Lima orang jenius di bidang Teknologi, setuju untuk melakukan kerja sama. Berita ini membuat Leo menghela napas lega. Sulit dipercaya, Naga Perak ini memenuhi janjinya. Karena itu, si kelabu juga turut bergerak.
Setelah melakukan tanda tangan kerahasiaan dan beberapa kontrak kesepakatan, tanpa ragu Penyihir remaja itu menghubungi Kepala Sekolah Academy Ruby, Diandra Felix. Bagaimanapun, ada dua hal yang ia inginkan.
Menemui Makam ketiga muridnya yang berada di Lingkungan Academy Ruby dan menggunakan labrotaroium yang berada di Academy Ruby.
Leo melakukan rencananya dalam sekali jalan. Meski ia hanya berkata akan berkunjung selama beberapa hari, tentu saja tujuan utama setelah menemui makam adalah membuat kesepakatan dengan Penyihir tua itu.
"Baby sangat menyukai Papa?"
Sepasang iris biru menatap bingung Naga perak yang mendadak datang dan menggendongnya. Benar-benar menghalangi pekerjaan si kelabu yang tengah menatap layar Asisten.
"Apanya?" Leo cemberut, mematikan layar dan fokus menatap wajah tampan berbingkai helai perak. Sebelah tangan Cosmos terulur, mencubit lembut pipi gembil anaknya hingga memerah. Hal ini sukses menaikkan amarah si kecil. Tanpa sungkan, membuatnya bergerak menggigit tangan yang nakal. "Berhenti menggangguku! Katakan, ada apa?!"
Pemuda perak itu tidak marah. Sebaliknya, ia justru tersenyum kecil dan menunduk mencium pipi putra kesayangannya. "Kita akan ke Academy Ruby, bukan?"
Kesal, tangan kecil mendorong wajah itu menjauh. "Ya, lalu?"
"Bukankah Baby bilang tidak mau belajar di sana?"
Alis si kelabu terpaut. "Memang, tetapi bukan berarti kita tidak bisa pergi ke sana kan?"
Senyuman si Perak merekah. "Papa juga ikut?"
"Tentu saja ikut--Tunggu! Kita tidak akan menemui Nirwana!" Leo menyela--mendadak sadar jalan berpikir Papanya. Astaga! Apakah Naga Konyol ini mengira mereka bisa pergi sekaligus menemui idolanya itu?! "Bukankah Papa punya kontaknya? Kenapa tidak memintanya bertemu secara langsung tanpa harus aku terlibat?!"
"Dia tidak akan menunjukkan wajahnya."
"Kalau begitu, suruh dia datang tanpa menggunakan tudungnya!"
"Tidak mungkin," alis pemuda tampan itu terpaut. Menggendong Leo ke Sofa dan memangkunya. "Tudung, bagi Penyihir sangat penting."
Jubah bukan hanya aksesoris, tetapi perangkat perlindungan diri. Bukan sebuah rahasia bahwa Penyihir adalah makhluk terlemah, karena itu jubah dibuat khusus untuk tahan dari benturan dan kuat menahan serangan. Bahkan beberapa jubah juga memiliki fitur untuk mengatur suhu dan menyesuaikan agar Penyihir tidak merasa kepanasan atau kedinginan. Sementara untuk tudung, hal ini untuk mencegah mereka dikenali. Bagaimanapun, beberapa Penyihir tidak ingin wajah mereka dikenali, itu sebabnya, kebanyakan Penyihir akan mengenakan tudung mereka ketimbang membukanya.
Leo mendengus. Tidak mau berkompromi sama sekali. "Saat kemarin bertemu dengan Nirwana, kenapa tidak memintanya membuka tudung saja?"
Cosmos menghela napas. "Itu tidak sopan, Baby."
"Jadi? Bukankah itu salah Papa sendiri karena ingin bertingkah terlalu sopan," Leo menjawab acuh tak acuh. Mengangkat kedua bahunya dengan tidak peduli. Bila Ayahnya tahu sifat asli Nirwana, Leo yakin Papanya akan terkejut. "Papa sudah melewatkan kesempatan, jadi … yah, Anda Kurang Beruntung."
Naga perak tidak menyerah. Ia mencium pipi gembil sang remaja. "Katakan, apa yang Baby mau?"
"Katakan, ketika kita di Academy Ruby, Papa tidak akan diam-diam pergi ke bagian lingkungan Penyihir?"
Cosmos meringis. "Baby … Papa tidak senekat itu," setidaknya, Naga besar ini sudah belajar apa itu menahan diri. Ia mengagumi Nirwana, tentu saja. Secara kebetulan, Nirwana adalah salah satu Idolanya, tetapi bukan berarti Naga perak sefanatik itu. Papa Naga ini mencintai karyanya, bukan pengarangnya.
"Bagus," remaja kelabu tersenyum puas. "Kalau begitu, katakan. Kenapa mendadak Papa ingin melihat wajahnya?" sebelumnya, Naga perak ini biasa saja. Bahkan, jeda beberapa minggu setelah perkumpulan mereka, sosok ini terlihat sibuk seperti biasa. Tidak menunjukkan tanda-tanda yang aneh. Ketika Leo akhirnya mengungkapkan rencananya, sosok pemuda ini langsung sumringan.
"Karena ada kesempatan," Cosmos menjawab jujur. "Karena kita akan berada di dalam Academy Ruby … kenapa tidak sekalian mengungkapkan wajah asli Nirwana-sensei? Menurut Baby, bukankah akan menarik bila foto wajah aslinya akan tersebar?"
Leo benar-benar ingin memukul kepala perak itu dengan batu terdekat.
Sungguh …
TIDAK BISAKAH AYAHNYA TIDAK MENGATAKAN HAL SEPERTI ITU DENGAN WAJAH SESERIUS ITU?!
Ternyata … alasan utamanya lebih karena jiwa gosip yang terpanggil.
Helaan napas terlontar. Bisa-bisanya ia memiliki Papa sekonyol ini. Leo mendadak sakit kepala. "Okay, saat di Academy nanti, aku akan menemukan Nirwana dan mengajaknya untuk menemui Papa. Tetapi, tolong. Jangan membuat rekaman atau mengambil gambar."
Jeda beberapa detik, Leo mendadak merasa dirinya ikut menjadi bodoh.
"Bukankah tanpa bertemu langsung, Papa bisa melihat wajah asli Nirwana?" Ayahnya adalah Pemegang Saham terbesar Platform online. Tinggal panggil Editor Nirwana dan semua masalah selesai. Tidak perlu memakai jalan memutar yang merepotkan.
"Tidak akan seru," senyuman kecil merekah di bibir sang Naga. "Lebih menarik bila tetap menjadi rahasia dan Papa menemukannya tanpa harus menggunakan hal-hal seperti itu. Bukankah nanti, akan terasa lebih memuaskan dan mengejutkan?"
Leo, sekarang benar-benar yakin bahwa Papa Naganya terlalu banyak membaca Novel Online sehingga berubah menjadi bodoh.
Namun ... mendengar nama Nirwana, atau Arya Bastian di mulut Ayahnya, tidak membuat remaja itu marah kembali. Ia mungkin kesal, tetapi mengetahui tolak ukur keberadaan orang asing itu di hati Papa Naganya, Leo tidak merasa tersaingi lagi. Selalu ada tempat yang jauh lebih besar dan tinggi untuknya ketimbang orang aneh bernama Nirwana, Yuyu, Lili, Aka, atau sebagainya.
"Okay, terserah Papa," remaja itu, pada akhirnya berkompromi.
"Baby benar-benar hebat. Tentu saja, Papa tidak akan melakukan hal-hal aneh," mendapatkan apa yang diinginkan, Naga perak tanpa ragu memuji putranya. "Ngomong-ngomong, Baby, kita ke sana dengan penampilan asli?"
"Ya," Leo menjawab santai. "Felix adalah orang yang setia, Micro sudah memperhatikannya sejak lama dan dia adalah orang yang bijaksana. Secara alami, dia akan memperlakukan kita dengan baik dan menyembunyikan identitas kita tanpa harus memintanya."
Mengusap kepala berhelai kelabu dengan lembut, senyuman kecil mengembang di wajah tampan itu. "Okay … jadi, kapan kita akan pergi?"
"Sekarang."
Alis Cosmos terangkat.
Leo menjentikkan jari dan sebuah jubah biru dongker mendadak muncul tepat di antara keduanya. Permukaan kain yang lebar dan besar, langsung menutupi penglihatan sang Naga. Namun sentuhan lembut yang menerpanya membuat sang Naga sadar bahwa bahan kain ini … berbeda.
"Kenakan itu," melompat turun dari pangkuan sang Naga, remaja mungil menyeringai. "Kita menyamar menjadi Penyihir asing di Academy Ruby."
Cosmos berkedip, lalu menunduk menatap jubah di pangkuannya. Terdapat sebuah bros di jubah itu. Berwarna silver, berbentuk persegi lima dengan ukiran keriting di sekelilingnya. Tepat di tengah-tengah bros, terdapat permata biru yang bersinar redup.
"Itu izin mutlak Academy Ruby," Leo menjelaskan begitu pandangan sepasang iris emas itu jatuh pada bross di jubahnya. "Academy Ruby memasang beberapa sihir larangan, jadi tidak semua tempat bisa didatangi. Tetapi dengan bross itu, tidak ada yang bisa menghalangi langkah Papa."
Sepasang kelereng emas berkedip. "Dari mana Baby tahu?"
"Ini daerah kekuasaan Shappire," Leo menyeringai. "Lagipula, sebelum semua hal berkembang, langkah pertama dan dasar dari pengembangan Asisten berada di daerah kekuasan grup Shappire, jadi, tentu saja aku tahu."
Mendengarnya, membuat mood sang Naga menurun.
Oh. Benar. Bukankah Babynya berusia ribuan tahun?
Mengernyitkan alis, sepasang netra emas dapat melihat kilau kebanggaan dari sepasang iris sewarna laut dalam itu. Mata yang begitu polos, kekanakan dan indah. Mata seperti itu … benar-benar tidak seperti mata seseorang yang telah berusia ribuan tahun.
Senyuman kecil tanpa sadar mengembang di belahan bibir tipis. Yah … babynya tetaplah Babynya. Ia tetap akan menjadi putra yang paling cantik dan imut segalaksi. Tidak ada yang bisa menyangkal atau bahkan mengelak dari kecantikan putranya yang lucu!