webnovel

Baby's Dragon

Leo, Penyihir berusia ribuan tahun terbangun dalam wujud bayi setelah lama tertidur demi memulihkan tubuhnya pasca perang yang tak berkesudahan. Namun ketika ia keluar dari Ruang Jiwa ... "Baby ... ," Seekor Naga jantan, menatap batita kecil di depannya dengan mata yang berkilau cerah. Iris emas itu penuh kebahagiaan dengan sentuhan kejutan yang tak tertahankan. "Baby, panggil Papa." " ... ." Sebentar ... BUKANKAH MEREKA BEDA SPESIES?! BAGAIMANA BISA NAGA INI MENGANGGAPNYA ANAK?! Leo sakit kepala. Degan tubuh bayi dan bahasa Naga yang terdengar cadel, pada akhirnya ia mendidik Ayah angkatnya dari Naga Primitif yang konyol dan idiot, menjadi seekor Naga berdarah murni yang berwibawa. Oh, ini Papanya! Leo bangga. Namun sayang, masa depan selalu tidak terduga. Art Cover by: Fai

AoiTheCielo · LGBT+
Not enough ratings
65 Chs

16. Bermanja

Leo … Leo memeluknya?

Merci panik. Mendadak tangannya gemetar, tidak tahu harus meletakkan di mana. Tubuh lembut dan hangat masih memeluknya dengan erat, terlihat sangat manja dan bergantung. Hal ini membuat jantungnya semakin berdentum tidak tenang. Meski ia tahu bahwa penyihirnya terkadang bersifat kekanakan, tetapi baru kali ini si perak berinisiatif menghambur ke dalam pelukannya.

"Le, Leo," Merci menelan liur gugup. Suaranya gemetar. "Ada apa?"

[Kau seekor Naga kan?] sosok perak itu berbisik, lalu memalingkan wajah hingga membuat wajah keduanya saling berhadapan. Bagaimanapun, Leo satu kepala lebih pendek. Dengan posisi berpelukan, keningnya nyaris menyentuh bibir sang Naga. [Nah, Merci, kau bisa menggendongku.]

Otak Pangeran Sulung Negara Ion, mendadak kosong.

Hal ini membuat ekspresi wajah Guardian Biru terlihat seperti idiot.

Leo sedang marah. Moodnya sangat jelek dan ia perlu pelampiasan. Terlebih saat melihat ekspresi yang terlihat melamun itu, si perak dibuat semakin kesal. Ia jadi teringat dengan Ayah bodohnya. Karenanya, kebiasaan buruk itu kembali muncul begitu saja. Jadi, tanpa ragu si perak melepaskan pelukannya, meraih lengan sang Naga Biru dan, GIGIT!

"Akh!" rasa sakit sukses membuat Naga Biru tersadar. Namun ketika tahu penyebabnya adalah Penyihirnya sendiri, Merci hanya bisa meringis dan membiarkan sosok itu melampiaskannya. Tindakan brutal yang mendadak itu sukses membuat beberapa Penyihir yang mengelilingi si perak, tercenga.

Oh, coba lihat Guardian malang yang memucat dan berkeringat dingin? Sangat mengerikan!

Semua orang tahu bahwa Guardian sangat kuat, tetapi karena gigitan Penyihir kecil ini, sekarang Guardian Kuat dibuat kesakitan? Para Penyihir merinding ketakutan dan langsung melarikan diri. Tidak mau menjadi korban selanjutnya dari keganasan si kecil yang hobi menggigit.

Melihat semua orang pergi, Leo melepaskan gigitannya. Ia mendengus menatap semua orang yang telah pergi, lalu memandang sosok biru yang dengan panik melihat lengannya yang berdarah …

"Kau lemah sekali," Sepasang iris emas menatap jijik Naga Biru yang dengan panik menggulung lengan bajunya. Sebuah cetakan bulan sabit terlihat, diiringi darah merah yang merembas menembus kulit. "Aku hanya menggigitmu dan kau langsung terluka?"

Merci menghela napas. Entah bagaimana ia tidak bisa marah sama sekali dengan ucapan sinis Penyihirnya. "Leo, kau menggigitku, tentu saja aku akan berdarah," oh, pantas saja sakit sekali … remaja ini menggigitnya dengan sepenuh hati!

"Aku biasa menggigit Papa dan dia tidak berdarah sama sekali," Leo tanpa ragu melaporkan Ayah Naganya. "Benar, berapa lama lukamu sembuh?" bandingkan dengan Naga Konyol. Hanya perlu beberapa detik untuk luka sekecil ini. Namun Naga Biru jelas jauh lebih lambat. Ia menatap lukanya yang cenderung … dalam. Oh, tidak perlu jahitan kan? Alis si perak terpaut.

Uh … gigitannya memang terlalu dalam. Luka ini jelas seolah-olah si perak benar-benar ingin memakan daging Naga mentah-mentah …

"Entahlah," Merci menggelengkan kepala. "Mungkin lusa? Aku tidak membawa cairan penyembuh."

Darah yang merembas di lengan baju sang Naga terlihat mengerikan. Bahkan beberapa tetes darah jatuh membasahi lantai. Namun Naga muda ini terlihat tidak marah sama sekali. Sepasang netra emas menatap lukanya, mengerutkan alis ketika sadar bahwa darahnya … belum berhenti mengalir?

Leo tidak tahan melihat darah yang terus mengalir. Tanpa ragu, remaja itu mengeluarkan spray dan menyemprot luka yang berdarah. Dalam hitungan detik, darah berhenti mengalir dan luka-luka … menutup?

Merci tercenga. Ia bahkan tanpa ragu menggosok tangannya yang terluka dan sedikit pun, bekas gigitan tak terlihat. Hanya perlu beberapa detik?! Demi apa pun itu, hanya beberapa detik dan bahkan tidak ada bekas?!

"Yah, itu cairan penyembuh, tetapi aku sedikit mengubahnya," Melemparkan Spray ke arah sang Naga, Merci refleks menangkapnya. "Kau bisa mengambilnya bila mau."

Naga Biru tidak bisa menahan senyumannya. Ia tanpa ragu menerima dan menyimpan Spray ke dalam Kantung Ruangnya. Lalu, sosok itu kembali memperbaiki lengan bajunya yang digulung.

"Nah, apa yang terjadi?" tanyanya bingung. "Kenapa mendadak kau menggigitku?"

Ekspresi si kecil berubah kembali menjadi suram. Tanpa ragu, kedua tangan putihnya terulur, menarik leher ramping sang Naga hingga membuatnya membungkuk. Reaksi itu membuat si perak semakin dilanda kekesalan.

"Gendong aku."

"Ha?"

"Kau ingin kugigit lagi?"

Merci langsung buru-buru menggendong Leo dengan cara putri. Namun, untuk pertama kalinya menggendong seseorang dengan cara ini, Naga Biru benar-benar merasa canggung. Terlebih sosok cantik itu jelas memasang ekspresi cemberut yang … imut. Entah kenapa, tenggorokannya jadi terasa kering. Ia merasa ingin … mencium pipi gembil yang lembut itu.

"Bawa aku ke Gedung Administrasi, kita sudah sepakat untuk bertemu di sana."

"Ha?" Merci tercenga. Suara remaja itu sukses membuatnya merasa tuli. "Ke sana? Dalam keadaan seperti ini?"

Kepala kecil mendongak, sepasang iris emas menyipit penuh dengan ancaman. "Tentu saja, memangnya kenapa? Kau ingin menolak?"

"Bukan seperti itu … ," tubuh Leo sangat ringan. Ia tidak merasa keberatan sama sekali menggendongnya. Namun … bukankah remaja ini akan sangat malu nanti? "Kau tidak ingin menggunakan kursi apung saja?"

"Tidak," Leo, dengan tegas menolak.

"Kau hanya ingin kugendong?"

"Um."

"Tidak masalah bila kita berganti posisi?"

Leo tidak mengatakan apa pun, tetapi Merci tahu bahwa Penyihirnya setuju. Jadi, dengan mudah Naga Biru mengubah posisi dari gendong ala putri, menjadi gendongan ala monyet. Yah, membiarkan kepala kecil bersandar di bahunya, kedua kaki si perak kini bergantung di kedua sisi tubuhnya.

Leo dengan senang hati memeluk leher si biru. Ia menyandarkan kepala ke bahu yang masih tumbuh dan memejamkan mata. Oh, tidak ada aroma Naga yang terlalu kuat. Merci mandi dengan bersih dan setelah lama bergaul, ia sudah mulai terbiasa dengan aroma di tubuh sang Guardian.

"Leo."

"Hm?"

"Berapa level Papamu?" tepat ketika sang Guardian berjalan, Merci mendadak melontarkan pertanyaan.

"Level 9 puncak."

Tepat saat jawaban diberikan, Leo bisa merasakan tubuh yang menggendongnya berubah kaku. Lalu beberapa saat kemudian, ada helaan napas yang terlontar diiringi dengan gumaman 'pantas saja'.

"Kenapa?"

"Kau terbiasa menggigit Papamu, bukan?" Merci tanpa ragu buka suara. "Benar-benar cara bertahan hidup yang baik. Kurasa … tidak akan ada yang berani mengganggumu dengan kekuatan menggigit seperti itu."

Leo tahu, Merci tidak menyindirnya sama sekali. Apa yang dikatakan remaja itu benar. Bagaimana pun, kulit Naga sangat keras, hal ini adalah pertahanan diri yang alami. Namun Leo dengan mudah menggigit Merci hingga terluka. Padahal jelas, si perak merasa dirinya menggigit tidak dengan sekuat tenaga.

Sepasang iris emas meredup.

Leo terbiasa menggigit Naga murni level 9 puncak. Kekuatan gigitannya jelas tidak bisa dianggap bercanda. Terlebih, Leo berada di level 4 puncak, bukan level 3 seperti apa yang diperkirakan orang-orang … Oh, dari segi Level, Leo jelas sudah menang dan berada di atas Merci. Jadi, melukai Merci merupakan hal yang mudah untuk dilakukan.

Helaan napas terlontar. Leo merunduk, diam-diam memandang tangannya sendiri.

Putih, lembut dan kecil.

Oh, sungguh, berapa tahun lagi ia harus tumbuh dan menahan levelnya?