webnovel

5. Piyama

Perjalanan membawa 6 Penyihir ke Negara Ion sudah menjadi acara tahunan. Namun, bukan berarti keamanan tidak dijaga. Terdapat 6 Kesatria yang masing-masing akan menjaga Penyihir mereka, 2 orang pilot dan beberapa awak yang memastikan keamanan dan keadaan Pesawat tetap stabil.

5 Hari perjalanan bukan waktu yang singkat, itu sebabnya disediakan 6 kamar yang masing-masing akan ditempati oleh Penyihir dan Guardian mereka. Oh, benar. Satu kamar dihuni dua orang. Leo benar-benar lupa bahwa Guardian umumnya akan sekamar dengan Penyihir mereka. Bagaimanapun, bukan hanya sebagai Pelindung, Guardian juga akan menjadi pengasuh. Jadi, bukan hanya kuat, mereka juga harus cekatan dan pintar merawat Penyihir yang sedang mereka jaga.

Sepasang netra emas menatap kosong ke arah kasur ukuran Queen size di seberangnya.

Sangat berbeda dengan Guardian, kasur untuk Penyihir berukuran lebih besar, empuk dan lembut. Menyesuaikan fisik mereka yang jauh lebih lemah dan memerlukan ruang untuk bergerak. Bahkan di pinggir kasur, akan ada jeruji besi yang menghalangi Penyihir agar tidak terguling dan jatuh.

Sementara kasur yang berada tepat Merci duduki, hanya sebuah kasur berukuran single yang biasa. Cukup empuk dan bersih, tetapi tetap saja biasa. Namun, sungguh, bukan hal itu yang membuat Diandra Merci terpesona hingga tidak mampu untuk memikirkan apa pun.

Sosok yang berada di atas kasurlah yang membuatnya membeku.

Menatapnya dengan sepasang netra emas yang bulat dan polos, helai perak mengintip membentuk wajah bulatnya yang merona. Dengan piyama berbentuk beruang berwarna merah muda, sosok itu duduk manis di atas kasur. Terlihat sangat lembut dengan bulu-bulu merah muda yang menyelimutinya.

Diandra Merci merasa ada sesuatu yang menusuk jantung.

Oh, sungguh …

Merci tidak tahan. Ia memalingkan wajah, menahan detak jantungnya yang mendadak menggila. Kedua tangan mencengkram dada yang terasa sesak. Wajahnya memerah sempurna, dengan tubuh yang gemetar hebat. Bahkan, ia tidak bisa menahan untuk terus mengibas-ngibaskan ekor birunya dengan semangat. Menampar pinggir tempat tidur hingga membentuk suara berisik yang memekakkan telinga.

"Kau … kenapa?" Leo menatap aneh Naga Muda yang duduk di kasur seberangnya. Remaja Diandra menatapnya beberapa detik, sebelum akhirnya memalingkan wajah dan membuat keributan. Suara 'Tang' 'Tang' selayaknya besi yang sedang dipukul, terus menggema.

Sungguh, terlalu berisik.

"Merci, kau sakit?" Cucu dari Kepala Sekolah ini mendadak bertingkah aneh. Leo agak khawatir. Apakah sakit? Bagaimanapun, mereka akan pergi ke Negara Ion. Merci, masih terlalu muda. Ia pasti belum bisa mengendalikan emosinya dengan baik. Ingin menyelamatkan Ibunya, Leo tidak tahu apa yang Felix katakan ke remaja Naga ini hingga membuat si Biru gemetar.

Bangkit berdiri, beruang merah muda dengan terburu-buru turun dari kasurnya. Naas, ujung piyama yang panjang tersangkut di pagar besi hingga sang Penyihir tidak bisa menjaga keseimbangannya.

"Hati-hati!"

Merci panik. Suara tersangkut itu terdengar jelas. Sebagai Kesatria, ia lebih kuat dan cepat. Kurang dari sedetik, sosok itu sudah berada di depan Leo. Memegang bahu kecil yang nyaris kehilangan keseimbangan.

Leo membeku, sebelum akhirnya dengan mudah menopang tubuhnya kembali. Namun sosok yang memegangnya jelas jauh lebih panik darinya.

"Kau tidak apa-apa? Apakah ada yang terluka? Apakah sakit?"

Melihat bocah laki-laki yang biasanya cukup tenang mendadak panik, entah bagaimana terlihat … lucu. Leo tidak bisa menahan tawanya. Ia terkekeh, menggelengkan kepala dan menepuk-nepuk bahu Naga muda dengan geli. "Ahahaha … aku tidak apa-apa. Oh, Merci, ada apa denganmu? Kenapa kau jadi seperti ini? Apakah kau gugup?"

Merci membeku. Mendadak, wajah tampan pemuda itu memerah. Dengan kikuk ia melepaskan tangannya dari bahu remaja An dan mundur selangkah untuk memberinya ruang. Namun, ia jelas tidak berniat menjawab pertanyaan Leo.

Menghela napas, Penyihir tua itu menggelengkan kepala. "Merci, tenanglah … sudah kubilang aku bisa mengurus diriku sendiri, kau hanya perlu menjagaku," menebak apa yang membuat Naga Biru gugup, Leo mengulum senyuman, lalu berpura-pura memasang ekspresi arogan.

"Oh, apakah kau meremehkanku?" mengangkat alis dan berdecak pinggang, sosok yang lebih pendek mendongak. "Aku masih memiliki darah naga, tentu saja fisikku lebih kuat ketimbang Penyihir lain!"

Naga Biru tertegun, sebelum akhirnya mengulurkan tangan dan mengusap kepala merah muda bertelinga bulat itu. "Anak-anak yang dibesarkan di Academy Ruby adalah Penyihir yang mandiri," itu sebabnya, kebanyakan Guardian hanya sebagai penjaga tanpa perlu benar-benar mengasuh Penyihir mereka. "Sama seperti Leo."

"Benarkah?" Kenapa reaksi Naga ini berbeda? Nada yang dikeluarkan Merci memang terdengar tidak gugup lagi, tetapi ... kenapa rasanya ada yang salah? Leo agak bingung, tetapi tidak terlalu memikirkannya.

"Ya."

Leo berkedip. Ia melangkah mundur, menghindari tangan yang sudah terlalu lama di atas kepalanya. "Lalu, kenapa kau menghindariku? Tadi, kau benar-benar aneh."

Sosok itu kaku, sebelum akhirnya rona merah kembali menjalar di wajah hingga telinga sang Naga. Ia menelan liur paksa, menjawab dengan agak … tergagap. "Itu … u-uh … kenapa … kau memakai piyama ini?"

Sepasang netra emas yang bulat berkedip, bingung. Namun beberapa detik kemudian, ekspresi polos yang penuh tanda tanya berubah menjadi muram.

Leo tahu apa maksud Diandra Merci.

Ia memakai piyama beruang.

Merah muda.

Di usia sebesar ini.

NAGA KONYOL SIALAN ITUUUUUU!!!

Leo bersumpah benar-benar ingin mengebiri Ayahnya! Bila bukan karena permintaan anehnya, bila bukan karena semua kostum berbahan sangat lembut, dingin dan nyaman, Leo tidak mungkin merasa wajar untuk memakai kostum-kostum itu sebelum tidur!

Oh, sungguh. Kebiasaan adalah hal yang menakutkan.

Leo gemetar.

Benar-benar ingin mengebiri Ayah Naganya yang idiot.

"Kenapa dengan piyama ini?" Sedetik wajahnya suram, seketika itu juga ekspresi wajah si perak berubah kembali. Ia terlihat alami, menatap bingung ke arah Naga biru yang lebih tinggi. "Bahan Piyama ini sangat nyaman … aku terbiasa memakainya sejak kecil."

"Tapi … "

"Apakah tidak cocok?" iris bulat yang polos menatap remaja yang lebih tinggi. Ia agak memiringkan wajah, membuat kostum merah muda terlihat sangat cocok berpadu dengan kulit seputih pualam.

"Uh … ," Merci memalingkan wajah. "Itu cocok."

Senyuman di wajah si perak retak.

Sungguh, ia tahu ini sangat cocok, bila tidak, Papanya yang konyol tidak akan memaksa untuk menggunakannya! Dan lagi, kenapa harus merah muda?! Kenapa harus merah muda dan ia rela memakainya?!

Leo merana di dalam hati. Menangis setiap kali melihat cermin. Sial, setiap melihat pantulannya sendiri, perlu beberapa menit untuk berhenti karena selalu merasa … sosok di dalam cermin terlalu indah. Sayang bila tidak di dandani.

Si perak menelan liur paksa.

Ia sedikit mengerti perasaan Naga idiot itu untuk mendandaninya.

Sungguh, Leo benar-benar ingin membenturkan kepalanya ke dinding terdekat!

"Papa yang memberikannya," tetap mempertahankan ekspresi polos, Leo tanpa ragu menghujat Ayahnya yang sudah masuk ke dalam taraf idiot. Memperlakukan remaja sebesar ini, seperti balita yang baru bisa merangkak berjalan. "Bila kau mau, aku bisa memberikanmu satu."

Wajah Merci memucat. "Tidak, terima kasih."

Tepat saat Leo ingin kembali menggoda Naga Biru, sosok yang sejak tadi dibicarakan mendadak menelpon. Benar-benar tepat ketika si Perak masih cukup panas untuk menuangkan kekesalannya.

"Baby, bagaimana di pesawat?" begitu Leo mengangkatnya, panggilan Video menampilkan pemuda berambut perak yang tampan. Sosok itu terlihat begitu muda, dengan sepasang netra emas yang tajam.

Merci hanya melihat beberapa foto dari An Cosmos dan tidak menyangka bahwa sosok semuda itu, sudah memiliki anak dan mampu mengumpulkan uang yang begitu banyak. Bila bukan karena Kakeknya yang memberitahu siapa sebenarnya sepasang keluarga bermarga An ini, Merci masih harus mengira-ngira sepasang perak adalah orang kaya biasa.

Sosok yang diam-diam bisa mempengaruhi perekonomian ketiga negara, bukanlah orang biasa.

Namun begitu layar tampil tepat di hadapan remaja An, Naga Biru tidak menyangka Leo tidak mengubah saluran ke privasi sehingga ia turut bisa mendengar dan melihat apa yang Naga Perak itu lakukan.

"Papa, bagaimana piyamaku?" Leo tersenyum manis. Ia mengubah posisi, membelakangi Merci sehingga Naga Biru itu dengan mudah masuk ke kamera. "Papa, dia Merci, Guardianku."

Cosmos terdiam selama beberapa detik, alis pemuda itu terpaut. "Cucu dari Tuan Felix?"

"Halo Paman An," dengan sopan, sosok bertanduk itu mengangguk ke arah Cosmos. "Ya, saya cucu Tuan Felix, namaku Diandra Merci."

"Level 3?"

Merci tertegun, tidak menyangka bahwa Naga Perak akan bertanya seperti itu. Mendengarnya, mau tidak mau membuat sosok biru merasa malu luar biasa.

Lemah.

Naga Muda itu tahu bahwa sosok dibalik layar, secara langsung menyatakan ketidakpuasannya. Bagaimana tidak? Putranya yang mungil dan lucu, hanya dijaga oleh Kesatria level 3 yang tidak berpengalaman. Merci juga meragukan hal ini. Ia sempat mengajukan untuk menambah Guardian untuk Leo begitu tahu status Penyihir kecil ini, tetapi Kakeknya tidak setuju.

Satu Guardian dan tidak lebih, peraturan adalah peraturan.

"Ya," Merci mengangguk canggung. "Tetapi saya tetap akan menjaga Leo, tidak akan ada yang bisa menyakitinya. Paman An, Anda tidak perlu khawatir. Bagaimanapun, saya sudah menganggap Leo sebagai adikku sendiri."

Leo berkedip. Ia refleks menoleh ke belakang dan menatap ekspresi serius Naga Biru. Mendengar orang lain akan melindunginya dengan blak-blakan dan menganggapnya saudara … terlebih orang itu jauh lebih lemah darinya, entah bagaimana remaja An merasa agak tergelitik. Sentuhan lembut yang membelai hatinya membuat si perak teringat dengan Cosmos yang menganggapnya serapuh lapisan tipis es yang membeku.

Kesalahpahaman ini, entah bagaimana membuatnya merasa … senang.

"Aku hanya mempunyai satu putra," Cosmos, tanpa ragu, menepis ucapan Naga muda itu. Sungguh, entah bagaimana firasat Naga Perak tidak enak. Bocah ini entah kenapa terlihat seperti akan merampas telur kecil yang sudah susah payah ia besarkan. "Hanya level 3, kau masih terlalu lemah."

Merci, entah bagaimana, tidak tersinggung sama sekali. "Aku tahu," ujarnya kalem. "Aku masih harus banyak berlatih."

Entah apa yang terjadi, tetapi Leo merasa Naga Biru di belakangnya tidak merasa canggung atau kaku kembali setelah bertukar beberapa kata dengan Ayahnya.

Cosmos mendengus dingin. "Akan sangat lama untuk membuat orang lemah sepertimu menjadi kuat."

"Aku akan tetap berusaha menjadi kuat," Merci tidak pantang menyerah. Ucapan Naga Perak itu justru seolah menyulut semangat nya. "Paman, aku akan berlatih dengan keras agar menjadi lebih dan lebih kuat. Jadi, aku bisa melindungi Leo lebih baik lagi."

Senyuman Leo membeku.

Entah bagaimana pembicaraan ini mulai terasa agak … aneh?

Sepasang netra emas menyipit, menatap tajam pemuda yang berada di dekat putranya. "Oh? Kau pekerja keras ya?" ada nada menghina yang jelas terselip. "Saat aku seusiamu, aku sudah masuk ke level 4 puncak."

Leo mencibir mendengar nada sombong itu.

Jangankan level 4, Cosmos bahkan tidak tahu bahwa ia berada di level 9 puncak sebelum Leo menjelaskannya tentang beberapa level kekuatan! Lagi pula, bagaimana mungkin Naga Perak ini tidak kuat? Semua tumbuhan, mineral dan hewan di dalam Planet Ilusi sangat berharga! Lalu dengan baik hati, semua hal baik itu masuk ke dalam perut Ayah Naganya.

"Bagaimana … bagaimana Tuan An melakukannya?" Merci jelas percaya dengan omong kosong Naga Perak itu. "Tuan An, apakah Anda juga mampu menahan Anomali?"

Tunggu. Bagaimana bisa dari Paman An menjadi Tuan An? Sepasang iris emas menatap dengan curiga kedua orang yang kini, tengah mengobrol bersama. Sejak kapan hubungan asing menjadi hubungan Tuan dan Bawahan?

Cosmos semakin merasa bangga. "Aku tidak pernah menggunakan Kristal Penenang."

"Bagaimana mungkin?" Naga Perak ragu. Namun ucapan Cosmos berikutnya membuat sepasang netra emas itu berkilau cerah.

"Gunakan beberapa latihan, Anomali bisa ditahan selama kau lebih bisa menekan dan memadatkan energi. Ketika mulai merasa Anomali menyerang, ingatlah untuk menekan paksa energimu ke titik terendah agar Anomali tidak menyakiti tubuh."

"Menekan … ," Merci bergumam. "Bagaimana cara melakukannya? Kakek juga berkata kita harus lebih banyak berlatih, tidak terburu-buru naik level, memadatkan energi agar tidak mudah terkena Anomali, tetapi menekan saat terjadi anomali … apa maksudnya?"

Okay …

Menatap bolak balik ke layar dan juga Merci yang mendadak berubah menjadi banyak berbicara, Leo entah bagaimana … merasa diabaikan.

Senyuman remaja perak mengembang.

Sungguh … siapa yang baru saja berkata hanya memiliki satu putra? Namun sekarang apa? Ayahnya membimbing orang lain sementara Naga Perak bodoh ini sekalipun, tidak pernah membimbingnya! Tidak pernah sekalipun! Apakah ini yang disebut Ayah?! Apakah ini yang disebut Ayahnya dan bukan Ayah orang lain?!

Marah, tanpa ragu Leo memutuskan panggilan.

Merci tersentak. Kaget melihat layar mendadak hitam.

Leo tersenyum lebih manis, menoleh ke arah Naga Biru yang kebingungan. "Sudah malam, aku harus tidur," ujarnya lembut. "Merci, bukankah kau juga harus beristirahat? Oh, benar. Kau belum mandi. Aromamu menggangguku dan itu sangat bau, kau bisa mandi dulu sebelum tidur."

Naga Biru benar-benar bingung.

Jelas, Leo tersenyum sangat manis, wajah imut nya terlihat sangat lucu. Namun ucapan dari bibir mungil itu benar-benar pedas dan sukses membuat si biru canggung. Refleks, remaja Diandra mengendus tubuhnya sendiri.

Apakah benar-benar bau?

Namun beberapa saat kemudian, Merci menyadari sesuatu.

Ia adalah ras Naga. Tidak peduli apakah Leo ras Naga murni atau darah campuran … aroma ras Naga lain yang berada di lingkungan tempat tinggalnya, akan membuat tidak nyaman. Terlebih, aroma Naga Perak yang semula kuat berada di tubuh sang remaja, semakin lama semakin tercium lemah dan tipis. Secara bertahap digantikan oleh aroma tubuhnya yang memang cenderung lebih mendominasi.

Merci canggung.

Oh, Leo pasti tidak menyukainya. Sebagai ras campuran, mereka tidak bisa mengeluarkan aroma sendiri. Jadi, mengandalkan aroma Ayahnya sebagai pelindung bukanlah hal yang aneh. Namun Merci tanpa sadar mencemari Aroma Papa Naganya …

"Maaf," canggung, Merci melangkah mundur. Menjaga jarak dari Penyihir kecil itu. Selama ia tidak terlalu dekat, aromanya tidak akan mengganggu si perak. "Kau bisa tidur, aku … aku akan mandi."

Setelah mengatakannya, Naga Biru langsung berbalik dan berlari masuk ke dalam kamar mandi. Melihat punggung itu menghilang dibalik pintu, Leo tanpa ragu mengangkat panggilan yang sejak tadi mengganggu.

"Baby, ada apa? Kenapa mendadak memutuskan panggilan?" Cosmos menatap cemas ke arah Leo begitu panggilan video diterima. Namun, di detik sang Naga bertanya, di detik itu juga si perak tahu bahwa putranya sedang … marah.

Oh, lihat senyuman suram itu?

Cosmos bergidik. "Baby?"

Senyuman Leo menghilang. Sepasang netra emas melirik ke arah layar, lalu memalingkan wajah. Mengabaikan ekspresi panik Ayahnya, remaja mungil merangkak naik ke atas kasur dan menarik selimut hingga menutupi dadanya.

Cosmos bingung dan frustasi. Sungguh, bila ia berada di sana, Naga Perak bisa mengulurkan tangan dan membiarkan bayi kecilnya menggigit, atau memukulnya dan melampiaskan amarah. Setelah itu, ia bisa membujuk si kecil dan menanyakan penyebab kemarahan putranya yang lucu. Namun Ayah konyol ini sedang berada di perjalanan dinas. Keduanya sama-sama di pesawat yang memiliki arah berlawanan.

"Papa … ," setelah beberapa menit yang terasa seabad, akhirnya Leo memecahkan keheningan di antara keduanya. Remaja itu mengecilkan lehernya. Separuh wajah tersembunyi dibalik selimut hingga hanya memamerkan sepasang iris emas yang bulat dan berkaca-kaca.

Cosmos tertegun, sebelum akhirnya merasa panik luar biasa.

"Baby, Baby, ada apa? Katakan dengan Papa, ada apa?" Naga Perak benar-benar frustasi. Ia siap untuk berputar arah. Mengejar pesawat putranya dengan putus asa. "Baby, jangan menangis. Jangan menangis ya nak? Okay … Baby Papa yang paling cantik segalaksi, jangan menangis … ."

Leo senang mendengar Ayahnya yang panik. Namun, ia tetap harus memasang ekspresi sedih. Karena tidak bisa menahan senyumannya, si perak hanya bisa menunjukkan sepasang mata yang bulat dan berair. Menyembunyikan seringai iblis yang jelas merekah dibalik selimut yang menutupi.

"Papa, apakah Papa menyukaiku?"

"Tentu saja Papa menyukai Baby!" Cosmos menjawab tanpa ragu.

"Ketimbang Merci?"

"Putra Papa cuma Baby, bagaimana mungkin Papa menyukai Merci?"

Leo puas, tetapi sosok perak masih memasang ekspresi sedih. "Papa lebih menyukai Komik ketimbang Baby."

"Tidak, Papa lebih suka Baby!"

"Ketimbang Novel?"

"Papa lebih suka Baby!"

Sepasang netra emas membola. Terlihat penuh harap sekaligus menggemaskan. "Jadi tidak apa-apa untuk melepas semua poster dan mainan Papa yang ada di dalam pesawat?"

Hening.

Kali ini Cosmos ragu-ragu. Ia tidak langsung menyetujui permintaan putranya.

"Papa … ," Leo merengek. Suaranya serak dan agak bergetar. Dalam seketika, sepasang iris emas berkaca-kaca, siap untuk menangis.

"Ya! Ya! Ya! Baby, Papa akan melepaskannya sekarang! Jangan menangis, jangan menangis, Papa akan melepaskannya sekarang!" Cosmos tidak diberikan kesempatan untuk berpikir dua kali. Dengan panik, Naga perak menuruti permintaan anaknya. Takut bahwa si kecil akan menangis dan merengek, membuat jantung dan paru-parunya tidak tenang dengan suara isak tangis dan air mata yang berjatuhan.

Seringai dibalik selimut semakin mengembang. Oh, terima kasih untuk wajah yang begitu lembut dan lucu ini. Berkali-kali, Leo memanfaatkannya dengan baik. Tidak peduli akan dipanggil setan atau tidak tahu umur, wajah ini benar-benar bermanfaat untuknya.

Yah … menjadi kecil dan menggemaskan, tidak selalu buruk.

Next chapter