Mendengar kata-kata pria itu, Lu Zijia menurut tanpa perlawanan.
Sisa dua langkah lagi dari Mu Tianyan. Dia bertanya, "Ada apa?"
Hanya Tuhan yang tahu bahwa kakinya terasa lemas karena obat-obatan yang ada dalam tubuhnya.
Namun, demi keselamatannya sendiri, dia hanya bisa bertaruh dan berharap untuk menang.
Jika memang karma yang telah menghidupkannya kembali, maka dia tidak akan bisa mati dengan begitu mudah, kan?
"Kaki, obati."
Mu Tianyan memang selalu berkata dingin dan singkat. Sungguh sebuah keajaiban bahwa dia bisa berbicara panjang dengan Lu Zijia tadi.
"Tui? Zhi? Sandwich ham???"
Dari ingatan pemilik asli tubuh ini, ada yang bernama sandwich ham?
Melihat Mu Tianyan yang hanya diam, Lu Zijia berpikir tebakannya benar. Ekspresinya tampak malu.
"Apa kamu lapar? Tapi, aku tidak bisa membuat sandwich ham. Kamu mau aku pesankan makanan?"
Di dunia ini, sepertinya ada benda yang disebut dengan telepon dan ponsel. Benda itu seperti transmisi suara seorang kultivator sejauh ribuan mil. Benar-benar benda ajaib.
Setelah hidupnya selamat, Lu Zijia harus mempelajarinya.
Mu Tianyan mengira jika wanita itu sedang pura-pura polos. Dia menodongkan pistolnya kembali, "Kesempatanmu sudah habis."
Lu Zijia merasa Mu Tianyan sudah salah paham padanya. Meskipun ingatan pemilik asli tubuh ini membantunya tahu apa itu sandwich ham…
Tapi, tahu bukan berarti dia bisa membuatnya!
'Pria ini benar-benar tidak masuk akal!'
Melihat pria itu sudah hendak menarik pelatuknya, Lu Zijia tidak lagi mencoba berunding dengannya.
Terlebih lagi, efek obat yang ada di dalam tubuhnya sudah tidak memungkinkannya untuk terus mengulur waktu.
Entah karena rasa syukurnya telah terlahir kembali, Lu Zijia berhasil mengerahkan semua kekuatannya dalam sekejap.
BANG~
Terdengar suara pistol yang dilengkapi peredam. Lu Zijia berhasil menghindari peluru yang terbang melewatinya dengan cepat.
Sebelum pria itu meloloskan tembakan yang kedua, Lu Zijia bergegas meraih tangan pria itu dengan satu tangan. Berkat kecerdikannya, pistol itu pun jatuh ke tangannya.
Meskipun dia telah merampas pistol yang mengancam nyawanya, tapi gejolak di dalam tubuhnya sudah tidak bisa ditahan lagi. Jadi Lu Zijia bergegas menerkam pria yang tengah duduk di kursi roda itu.
Dilihat dari belakang, dia sudah seperti seekor harimau lapar yang sedang memangsa makanan.
Mu Tianyan bereaksi cepat. Dia sudah tidak ambil pusing lagi dengan senjatanya yang dirampas. Dia langsung menggerakkan kursi rodanya mundur.
Namun, reaksi Lu Zijia tidak kalah cepat. Begitu Mu Tianyan menggerakkan kursi rodanya untuk mundur, lengan wanita itu sudah berhasil meraih leher Mu Tianyan.
Sehingga tubuh Lu Zijia yang menggantung di leher Mu Tianyan ikut terseret kursi roda yang berjalan mundur dengan cepat.
Kedua tubuh itu saling melekat. Mereka sama-sama memakai pakaian yang tipis sehingga membuat keduanya dapat merasakan dengan jelas suhu tubuh satu sama lain.
Dinginnya tubuh Mu Tianyan membuat tubuh panas Lu Zijia merasa lebih nyaman.
Sebaliknya, Mu Tianyan yang memang benci berdekatan dengan orang lain pun langsung merasa begitu marah.
Terutama ketika dia merasakan tubuh Lu Zijia yang terasa lebih hangat dari orang biasa. Rasanya, dia sudah tidak sabar untuk mematahkan leher wanita itu dan membuangnya.
Jika ada seseorang yang membuka pintu dan masuk pada saat ini, maka adegan ini jelas akan membuat mereka berpikir ambigu.
Namun pada kenyataannya, dua orang yang saling menempel itu tidak terasa ambigu sama sekali. Hal tersebut justru terlihat seperti akan saling membunuh satu sama lain.
"Tuan Muda Kedua Mu, aku sarankan jangan bertindak gegabah. Kamu memang cepat, tapi aku juga tidak lambat."
Lu Zijia merasa Mu Tianyan akan membunuhnya. Jadi dia menodongkan pistolnya ke arah pinggang pria itu. Akan tetapi di saat yang bersamaan, dia melirik lengannya yang sedang melilit leher pria itu.
'Tapi, lebih mudah untuk menghilangkan nyawa orang melalui lehernya.'