkap kedua pergelangan tangannya. 

"Minta lelaki itu bertanggung jawab!" Ini pertama kali Sujun membentak Yeona. 

Yeona mundur menggeleng pelan. Bagaimana mungkin Sujun berkata kasar? Bukankah mereka seharusnya saling mencintai? Bukannya dua berjanji akan selamanya mencintai Yeona? Dia sudah mendapat harta paling berharga Yeona, sekarang dia akan membuangnya begitu saja? Begitu isi pikiran Yeona. 

"Yeona maaf membentakmu, tapi aku tidak pernah menidurimu."

Yeona mendorong dada Sujun hingga dia mundur beberapa langkah. Suara Yeona meninggi. "Kamu menuduh aku tidur dengan lelaki lain? So Sujun, aku tidak menyangka kau menjijikkan!" 

Di tengah kekacauan, Hye Rin menengahi mereka lalu mendorong Yeona menjauh. Dia memasang badan untuk melindungi Sujun. "Aku tidak akan membiarkan Sujun jatuh ke perangkap setanmu!" 

"Jangan mendorongnya, janinnya bisa kenapa - napa!" Sujun berusaha menarik mundur Hye Rin, tapi gagal.

"Hentikan semuanya, diam!" bentak ayah, bangkit dari duduknya.

"Ayah, segera usir wanita Jalang itu!" sahut Hye Rin. "Dia membuat malu keluarga, dia ingin merusak masa depanku bersama Sujun. Lihat, dia hamil di luar nikah!"

"Keparat!" Yeona muak mendengar celotehannya, lalu menampar Hye Rin.

Namun, ayah menepis tangannya, malah menampar balik Yeona berpaling. "Jaga sikapmu, anak haram!"

Yeona mengelus pipi merah nan panas, tapi lebih panas lagi hatinya yang nyeri karena ayah kandung memanggilnya dengan sebutan anak haram. "Apa ayah waras?"

"Kau dan ibumu sama saja, kalian berdua jalang sial pembawa bencana!" 

Ayah meremas dada ketika badannya kejang - kejang nyaris jatuh ke belakang. Beruntung ibu membantunya berdiri.

Penyakit jantung ayah kambuh! Yeona berusaha menolong beliau. Sebagai mahasiswi kedokteran dia bisa membantu!  tapi Hye Rin mendahului. 

Hye Rin menangis keras. "Ayah! Ayah kenapa? Semua gara - gara ulahmu! Lihat apa yang terjadi! Apa kamu sengaja mau membunuh ayah?"

Yeona sadar akan kesalahannya. Dia bingung. "Aku--"

"Dasar wanita tidak berguna!" lanjut Hye Rin.

Yeona ingin membantu ayah, tapi ibu melarang. "Jangan, nanti keadaan ayahmu tambah parah. Biar dia tenang dulu. Kamu tenangkan pikiran lalu kita bicara lagi nanti."

Ibu membawa ayah pergi ke kamarnya, sekejap keadaan ruang megah menjadi sunyi-kuburan.

Sejahat apapun Han So Jong, dia tetap ayah kandung Yeona. Yeona cemas pada keadaan ayah, dia mondar - mandir sambil memijat kening.

"Puas kamu?" Hye Rin mendorong Yeona. "Puas? Kalau ayah kenapa - napa, awas kamu! Ayo minta maaf ke ayah!"

Hye Rin menggandeng Yeona menuju kamar ayah, tapi tiba - tiba ketika mereka membelakangi Sujun, dia memukul-mukul perut Yeona. Baginya anak dalam kandungan Yeona sangat berbahaya untuk hubungannya dengan Sujun. 

"Hentikan! Kau ingin melukai janinku?" Yeona melindungi janinnya, menepis tangan adiknya hingga jatuh tersungkur.

Hye Rin menyeringai puas sebelum memasang raut wajah sedih. "Sakit, Kak! Kakak jahat!"

"Pintar kamu bermain drama!" balas Yeona.

Sujun membantu Hye Rin berdiri sambil melotot pada Yeona. "Cukup! Kenapa kamu bertingkah seperti ini? Ada apa denganmu?"

"Dia ingin melukai janinku!"

"Bohong! Aku hanya ingin Kakak meminta maaf pada ayah." Hye Rin menangis dalam pelukan Sujun.

Yeona menggeleng pelan sambil tersenyum kecut, tidak percaya adiknya secerdas ini. Jalang itu sukses membutakan Sujun. Yeona tidak menyerah begitu sana, demi cinta dan janinnya!

"Dia bermain drama dan kamu tahu itu! Sekarang tanggung jawab! Nikahi aku!" 

"Jangan berbohong! Terima kenyataan kalau kamu hamil anak orang!" sahut Hye Rin. "Lagi pula mana buktinya kalau Sujun menghamilimu? Dari tadi ucapanmu hanya berputar - putar. Sujun mencintaiku, bukan kamu, terima itu!"

"Oh, aku tahu sekarang. Selama di Busan kau menggoda pacarku, iya kan?"

"Cukup!" Sujun berhasil membuat mereka diam. "Yeona, ayo kita bicara." 

Sujun menggandeng Yeona menuju ruang baca sambil menoleh ke belakang memastikan Hye Rin tidak mengekor. 

Sesampainya disana Sujun menutup rapat pintu, membenturkan kening pelan ke pintu. Dia mencintai Hye Rin, tapi sayangnya untuk Yeona. Bagaimanapun juga kenangan selama ini bukan isapan jempol. XIni salahku memaksamu tinggal di Seoul. Andai kita tetap di desa, andai kamu tidak mengenal lelaki lain…"

"Aku menjaga kesucianku. Hanya padamulah aku melepas semuanya." Lengan Yeona melingkari perut ramping Sujun. Dia memilih tempat nyaman bersandar, tempat yang hangat dan lapang. Punggung yang dulu selalu menjadi bantalannya ketika dia pulang dibonceng sepeda oleh Sujun. "Kita pergi dari sini. Kita hidup di desa. Hanya kita, Sujun.

Aku mencintaimu. Tolong jangan kecewakan aku.

"Bukankah kamu berjanji akan menikahiku? Kamu bilang selamanya akan menemaniku. Kamu bilang ingin membangun keluarga bersamaku, kan. Sekarang tepati janjimu, pinta Yeona dengan suara sesenggakan. 

"Maafkan aku, Yeona." Sujun melepas peluk Yeona lalu berbalik menghadapnya. Dia tidak berani memandang langsung mata berbinar itu. "Maaf, selama di Busan Hye Rin menghiburku. Dia memberiku kasih sayang dan dia yang aku mau."

"Tapi, selama ini kita berpacaran dan dalam setiap pesan, juga voicemail, kamu bilang mencintaiku."

"Bagaimana bisa kita berbalas pesan kalau kamu memblokir nomorku?"

Yeona bingung apa maksud Sujun. Dia tidak memblokir nomornya. "Bagaimana dengan anak kita?"

"Minta pertanggung jawaban pada lelaki yang menghamilimu." Sujun berbalik, hendak membuka pintu.

Seketika Yeona berlutut memeluk kaki Sujun, dalam tabgis dia berkata, "Aku mohon jangan pergi. Aku mencintaimu."

Sujun hendak membantu Yeona berdiri, tetapi urung. Jika dia melakukannya, takutnya Yeona tambah terluka. Dia takut Yeona salah mengartikan kebaikannya. 

Dalam keputusasaan Sujun keras memukul pintu berulang kali. "Maafkan aku, maafkan aku."

Yeona berkata, "Jika aku punya salah, maaf, tapi jangan seperti ini. Aku mencintaimu, bagaimana aku membesarkan bayiku kelak tanpamu?"

"Jangan membuat semua menjadi rumit. Aku memaafkanmu, tapi untuk mencintaimu setelah semua yang terjadi, maaf, aku tidak bisa. Jika lelaki itu menolak bertanggung jawab, aku akan membantu merawat bayimu." 

Sujun melepas pelukan Yeona pada kakinya lalu melangkah keluar menuju ruang utama meninggalkan Yeona bersama angin dinhin dalam ruang hampa.

Yeona memeriksa handphone dan benar saja, nomor lama Sujun terblokir. Lalu selama ini dia berbalas pesan dengan siapa? Dia menangis meratapi kesedihannya, memanggil nama Sujun berulang kali.

Masuk sebuah pesan dari nomor Sujun palsu. [Rasakan kau. Semoga kau keguguran!]

Seketika Yeona sadar permainan siapa semua ini. "Han Hye Rin. Keparat kau ...." Namun, untuk meyakinkan Sujun, apa pesan ini mampu?

Beberapa jam berlalu. Yeona baru berhenti menangis ketika pintu dibuka dari luar. 

Asisten rumah tangga menyalakan lampu lalu kaget mendapati keadaan Yeona yang terduduk di sudut ruang seperti seonggok daging rebus tanpa ekspresi. 

Asisten rumah tangga membantunya berdiri, berkata, "Nona, Tuan dan Nyonya menunggu Anda di ruang utama." 

Dibantu asisten rumah tangga, Yeona tiba di ruang utama.

Kantung mata Yeona menghitam di bagian cekungan bawah, rambutnya acak-acakan seperti ijuk, dia memandang kosong orang tuanya. Tiada obrolan selama satu jam, hingga dia memutuskan memulai.

"Bagaimana keadaan Ayah?" Tulus pertanyaan Yeona, tapi jawaban ayah tidak sesuai harapan. 

"Hmmp! Tidak usah basa - basi. Langsung saja, gugurkan kandunganmu atau pergi dari sini. Keluarga Han tidak menerima wanita yang hamil di luar nikah." 

****

Halo, semoga cerita ini menghibur kalian, ya!

Adityo_WNcreators' thoughts