webnovel

Ayla : My Lovely Wife

“Astaghfirullah, Kak! Kamu sedang apa?” teriak Abian saat keluar dari kamar mandi dan mendapati istrinya yang hanya memakai dalaman. “Lho, kenapa? Kita ‘kan udah sah, memangnya kamu nggak mau mencicipi tubuh istrimu yang indah ini?” timpal Ayla. Apa mencicipi? Abian bahkan tidak pernah membayangkan hal itu sejak pertama kali mereka menikah. Dia hanya bisa berdiri di pojok kamar dengan kaki dan tangan yang gemetar. *** Ini kisah Abian Adnan Husein, seorang lelaki muda berusia 23 tahun yang di paksa menikah untuk menggantikan posisi kakaknya, Daniel Hartono demi menjaga nama baik keluarga. Sebenarnya dia tidak mau melakukan ini, tapi tuntutan dari sang bibi membuatnya tidak punya pilihan lain. Pernikahan tidak di sengaja itu membuat Ayla dan Abian sulit beradaptasi, apa lagi setelah dia tahu bahwa Abian memiliki sebuah trauma seksual yang membuat Ayla tidak mendapatkan nafkah batin. Hingga saat Ayla dan Abian sudah saling mencintai, Daniel pun kembali untuk merebut kembali kekasihnya. Lantas, bagaimanakah nasib rumah tangga mereka? Akankah Ayla tetap bertahan dengan Abian atau kembali ke pelukan Daniel?

Suryani_07 · Urban
Not enough ratings
387 Chs

PENGANTIN PENGGANTI

"Abian, kamu gantikan Daniel sana!" titah Renata pada Abian yang duduk di pojok ruang rias sambil bermain ponsel.

Abian yang diminta menikahi calon istri kakaknya sendiri itu kaget bukan main, dia bahkan langsung menutup telepon genggam yang tadi menampilkan suatu daftar kalender untuk bisa lebih fokus bicara dengan sang bibi.

"Apa-apaan ini, Bu? Kenapa jadi Abian yang harus menikahi Ayla?" tanya Budi, suami Renata yang juga ada di ruang make up saat itu.

"Lalu siapa lagi? Memangnya Ayah tidak lihat bagaimana rusuhnya suasana di depan sana? Yang ada keluarga kita harus menanggung malu karena kejadian ini, Yah!"

Ya, di ruang akad sudah terjadi beberapa kerusuhan. Mulai dari para tamu undangan yang mulai kepasan, gelisah dan tak sabar, sampai beberapa dari mereka memutuskan untuk pulang karena terlalu lama menunggu akad yang seharusnya sudah selesai satu jam yang lalu.

Keluarga mempelai wanita tidak bisa melakukan apa-apa, kecuali Renata yang di tekan untuk berpikir agar bisa mengatasi masalah ini. Lalu sekarang apa? Abian lagi yang harus menjadi tumbal atas perbuatan Daniel yang menghilang entah kemana.

"Tapi kenapa harus Abian? Kan masih banyak cara lain, Bu," sanggah Budi yang tetap membela Abian untuk tidak menikahi Ayla.

"Ck, sudahlah, Yah. Ikuti saja perintah Ibu!" katanya tetap memaksa. "Abian! Ganti baju kamu sekarang dan pergi ke depan, kamu harus menggantikan Daniel!" titahnya pula pada Abian.

"Tap—tapi, Bi. Kenapa aku harus aku? Aku bahkan tidak mengenal siapa wanita yang akan kunikahi itu," timpal Abian sedikit keberatan dengan permintaan Renata yang tidak masuk akal.

Abian berdiri dengan tatapan bingung kepada kedua sepasang suami istri di depannya ini. Tidak habis pikir jadinya jika memang dirinya yang harus menggantikan posisi sang kakak di pelaminan. Lagi pula, kemana Daniel?

Sudah satu jam berlalu, tapi kenapa dia tidak datang juga? Ini serasa seperti jebakan yang membuat Abian harus menikahi wanita yang sama sekali tidak dia kenal.

"Heh, Abian! Kamu jangan coba-coba menolak perintahku! Kamu lupa, jasa apa saja yang sudah kuberikan padamu?! Seharusnya kamu itu sadar diri, menggantikan posisi Daniel saja belum cukup untuk membayar semua jasaku padamu selama ini!" hardik Renata mulai mengandalkan kalimatnya setiap kali ingin menekan Abian.

Status Abian yang berbeda membuatnya juga di perlakukan berbeda. Termasuk kasih sayang, susu formula dan juga fasilitas hidup yang di berikan padanya juga ikut berpengaruh. Renata selalu membahas hal ini jika Abian menolak satu saja perintah darinya.

Membahas tentang jasa, kebaikan karena sudah merawatnya dan biaya sekolah yang tidak murah. Dan anehnya itu selalu sukses membuat Abian berpikir dewasa untuk membalas jasanya dengan menuruti semua kemauannya, termasuk permintaan aneh kali ini.

"Heh, anak tiri! Kenapa masih diam saja? Ayo sana ganti baju!" bentak Renata lagi membuat Abian langsung berdiri.

"Tapi, Bu—"

"Tidak apa, Yah. Aku akan menuruti perintah Bibi jika itu bisa membuatku membayar semua jasanya selama ini," sela Abian pada ucapan Budi yang belum selesai.

"Nak, apa kamu yakin? Ini bukan tentang jasa, tapi ini tentang menikahi seorang anak gadis yang akan kamu tanggung biaya hidupnya, kamu akan punya tanggung jawab besar nanti. Apa kamu yakin itu?"

Abian tersenyum lalu menggenggam kedua tangan ayahnya. "Yah, aku tahu ini tidak mudah. Tapi aku akan berusaha, Ayah cukup dukung aku dan insyaAllah aku akan belajar menjadi suami yang baik."

Budi sangat mengerti bagaimana posisi Abian sekarang. Dia juga tidak bisa melarang Abian untuk menikahi gadis manapun yang dia inginkan, tapi bukan berarti dia juga harus menikahi gadis yang tidak di kenal.

Namun apalah daya, Abian setuju dan pernikahan pun berlangsung. Meski sudah membuat penghulu menunggu satu jam lebih di ruang akad, tapi alhamdulillahnya pernikahan bisa tetap terlaksana.

"Sah!" ucap para tamu undangan yang masih tersisa di ruangan itu.

Dalam hati, Ayla terus berpikir, tentang siapa sebenarnya lelaki yang rela menggantikan posisi Daniel di sebelah kanannya ini. Tapi pemikiran itu tak juga mendapat jawaban sampai kesadarannya perlahan menghilang.

Sebenarnya dia sudah menahan rasa mual dan pusing itu sejak tadi, tapi ketika ijab qabul selesai dia malah pingsan.

***

Ayla terbangun di sebuah ruangan bernuansa serba putih dengan beberapa kelopak mawar di sekelilingnya. Rambut yang tadinya di hiasi pernak-pernik pernikahan kini sudah terurai lepas dengan baju yang masih tetap sama.

"Duh, dimana ini?" pikirnya.

Namun kemudian dia tersadar jika ini adalah kamar pengantin yang seharusnya dia dan Daniel tempati setelah ijab qabul selesai. Rasanya ingin menangis ketika mengingat calon suaminya tidak datang pada hari pernikahan mereka.

Bahkan setelah jam empat sore pun, dia tak juga mendapat kabar tentang keberadaan Daniel. Lelaki itu seolah menghilang bagai di telan bumi. Tak mau terus kepikiran, Ayla pun memilih membersihkan diri dan masuk ke kamar mandi.

Abian yang baru kembali entah dari mana, membawa nampan berisi makanan dan menaruhnya di atas nakas. Menyadari Ayla sudah tidak ada di tempat tidur, membuatnya mencari wanita itu ke segala penjuru kamar.

"Kak? Apa kamu di kamar mandi?" tanyanya dengan sopan.

Tak ada jawaban, hingga Abian memutuskan untuk membuka pintu dan ....

"Aaah.!"

"Aaah.!"

Mereka berdua sama-sama menjerit ketika Abian tidak sengaja memergoki Ayla yang sedang berendam di bath up dengan busa melimpah. Abian sendiri langsung gemetaran saat itu sampai tubuhnya ambruk ke lantai, serasa langsung tremor seluruh tubuhnya.

Ayla mengambil gayung dan menyipratkan air ke arah Abian agar dia keluar. "Keluar.! Keluar! Sana keluar!" teriak Ayla lalu melempar gayung ke arah Abian.

"I—iya aku keluar, aku keluar!" jawab Abian terbata-bata dengan tangan yang hampir tak sanggup memegang pedal pintu.

Beberapa kali dia jatuh karena lantai kamar mandi yang basah dan licin, sebelum akhirnya dia berhasil keluar dengan wajah sedikit basah karena terkena cipratan air serta jantung yang mendadak senam jantung tadi.

Abian bersandar di balik pintu kamar mandi sembari memegangi dadanya. "Astaghfirullah! Apa itu tadi?" pikir Abian sembari melihat ke arah dadanya sendiri. Sebenarnya dia sedang membandingkan antara dadanya dan dada Ayla yang sedikit berbeda.

Ya, dia sempat melihat dua gundukan daging kenyal itu sebelum Ayla kembali menenggelamkan tubuhnya ke dalam air. "Kenapa aku tidak punya yang seperti itu?" pikir Abian lagi yang baru kali ini menyadari ada yang berbeda antara pria dan wanita.

Lelaki yang masih memakai baju koko warna cream tanpa peci itu terus memegangi dadanya, sambil berpikir ke segala arah dan menemukan jawaban dari pertanyaan konyol di kepalanya. Wajah yang di tumbuhi beberapa bulu itu terlihat semakin menggemaskan ketika sedang panik.

"Astaghfirullah ..." desah Abian lagi.