Air yang dingin dan udara yang sejuk, tak menyurutkan kami untuk bermandi ria di bawah kucuran air terjun yang deras. Sambil bersenda gurau kami bermain air. Semprot-semprotan. Guyur-guyuran. Kejar-kejaran. Berenang. Menyelam. Hari ini benar-benar sangat menyenangkan. Istimewa menghabiskan waktu bersama teman-teman. Mandi bareng. Pipis bareng. Bugil-bugilan bareng. Saling pamer benda kejantanan. Saling membanggakan kepunyaannya masing-masing. Macam-macam bentuknya. Ada yang seperti terong. Ada yang menyerupai pisang Ambon. Ada yang seperti wortel. Lucu dan menggemaskan. Rasanya aku ingin meremas dan memegangnya satu-satu. Hehehe ... tapi aku masih menjaga diri dan memiliki etika. Jadi semupeng-mupengnya aku, aku masih bisa bertahan.

''Hai, Guys!'' seru Bang Kia dan Bang Leno dari kejauhan ketika kami sedang asik berendam di bawah air terjun. Mereka datang tiba-tiba sambil membawa bungkusan makanan.
''Guys! Ayo kemari sarapan dulu!'' pekik Bang Kia dengan suara lantang.
''Kami bawa makanan buat kalian!'' sambung Bang Leno tak kalah kencangnya sembari melambaikan tangannya tinggi-tinggi.
Tanpa berpikir panjang, kami berempat langsung menyerbu mereka. Meninggalkan kolam dan bergerak cepat mendekati dua laki-laki tampan itu.
Bang Kia dan Bang Leno membagikan nasi bungkus yang isinya ayam goreng crispy, bumbu megono, dan sambal terasi. Hmmm ... tampak nikmat sekali. Nasinya masih hangat. Asapnya masih mengepul. Aroma masakannya sangat menyengat hidung. Menggugah selera dan meningkatkan semangat untuk segera menyantapnya.
''Selamat menikmati ya, Guys!'' ujar Bang Kia.
''Habiskan!'' imbuh Bang Leno.
''Siap!'' sahut aku, Oppo, Advan, dan Evcoss kompak.
Bang Kia dan Bang Leno jadi terkekeh menyaksikan tingkah kami yang makan dengan lahapnya. Seperti para korban bencana alam yang mendapatkan bantuan makanan. Terlihat girang memperoleh asupan makanan untuk mengusir kelaparan.
Tak lama kemudian di saat kami sedang menikmati santapan pagi ini, tanpa segan Bang Kia dan Bang Leno membuka pakaiannya hingga menyisakan celana kolornya saja. Mereka memamerkan dada bidang dan perut sixpack-nya. Amazing. Badan mereka benar-benar body goal. Membuat aku dan teman-teman tak berkedip menyaksikan kemolekan tubuh mereka. Tubuh laki-laki yang terbentuk nyaris sempurna. Otot-otot di lengan dan pahanya menjumbul. Bagai pahatan patung 4 dimensi yang nyata. Hidup dan bernapas.

Aku dan teman-teman sempat melongo menonton tubuh tegap mereka. Mata kami mengikuti gerak tubuh mereka, hingga bayangan mereka menyelam di kolam dan lenyap tertelan air terjun.
''Gila ... keren banget body Abang lo, Po ... Jantan bingitzzz!'' ujar Evcoss terkagum kegemasan.
''Hehehe ... ya, iyalah ... dia kan rajin nge-gym,'' timpal Oppo bangga.
''Ya body bentukan gym itu memang keren, tapi cowok yang suka nge-gym itu biasanya cowok sakit alias gay bin homo,'' komen Advan nyeletuk.
''Ah, sok tau, lo, Van ...'' tadah Evcoss.
''Beneran ... Zaman sekarang cowok-cowok yang memiliki badan seperti Bang Kia itu kebanyakan Maho. Makanya gue membiarkan tubuh gue tambun dan perut gue buncit biar tidak disangka Homo, hehehehe ...''
''Hmmm ... mudah-mudahan sih, Bang Kia dan Bang Leno bukan bagian dari cowok-cowok sakit ...'' cetus Evcoss.
''Ya, gue harap juga begitu ...'' timpal Oppo.
''Gimana kalau ternyata mereka itu homo?'' Tanpa aku sadari aku mengeluarkan kata-kata itu.
''Ah, itu mah harapan lo, Vo!'' tadah Evcoss.
''Dan harapan lo juga, Coss ...''
''Hahaha ...'' Evcos jadi ngakak. Advan juga, tapi Oppo terdiam.
''Kalau gue perhatiin, lo ganteng Po, tapi Abang lo ternyata jauh lebih ganteng ... apa jangan-jangan lo saudara tiri sama Bang Kia,'' ungkap Evcoss ceplas-ceplos.
''Bang Kia emang Abang gue, tapi dia bukan anak Bokap gue,'' jawab Oppo mengejutkan.
''Hah?'' pekik kami bertiga serempak.
''Maksudnya gimana sih, Po ... dia Abang lo tapi bukan anak Bokap lo, bingung gue ... kagak ngerti,'' tanggapku heran. Jidatku langsung mengkerut.
''Vivo ... Bokap gue itu sama seperti Bang Sam. Beliau bujangan tapi menikahi janda beranak satu, yaitu Nyokap gue yang waktu itu sudah memiliki anak laki-laki bernama Nokia__Abang gue.''
''O, gitu toh ...'' Aku, Advan dan Evcoss mengangguk-anggukan kepala. Sok ngerti. Sok memahami.
''Iya, padahal waktu itu katanya Bokap punya pacar yang masih gadis, tapi entah mengapa Bokap malah memilih janda.''
''Karena janda lebih menggoda,'' timpal Advan.
''Hahaha ...'' Kami jadi tertawa.
''Buktinya, Bang Sam aja milih Nyokapnya, Vivo,''
''Hahaha ...'' Kami ngakak lagi.
''Beruntung lo, Po ... Bokap lo milih Nyokap lo, kalau gak, lo gak bakalan lahir di dunia ini,'' ucap Evcoss menimpali.
''Hehehe ... iya, iya ... bener-bener ...''

Hmmm ... tak kusangka, ternyata latar belakang keluarga Oppo berlika-liku juga. Dari cerita Oppo, aku jadi berpikir. Bagaimana nasib Si Gadis __ mantan pacar Bokapnya Oppo itu? Masih hidupkah ia? Bagaimana perasaan ia ketika mengetahui kekasihnya menikah dengan seorang janda? Aku yakin ia pasti terluka, merana dan kecewa. Lantas, bagaimana dengan Bang Sam? Apakah dia sudah memilki pacar sebelum menikahi Ibuku? Jika, iya berarti Ibuku seorang pelakor dong? __Ah, kenapa aku jadi berpikiran seperti ini, sih? __Sudahlah, aku tidak perlu memikirkan hal-hal yang tidak penting begini!