webnovel

Rencana Selanjutnya

Editor: EndlessFantasy Translation

Ying Bao terus merenung. Dia tidak bisa menebak benda yang disimpan kakek buyut untuknya.

"Baby tidak bisa menebak. Baby bukan cacing pita yang hidup di perut Kakek Buyut. Baby tidak tahu apa yang ada di kepala Kakek Buyut."

"Ha ha ha…."

Sungguh anak kecil yang menyenangkan!

Jing Huaduo tidak memiliki kata-kata untuk menggambarkan suasana hatinya, tetapi selama ada Cherry Baby, tidak akan ada hari yang membosankan.

Selanjutnya, Jing Huaduo membawa mereka untuk melihat kamar yang sudah disediakan. Dia telah mengatur agar ibu dan putrinya tinggal di satu kamar, yang didekorasi secara khusus dan cukup nyaman.

Ketika Ying Bao memasuki ruangan, dia terkejut menemukan harimau yang besar di tempat tidurnya. Ukurannya hampir sama dengan yang dibeli Xu Xiyan untuknya tahun lalu.

"Wow wow wow! Ini harimau besar!"

Ying Bao melompat-lompat dengan gembira di atas kaki kecilnya.

"Kakek Buyut, apakah harimau besar ini hadiah yang Kakek beli untuk Baby?"

"Ya! Ini untuk cicitku yang cantik!" Jing Huaduo tersenyum padanya.

"Woow! Kakek Buyut, Kakek sangat baik! Panjang umur Kakek Buyut"

Ying Bao meraih lengan Jing Huaduo dan menarik ke arahnya. Ketika dia membungkuk, dia memberikan ciuman terima kasih ke pipinya.

Hebat, sekarang aku bisa berteman dengan harimau besar lagi.

Setelah mencium kakek buyutnya, Ying Bao melepaskan tangannya dan dengan senang pergi memeluk harimau yang besar itu. Harimau itu benar-benar besar, lebih tinggi dari Xu Xiyan. Tubuh mungil Ying Bao hanya bisa berpegangan padanya, memeluk dan berguling dengannya di lantai.

Xu Xiyan dan kakeknya melihat betapa bahagianya Ying Bao dan mereka merasa sangat bahagia. Jing Huaduo menoleh padanya dan berkata, "Yanyan, mulai sekarang kau akan tinggal di sini di rumahku. Ini akan menjadi rumahmu dan Ying Bao. Katakan padaku jika kau membutuhkan yang lain dan aku akan mengatur para pelayan untuk menyiapkannya untukmu."

"Terima kasih, Kakek."

Xu Xiyan memberikan pelukan terima kasih pada Jing Huaduo.

"Tapi aku mungkin tidak bisa sering tinggal di sini nanti karena aku akan segera mulai syuting. Aku tidak akan punya waktu untuk pulang begitu aku sibuk dan kemungkinan besar aku akan tinggal di tempat lain."

Xu Xiyan akan pidah di sebelah rumah Huo Yunshen dan tidak mungkin baginya untuk tinggal di kediaman Keluarga Jing. Dia ingin menjelaskan hal ini dengan jelas sebelumnya.

"Apakah kau akan baik-baik saja jika kau tinggal di tempat lain? Bagaimana dengan anak itu? Setelah kau mulai syuting, bagaimana kau akan merawatnya?"

"Aku akan melihat bagaimana perkembangannya dan menunggu sampai September ketika sekolah dimulai. Lalu aku akan mencari Taman Kanak-kanak untuk Ying Bao. Ketika tiba waktunya, Ying Bao akan berada di sekolah pada siang hari dan aku hanya perlu mengantarnya ke sekolah di pagi hari dan menjemputnya di malam hari."

Namun, itu hanya rencana. Jika kecelakaan itu tidak terjadi saat itu ketika mereka berada di Estan, maka Ying Bao tidak akan takut pergi ke sekolah.

"Baiklah!" kata Jing Huaduo. "Serahkan saja anak itu kepadaku dan kau bisa pergi syuting dengan pikiran tenang. Tulang-tulangku masih kuat dan aku punya lebih dari cukup energi untuk merawatnya."

"Aku akan sangat lega jika Ying Bao berada dalam perawatan kakek. Aku tidak perlu khawatir lagi setiap kali aku pergi syuting, tidak perduli seberapa jauhnya."

Xu Xiyan sangat berterima kasih kepada kakeknya atas dukungan dan perawatan yang telah dia berikan selama bertahun-tahun.

Ketika ibunya meninggal, kakeknya sangat patah hati karena kehilangan satu-satunya putri kesayangannya dan Xu Xiyan yang menemaninya melewati masa-masa sulit itu.

Akhirnya ikatan antara Xu Xiyan dan kakeknya kuat, lebih kuat dari ikatan yang ia miliki dengan keluarga Xu.

Jing Huaduo mengajak Ying Bao ke taman untuk bermain. Xu Xiyan pergi ke kamar ibunya yang lama untuk melihat apakah dia bisa menemukan beberapa petunjuk berharga.

Kamarnya sangat bersih dan ditata dengan cara yang sama seperti sebelumnya. Jing Huaduo secara teratur meminta para pelayan untuk membersihkan kamar itu dan semuanya terpelihara dengan baik.

Mata Xu Xiyan melekat di setiap benda di kamar itu, ingatan yang akrab muncul dari lubuk hatinya.