Sejak pertama kali Cosmos memecahkan cangkang telurnya, kegelapan adalah hal pertama yang dilihat. Lingkungan yang ada di sekitarnya begitu gelap—tersembunyi dan lembab. Entah bagaimana ia bisa berada di sini, Cosmos tidak tahu. Bayi Naga Perak itu merangkak keluar dari dalam cangkang telur, memakan kulit telurnya sendiri secara insting.
Sebagai ras yang terlahir kuat bahkan sejak berada di dalam telur, insting bertahan hidupnya sangat tinggi. Bagaimanapun, seekor Naga tumbuh sebagai pemburu. Ia memakan semua hewan yang ada di sekitarnya ketika lapar, berjalan-jalan memperluas daerah kekuasaan atau bersenang-senang dengan mengejar dan menakuti beberapa hewan tanpa berniat memakannya.
Keseharian sangat konstan, monoton dan lama-lama terasa membosankan. Hingga suatu hari, ketika Cosmos meranjak remaja, Naga Perak menemukan sebuah sarang burung dengan banyak telur di dalamnya. Cosmos tidak suka makan telur. Naga itu hanya tertarik ketika melihat benda kecil nan putih bergetar. Hal ini membuat mata emasnya bersinar dan menatap keanehan yang terjadi.
Kenapa telurnya bergetar? Tidak ada angin kencang berhembus, tanah juga tidak berguncang. Lalu, kenapa bergetar?
Pertanyaan di benaknya langsung terjawab. Salah satu kulit telur mendadak retak dengan sendirinya. Dengan ketukan dan retakan yang semakin banyak, secara perlahan, sosok kehidupan terlihat. Makhluk kecil itu merah muda, dengan kulit yang keriput dan mulut yang terbuka berteriak meminta makanan.
Sangat jelek.
Cosmos menjauh dari sarang—tidak tertarik untuk memakan makhluk jelek itu. Namun mengetahui sebuah kehidupan keluar dari telur ... Naga Remaja itu tertarik. Bagaimanapun, ia ingat bahwa dirinya juga keluar dari telur. Lalu bagaimana caranya membuat telur? Bagaimana caranya ia mendapatkan telur? Cosmos sudah berkeliling ke banyak tempat tetapi sedikit pun ia tidak menemukan ras yang sama. Sepertinya ... hanya ia satu-satunya Naga di planet ini.
Namanya adalah Cosmos. Ya, ia memberi namanya sendiri. Entah dari mana, Naga perak ini secara naluriah pernah mendengar kata itu dan memberi nama dirinya sendiri Cosmos. Sejak ia pertama dilahirkan, beberapa ingatan ajaib juga akan masuk ke dalam kepala. Misalnya, seperti pengetahuan diri bahwa rasnya adalah Naga, lalu ... perlu Naga lain untuk bereproduksi agar bisa menghasilkan telur.
Jadi, bagaimana caranya ia mendapatkan telur tanpa kawin?
Cosmos benar-benar tertarik dengan telur ...
Yah, karena ia tidak bisa kawin dan menetaskan telur, mari kumpulkan saja telur-telur yang ada di wilayahnya! Lagipula, Cosmos sudah memperhatikan lingkungan hidupnya sendiri. Beberapa jenis burung mencuri telur yang lain, atau diam-diam menaruh telurnya di sarang burung yang lain. Setiap hewan tidak selalu benar-benar merawat anak kandungnya sendiri. Jadi, Cosmos dengan penuh semangat mulai mencari telur-telur dan mencoba untuk menetaskannya agar bisa memiliki anak adopsi.
Sayang, Cosmos tidak profesional prihal memelihara telur. Lupakan soal memelihara, Naga itu terlalu kuat. Kerap kali, ia justru menghancurkan telur yang disentuhnya ketimbang berhasil membawanya. Karena itu, jumlah telur yang berhasil dibawa akan sangat sedikit. Terlebih, semua dibawa ke dalam gua tersembunyi yang berada di balik air terjun. Gua lembab dan cenderung memiliki suhu rendah itu menjadi tempat penetasan telur dengan alasan bahwa sang Naga menetas di sana.
Siapa tahu, telur-telur ini akan menetas. Mengingat kekuatan Naga yang kuat, Cosmos mengambil sebuah kesimpulan. Telur manapun yang menetas di tempat ini, berkemungkinan akan sama sepertinya. Setidaknya, walau bukan ras Naga, anak itu akan kuat.
Sayangnya, keputusan sang Naga benar-benar konyol. Semua telur yang berada di dalam sana tidak bisa menetas, pada akhirnya mati dan membusuk. Namun, Cosmos tidak mengerti dan tidak tahu akan hal itu. Naga Perak hanya tahu bahwa ia akan menunggu dan menunggu ... yah, menunggu sangat membosankan, jadi ia tidak pernah menjaga gua yang tersembunyi itu. Lagipula, tidak mungkin ada hewan yang bisa mencapai gua ini. Jadi, Cosmos hanya sesekali datang, mengecek apakah ada yang menetas atau tidak. Bila tidak, ia akan kembali, bila berhasil menetas, ia akan menjemput anaknya.
Hingga suatu hari, Naga Perak itu dikejutkan dengan semua telur busuknya yang menghilang! Cosmos nyaris ingin mengaum marah. Bagaimanapun, sangat sulit untuk membawa semua telur itu ke tempat penetasan ini! Namun sebelum ia mengamuk, sepasang iris emas itu menemukan sebutir telur berukuran besar yang tersisa.
Naga Perak terdiam. Kelereng emasnya memperhatikan telur putih dan bundar yang ... entah bagaimana, jauh lebih menarik dan indah ketimbang semua telur yang dikumpulkannya. Bila semua telur-telur jelek itu ditukar dengan telur bulat, putih dan berbau harum ini, Naga Perak benar-benar tidak merasa merugi. Sebaliknya, ia sangat senang. Oh, hewan baik mana yang dengan bodoh menukar semua telur jelek itu dengan telur secantik ini?!
Namun baru saja sang Naga ingin tertawa konyol, suara retakan terdengar renyah di gua yang gelap dan lembab ini. Hal itu membuat kepala dan ekor Cosmos menegang. Refleks, kelereng emas memandang telur besar—menatap tidak percaya telur cantik yang baru ia temui.
Apakah akan menetas?!
Euphoria langsung menghantam sang Naga. Mendadak, Cosmos sangat bersemangat dan juga gugup. Oh, apa yang harus ia lakukan? Anak pertamanya akan lahir! Semua makanan yang ditumpuknya menghilang—apakah ia harus keluar dan mencari lagi? Sang Naga mendadak galau. Ingin pergi atau tidak? Ini anak pertamanya, ia ingin melihat! Tetapi, bagaimana bila si kecil lapar? Sebagai seorang Ayah, bukankah ia jadi sangat tidak kompeten?!
Kegundahan Cosmos terjadi hanya beberapa detik. Detik ketika melihat serpihan cangkang yang jatuh, sang Naga memutuskan untuk menetap. Mau bagaimanapun, ia ingin melihat bagaimana rupa dibalik telur ini!
Cosmos diam. Menunggu. Namun jantungnya sudah berdentum sangat keras hingga terasa ingin melompat dari rongganya. Perasaan senang berlebihan ini juga membuat gelisah. Oh, ia tidak tahu jenis apa yang ada di dalamnya, tetapi karena telur ini berada di tempat penetasan, bayi di dalam harus menjadi miliknya!
Krak!
Suara nyaring dari retakan demi retakan cangkang telur bergema di gua yang dingin dan lembab. Permukaan putih yang mulus secara bertahap dipenuhi dengan banyak retakan dan lubang. Hingga sebuah lubang berukuran agak besar terbentuk, pemberontakan di dalamnya berhenti.
Hening.
Cosmos tanpa sadar menahan napas. Menatap fokus ke lubang kecil dimana bayi itu akan keluar. Jantungnya berdegup kencang, terlebih ketika warna kelabu terlihat. Bulu yang lembut nan lebat keluar secara perlahan dan ternyata itu adalah ... kepala?
Sang Naga membeku kaku. Sepasang kelereng emas itu membola sempurna saat sosok kecil, gemuk dan putih secara bertahap mengeluarkan kepalanya, menatap ke depan dengan sepasang kelereng biru yang bulat.
Anak ini ...
Cosmos benar-benar tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Namun sebelum ia sempat mengagumi bayi kecilnya, sosok itu kehilangan keseimbangan—sukses membuat jantungnya terasa mencelos dan refleks menangkap si kecil sebelum jatuh terluka.
Tubuh yang sangat ringan, kecil dan hangat. Dari ujung ekor yang sensitif, Cosmos dapat merasakan debar jantung si kecil yang cepat—seolah-olah menyuarakan keterkejutannya. Namun merasakan kehidupan yang terlindung di ekornya ... menyadari adanya makhluk kecil yang begitu lemah dan lembut hingga hanya sedikit tekanan, Cosmos yakin ia akan terluka dan hancur ... membuatnya benar-benar ingin melindungi bayi kecil ini.
[Baby, hati-hati ... ]
Bayi kecil itu membeku. Tidak bergerak. Lalu, secara perlahan, kepala kecil berputar hingga wajah bulat berbingkai helai kelabu terlihat. Sepasang kelereng biru yang bundar berkilau, indah selayaknya langit gelap menjelang malam. Sepasang iris yang berkilau dan dalam menjeratnya—seolah berkata ...
Bayi kecil ini, adalah miliknya.