webnovel

Chapter 6~ Girls Days Out

~Andrea~

Aku pun terbangun karena alarmku berbunyi. Dengan malasnya aku mematikan kembali alarmku dan kembali tidur. Belum lama tertidur alarmku kembali berbunyi namun aku mengabaikannya.

"Drea! Matikan alarmmu!" Teriak kakak. Aku mengabaikannya dan kembali tertidur. Beberapa saat kemudian aku sudah kembali tertidur, namun seseorang menarik selimutku sehingga membuatku terjatuh. Aku beruntung karena tempat tidurku pendek sehingga aku terjatuh tidak terlalu keras, tetapi tetap saja itu sangat menyakitkan. Dengan segera aku bangun dan duduk sambil menatap kakakku yang sedang berdiri di sampingku dengan garang.

"Sakit!!!" Teriakku kesal.

"Sorry I don't mean to hurt you." Sahut kakak sambil menggendongku dan membaringkanku di tempat tidur.

"Kakak harus menebusnya! Antarkan aku ke cafe black'white." Seruku sambil merajuk. Dengan kelakuannya aku dapat memanfaatkan situasi yang ada. Aku beruntung hari ini, karena jika aku memintanya secara baik-baik tentu saja dia tidak akan mengabulkan permintaanku karena permintaanku begitu mendadak. Bahkan aku belum meminta ijin kepada kedua orangtuaku! This is so bad!

"Oke.. Oke My little sister. Tapi berjanjilah kau tidak akan marah lagi kepadaku? Hmmm.." Sahut kakak.

"Tentu saja asal kau mengantarku. Deal?" Kataku sambil menatap ke arahnya.

"Deal!" Sahut kakak dan aku langsung memelukknya dan tertawa.

"Jam berapa kau akan pergi?" Tanya kakak dan membuatku melihat jamku. Sh*t! Aku terlambat! Sekarang sudah pukul sembilan kurang sepuluh.

"Siapkan motor kakak sekarang aku akan mengganti bajuku dan kita langsung pergi!" Seruku sambil turun ke kursi rodaku menuju kamar mandi dengan cepat. Aku mandi dengan sangat cepat mengalahkan rekor mandi tercepatku. Setelah selesai aku bergegas mengganti baju dengan style yang biasa aku pakai celana jeans berwarna biru, T-shirt putih polos, dan sneakers putih kesukaanku, tak lupa dengan hoodie kucing abu-abuku. Aku jadi ingat saat pertama kali aku berhasil melakukan terapiku dengan baik di usiaku yang ke tiga belas, mama membelikanku hoodie ini dan akhirnya aku tidak bisa lepas dari hoodie ini.

Setelah turun dari kamar dengan pakaian lengkap dan tentu saja menggunakan kaki palsuku, aku menuju kamar mama dan meminta ijin untuk pergi keluar bersama Kyla. Tentu saja mama menginzinkanku dengan beberapa persyaratan. Semenjak kejadian itu kedua orang tuaku menjadi overprotective kepadaku karena mereka hampir saja kehilangan diriku. Setelah meyakinkan mama aku akan baik-baik saja, aku langsung menuju garasi dan menemui kakak yang sudah siap dengan motor merah kesayangannya. Aku segera memakai helmku yang bergambar menara eiffel putih dengan background hitam total serta ditambahi beberapa ornamen typography bertuliskan paris. Kakak membelikannya saat papa memberikan motor itu sebagai hadiah ulang tahun kakak yang ke delapan belas. Saat ini usia kakak 20 tahun, kakak berjarak 5 tahun dariku.

Kakak mejalankan motornya dan dengan cepat pergi meninggalkan rumah. Perjalanan kami tidak terlalu panjang hanya butuh waktu 20 menit untuk sampai di cafe tersebut. Sementara kakak memakirkan motornya, aku sibuk mencari Kyla di antara kerumunan orang yang berada di dalam cafe. Tak kuduga orang yang berada di dalam cafe akan sebanyak ini, mungkin karena hari ini adalah hari sabtu dan juga malam minggu.

Setelah mencari cukup lama akhirnya aku menemukan Kyla di area cafe yang begitu luas ini. Kyla sedang duduk di meja dekat jendela yang berada di pojok. Yaps she know my favourite place. Aku berbalik ke pada kakak dan menyuruhnya untuk mengikutiku. Setelah melewati beberapa desakan dari kerumunan orang yang sangat kubenci, akhirnya aku sampai di meja Kyla dan duduk berhadapan dengannya sementara kakak duduk di sampingku.

Aku memandang sekeliling dan melihat bahwa cafe ini memang sangat indah dan cukup romantis, tak heran banyak orang yang akan menghabiskan malam minggunya dengan nongkrong di cafe ini. Walaupun cafe ini tidak memiliki banyak warna sesuai nama cafenya, tetapi tetap saja sang arsitek dengan hebat mempadupadankan warna hitam dan putih dengan sangat-sangat baik, bahkan dengan furniture yang berwarna hitam putih sekalipun.

"Hai! Kyla kan?" Tanya kakak ramah dan membuat muka Kyla memerah. Dia pun menganggukan kepalanya sambil tersenyum malu. Aku pun memutarkan bola mataku melihat tingkah mereka berdua.

"Kakak jangan ganggu Kyla! Dia sudah ada yang punya." Seruku membuat muka Kyla semakin memerah.

"Sayang sekali, padahal aku suka sekali gadis imut sepertimu." Goda kakak kepada Kyla. Aku pun memukul kakak dengan pukulan yang cukup keras membuat dia tertawa melihat tingkahku.

"Tenang saja aku hanya bercanda. Mana mungkin aku merebut sahabatmu. Maaf ya Kyla, hanya saja aku sangat suka sekali menggoda adikku yang manis ini." Sahut kakak sambil mengacak-acak rambutku. Aku pun menatapnya dengan garang sambil merapihkan rambutku. Tak lama kemudian pelayan datang dan kami pun memesan makanan kami. Entah mengapa kakak jadi ikut memesan, padahal seharusnya hari ini menjadi hari Girls Day Out!

"Kalian memang selalu akrab seperti ini ya?" Tanya Kyla.

"Tidak terlalu! Yang dia sering lakukan hanyalah menggoda dan menjahiliku saja!" Sahutku sambil menatap kakak garang. Kakak hanya memutar bola matanya menanggapi jawabanku.

"Melihat kalian begini aku jadi kangen kakakku." Sahut Kyla sedih.

"Memang kakakmu kemana?" Tanyaku.

"Dia mendapat beasiswa ke Paris, sekarang dia sedang sibuk sehingga tidak dapat kuhubungi." Jawabnya. Wow! Paris adalah kota impianku.

"Memang dia mengambil jurusan apa?" Tanya kakak.

"Desingner! Kakakku mendapat bakatnya dari mamah. Dia sangat fashionable." Sahut Kyla sambil tersenyum mengingat memorinya bersama kakaknya. Pantas saja Kyla terlihat fashionable sekali. Hari ini Kyla memakai dress putih di atas lutut dan jaket berbahan jeans yang dililitkan di pinggangnya.

"Pantas saja kau terlihat sangat fashionable. Ngomong-ngomong outfit kita hari ini sama!" Seruku.

"Kau benar! Kita memang benar-benar sehati." Sahut Kyla sambil tertawa.

"Pasti dia sangat cantik! Berapa usianya?" Tanya kakak memotong pembicaraan kami.

"Sembilan belas tahun, kami berbeda empat tahun. Sekarang dia berada di semester satu kuliahnya. Dia baru masuk." Tutur Kyla kesal karena kakak memotong pembicaraan kami.

"Wah! Usia kita tidak berbeda jauh! Bisakah aku meminta kontak kakakmu?" Tanya kakak.

"Bisa berhenti menggoda orang tidak?! Tadi adiknya sekarang kakaknya! Lagian mengapa kakak masih di sini!" Sahutku kesal. Kakak hanya terkekeh mendengar keluhanku.

"Bukannya bagus? Kita bisa menjadi saudara kan....?" Jawab Kyla. Keheningan pun terjadi karena aku dan kakak mencerna perkataan Kyla.

"Benar juga! Itu akan sangat bagus kalau kau menjadi saudara tidak langsungku." Jawabku sambil tersenyum lebar ke arah Kyla.

"Berarti kalian menyetujuinya kan?" Goda kakak.

"Hmmm tidak juga. Aku hanya ingin Kyla menjadi saudaraku itu saja."

"Lagian belum tentu kalau kakakku menyetujuinya." Sahut Kyla.

"Kalian benar. Kenal saja tidak. Tahu orangnya saja tidak, bahkan aku tidak tahu wajahnya! Menyerahlah Andrea, sepertinya akan sulit jika Kyla menjadi saudaramu secara tidak langsung." Sahut kakak sambil terlihat frustasi. Aku pun mengetawai kakakku yang sangat bodoh ini.

"Tenanglah kak! Kau masih memiliki wanita yang kau tabrak saat itu. Bagaimana kalian sudah berkenalan?" Godaku mengingatkan kakak.

"Belum, tapi semoga aku bisa berkenalan dengannya." Kata kakak sambil menghela nafas.

"Wanita apaan? Kakakmu sudah punya pacar?" Tanya Kyla bingung sambil melihat aku dan kakak secara bergantian.

"Tenang saja Kyla aku masih belum mempunyai kekasih." Kakakku memulai kembali godaannya. Aku pun memutar mataku kembali.

"Dia tertarik dengan satu wanita yang menabraknya waktu di kampus." Sahutku menjelaskan.

"Namun dengan sikapnya yang seperti ini, tidak mungkin jika wanita itu mau bersamanya." Ejekku kepada kakak.

"Hei apa yang salah dengan tingkahku?"

"Yang benar saja! Tingkahmu itu sangatlah menyebalkan!" Seruku. Kyla pun tertawa melihat perbuatan kami.

"Kalian seperti yin dan yang. Kepribadian kalian sangat bertolak belakang dan tertukar dengan wajah kalian." Kata Kyla sambil tertawa.

"Ya aku mewarisi wajah ayahku yang serius itu. Sementara Drea mewarisi wajah ibuku yang lembut. Tapi aku beruntung karena memiliki wajah tampan ini" Sahut kakak terlalu percaya diri. Aku kembali memutarkan mataku tapi kali ini Kyla ikut memutarkan matanya juga.

Tak lama kemudian pelayan datang dan menaruh pesanan kami. Aku pun mulai memakan makanan pesananku. Aku memesan lasagna dengan daging sapi dan keju mozarella yang meleleh diatasnya. Hmmm.... Yummy! Aromanya saja sudah membuatku sangat lapar. Sementara kakak memesan pizza berukuran sedang untuk dirinya sendiri dengan toping jamur, paprika, smoke beef, dan sosis, tak lupa dengan ujung-ujung pizza yang disertai dengan keju yang meleleh juga. Spaghetti menjadi pilihan Kyla saat ini, mie yang tebal dan panjang disertai bumbunya yang sangat nikmat dan juga beberapa tambahan baso kecil dan parutan keju diatasnya. Semua makanan ini benar-benar membuatku meneteskan air liur.

Aku pun mulai menyerbu lasagnaku dan mendesah saat gigitan pertama. This is really yummy! Kejunya benar-benar nikmat dan melted dengan sangat sempurna. Aku makan dengan sangat perlahan, menikmati setiap gigitannya. Aku pun memesan minuman kesukaanku Green Tea Latte, sementara kakak memesan espresso yang sangat pahit itu. Kakak menyukainya karena papa, mereka berdua memfavoritkan minuman itu. Kyla memilih cokelat dingin, mungkin itu minuman favoritnya.

"Pasti ayah dan ibu kalian sangat tampan dan cantik. Aku penasaran wajah mereka seperti apa." Sahut Kyla setelah meminum cokelat dinginnya itu.

"Hmmm... Aku sangat menyangi mereka, tapi mereka berdua, termasuk orang ini terlalu protektif terhadapku!" Keluhku sambil menunjuk kakak yang sedang menikmati pizzanya itu.

"Semua orangtua pasti protektif Drea." Kata Kyla.

"Tapi kedua orangtuaku terlalu berlebihan! Mereka tidak mengizinkan aku berpergian sendirian sama sekali. Bahkan keluar rumah pun. Hari ini saja aku beruntung, entah apa yang merasuki mamaku untuk mengizinkanku, itu juga dengan beberapa persyaratan yang harus aku penuhi." Kataku sambil mengaduk-aduk green teaku dengan kasar.

"Hei! Itu karena kami sangat menyayangimu. Aku tidak mau kehilanganmu lagi!" Sahut kakak serius.

"Iya-iya..." Sahutku menyerah.

"Jangan lupa persyaratan mama dipatuhi, meskipun aku tidak tahu apa saja itu." Kata kakak mengingatkan. Sebenarnya salah satu persyaratan mama adalah mengharuskan kakak menemani kami saat berbelanja, tapi karena mama sepertinya tidak memberitahu kakak, aku bisa terbebas dari kakak untuk sementara waktu. Aku yakin saat kakak kembali ke rumah, dia akan menyusulku kembali dan mengomeliku karena pasti mama memarahinya di rumah.

"Kalian sangat-sangat peduli dengan Andrea ya..." Sahut Kyla sambil menyesap kembali minumanya itu.

"Tentu saja aku tidak mau kehilangan adik kecilku yang sangat manis ini." Sahut kakak sambil mencubit pipiku.

"Sakit..." Kataku sambil melepas cubitan kakak.

"Aaah andai kakakku di sini. Kami tidak kalah romantisnya dengan kalian." Gerutu Kyla. Aku dan kakak tertawa menanggapi Kyla.

Kami kembali menghabiskan makanan kami dan setelah itu mengusir kakak dari sini. Kakak pun pergi dan aku mengajak Kyla segera pergi sebelum kakak kembali ke sini.

"Kenapa kita tergesa-gesa?" Tanya Kyla bingung saat aku menariknya menuju angkutan umum. Aku tidak menjawabnya dan segera menaiki bus yang ditunjuk Kyla dan duduk di paling belakang.

"Sebenarnya salah satu persyaratan mama adalah kakak harus menemani kita. Aku tidak dapat memprotes mama karena dia tidak akan mengizinkanku pergi. Untung saja kakak tidak mengetahui hal itu. Lagian hari ini kan Girls Day Out! No boys allowed!" Sahutku sambil tertawa diiringi tawa Kyla.

"Kau pasti akan di marahi saat pulang nanti." Sahut Kyla sambil tertawa. Aku pun membuang nafas panjang mengingat kemarahan keluargaku saat aku pulang nanti.

"Biar saja, itu biar nanti kuhadapi. Sekarang saatnya kita bersenang-senang!" Sahutku bersemangat dengan sedikit berteriak. Kami pun menghabiskan waktu dengan mengobrol sambil menunggu sampai di tujuan.

Tak lama kami turun di sebrang mall, kami pun diharuskan untuk menyebrang jika ingin ke FCL. Aku paling tidak bisa dalam hal menyebrang. Itu sangat sulit dan menakutkan. Aku bisa tertabrak mobil kalau tidak berhati-hati. Aku menyerahkan urusan sebrang menyebrang ke pada Kyla, sehingga aku hanya mengikuti di sampingnya. Setelah menyebrang kami pun segera memasuki mall tersebut. Sekarang sudah pukul setengah sebelas jadi kami bisa cukup puas bermain. Suasana di mall sangat ramai, aku pun berjalan dengan sedikit berlari karena tidak dapat menahan semangatku. Aku benar-benar sangat senang! Ini pertama kalinya aku pergi berdua dengan teman tanpa ditemani orangtua.

"Kita akan kemana sekarang?" Tanyaku saat berada di eskalator.

"Bagaimana dengan gramedia? Setelah itu kita bisa berkeliling untuk membeli suatu barang." Usul Kyla.

"Setuju!" Teriakku dengan senang. Saat eskalator telah sampai pada lantai dua, aku pun segera menarik tangan Kyla dan mengajaknya berlari ke Gramedia.

Kami pun memasuki Gramedia dan aku langsung berlari menuju tempat komik. Selain novel aku juga mengoleksi berbagai jenis komik. Aku pun melihat-lihat dan menemukan beberapa volume terbaru dari komik yang aku koleksi. Setelah puas melihat-lihat di area komik, aku langsung pergi ke area novel dan bertemu dengan Kyla yang sedang melihat majalah-majalah mengenai boy band favoritnya.

"Hei apa yang sedang kau lihat?" Tanyaku

"Oh ini! Majalah tentang EXO. Kau tahu EXO?" Tanya Kyla dan aku menggeleng sebagai jawabanya.

"Kau harus mengenal mereka! Lihat ini, mereka sangat tampan!" Seru Kyla sambil menyodorkan majalahnya. Aku sama sekali tidak mengetahui apa-apa tentang K-pop, tapi apa yang di katakan Kyla memang benar. Mereka semua tampan dan cute.

"Ya kau benar mereka cute dan tampan." Kataku mengakui.

"Nanti aku akan memperdengarkan koleksi lagu-lagu mereka kepadamu! Kau pasti akan menyukai mereka." Seru Kyla bersemangat sambil membuka-buka kembali halaman majalah itu. Aku meninggalkannya dan melanjutkan perjalananku ke area novel.

Aku pun menjelajahi rak-rak yang berisi banyak sekali novel. Aku melihat-lihat setiap novel yang ada dan mencari judul ataupun cover yang menarik perhatianku. Sebuah novel terjemahan karya Kiera Cass sangat menarik perhatianku. Aku hendak mengambilnya hanya saja novel tersebut terletak di rak paling atas. Dengan tinggi badanku yang di bawah rata-rata ini aku sama sekali tidak bisa menjangkaunya.

Aku berusaha meloncat beberapa kali tetap saja hal itu sia-sia. Aku tidak mungkin menyerah pada novel yang sangat menarik itu. Aku mencoba segala cara tetap saja tidak dapat kuambil. Tiba-tiba saja seseorang berdiri di belakangku dan jarak di antara kami sangat dekat. Aku sama sekali tidak dapat menengok ke belakang karena jika aku melakukan hal itu mukaku akan terkena tubuhnya. Setelah menunggu beberapa lama dengan ketidak nyamanan ini, akhirnya orang tersebut mengambil beberapa langkah mundur sehingga aku dapat memutar badanku.

Ternyata orang yang di belakangku adalah seorang pria yang sangat tampan. Dia memiliki rambut hitam pekat yang terlihat acak-acakan namun hal itu justru membuat penampilannya menarik. Matanya yang sedikit sipit dengan hidung mancung dan pipi tirus membuatnya sangat tampan. Dia terlihat lebih tua dariku beberapa tahun, mungkin dia seumuran dengan kakakku.

"Hmmm... Kamu menginginkan ini?" Tanyanya.

"I..Iya terimakasih. Bagaimana kakak tahu?" Tanyaku dengan perasaan gugup akibat berbicara dengan orang asing yang sangat tampan.

"Aku memperhatikan dirimu beberapa menit yang lalu. Kau sangat lucu saat mencoba mengambil buku ini." Serunya sambil sedikit tertawa. Oh My Gosh he's so gorgeous. Mendengar perkataan dan tawanya membuat pipiku memerah.

"Hei...Andr.." Sahut Kyla namun perkataannya terputus saat melihat kakak tampan ini.

"Hai Kyl ada apa?" Tanyaku membuyarkan lamunannya. Kyla pun segera menghampiriku dan berdiri di sampingku.

"Ini siapa?" Tanyanya kepadaku, aku hanya bisa menggelengkan kepala menjawab pertanyaannya.

"Oh hai. Aku Ryan, aku melihat temanmu kesulitan tadi jadi aku menolongnya." Sahutnya tersenyum sambil mengulurkan tangan kepada Kyla untuk berkenalan.

"H..Hai.. Aku Kyla temannya Andrea." Sahut Kyla gugup sambil menjabat tangannya. Yaps semua orang pasti akan gugup bila bertemu dengan kak Ryan.

"Oh.. Jadi namamu Andrea gadis imut." Sahutnya sambil tersenyum ke arahku dan aku hanya dapat mengangguk malu menjawab pernyataannya. Setelah sesi berkenalan tadi, kami pun berbincang-bincang dengannya dan kurasa kami cukup dekat dengan orang asing ini. Dia pun memperkenalkan kami dengan temannya yang bernama Kevin, yang tidak kalah ganteng dengan kak Ryan.

Setelah membayar buku-buku ini, kami pun mampir sebentar ke chattime untuk membeli minuman ditemani dengan kedua kakak ganteng ini. Kami banyak mengobrol dengan mereka dan sepertinya Kyla juga dekat dengan kak Kevin. Kami seperti sedang double date, walaupun bukan itu yang sebenarnya terjadi.

"Sekarang kita mau ke mana nih?" Tanya kak Ryan.

"Game Master!!" Teriakku dan Kyla bersama-sama. Mereka berdua pun tertawa melihat semangat kami.

"Hahaha.. Baiklah." Sahut kak Kevin mengelus puncak kepala Kyla. Kyla pun hanya tersenyum malu dengan muka memerah karena kelakuan kak Kevin. Aku dan kak Ryan yang melihat hal itu saling memandang dan tertawa.

Kami pun segera pergi ke game master. Kak Ryan mentraktir kami, katanya dia baru saja gajian. Kak Ryan dan kak Kevin adalah mahasiswa jurusan Bisnis Management, dan kak Ryan bekerja sambilan di sebuah perusahaan.

Mereka keren kan, oleh karena itu Kyla jadi ingin mengambil jurusan Bisnis Management saat kuliah nanti. Kalau aku sepertinya masih bingung mau mengambil apa. Aku tertarik untuk menjadi seorang script writer, dan membuat naskah dan cerita dalam film. Aku sangat ingin menjadi hal itu, oleh karena itu aku sedikit bingung mengambil sastra atau perfilman.

Setelah mengisi kartu game master, kami langsung berkeliling untuk memilih permainan. Game pertama yang kami mainkan adalah pump. Aku dan Kyla bertanding melawan kak Ryan dan kak Kevin, dan tentu saja yang menang kami. Tidak terima dengan ke kalahan yang ada mereka mengajak berduel berkali-kali namun tetap saja kami yang menang.

Terimakasih kepada Kyla karena akibat dia pencinta K-pop, dia sangat handal dalam hal menari. Setelah itu kami bermain basket, itu bukan ide kami. Kakak-kakak ini yang memaksa kami untuk menemani mereka bermain, akhirnya aku pun mengalah setelah Kyla berhasil mereka pengaruhi. Setelah pertandingan yang di menangi oleh kak Kevin selesai, kami berkeliling untuk mencari game lain. Aku dan Kyla berjalan duluan di depan untuk mencari permainan menarik sementara kedua laki-laki lambat itu tertinggal di belakang. Karena terlalu asik menoleh ke kanan ke kiri aku menabrak seseorang. Anehnya aku merasa tidak asing dengan tubuh yang ku tabrak, dan saat kulihat orang yang kutabrak adalah Rafa.

"Hei hati-hati dong!" Serunya, sepertinya dia masih belum melihat mukaku karena diriku yang pendek ini. Dia masih sibuk dengan handphonenya, sepertinya dia sedang main game dan tidak mau melepaskan pandangannya dari game itu.

"Revan kok bisa ada di sini?" Tanya Kyla yang menyadari adanya Rafa.

"Kau sendiri, kenapa di sini sendirian?" Rafa bertanya balik, sambil mendongak melihat Kyla.

"Aku tidak sendirian! Tuh Drea di depanmu." Seru Kyla dan Rafa pun menundukan wajahnya untuk melihatku. Aku pun mengangkat wajahku dan tersenyum polos ke padanya.

"Kalian sedang bermain berdua tanpa mengajak kami?!" Seru Rafa kesal.

"Hei! Kami sedang mengadakan Girls Day Out! No boys allowed!" Seruku. Sebenarnya aku dan Kyla sudah melanggar peraturan itu karena mangajak kak Ryan dan kak Kevin. Ngomong-ngomong soal mereka, mereka berdua lambat sekali.

"Hei Rev! Kenapa lama sekali?" Tanya Alex yang baru datang. Sepertinya dia pergi untuk menyusul Rafa.

"Wah-wah! Ada Kila dan Andre nih." Seru Alex sambil mendekat ke arah Kyla.

"Jangan memanggil seperti itu!" Seru aku dan Kyla secara bersamaan.

"Kalian makin kompak aja." Seru Alex sambil tertawa. Kami pun hanya mendengus kesal menanggapinya.

"Kalian jalannya cepat sekali, aku dan Kevin sampai kehilangan jejak!" Seru kak Ryan yang baru sampai.

"Siapa kau?" Tanya Rafa dan Alex secara bersamaan sambil menarik tubuh aku dan Kyla ke belakang mereka. Aku memutar bola mataku melihat reaksi Rafa dan Alex sementara muka Kyla memerah akibat sikap Alex.

"Seharusnya aku yang bertanya siapa kalian?" Kak Kevin bertanya balik.

"Hei-hei kalian!" Seru Kyla yang sudah pulih dari kegembiraannya itu. Kyla menarik tanganku, sehingga sekarang kita berada di tengah-tengah laki-laki ini.

"Kakak-kakak perkenalkan ini teman kami di sekolah. Rafa dan Alex ini kak Ryan dan kak Kevin." Sahutku memperkenalkan satu sama lain. Kak Ryan dan kak Kevin menunjukan senyum paksaan kepada mereka, sementara Rafa dan Alex memandang waspada mereka.

"Kalian siapa?" Tanya Alex

"Kami baru saja bertemu dengan kedua wanita cantik ini dan sekarang kita menjadi teman, bukan begitu?" Kata kak Ryan sambil mengedipkan matanya kepadaku, dan aku pun tersenyum menanggapinya. Entah mengapa hal itu malah membuat Rafa semakin memandang galak ke arah kak Ryan.

"Apa teman-teman kalian selalu seperti ini?" Tanya kak Kevin setengah berbisik kepada kami.

"Tidak, biasanya mereka sangat ramah. Entah mengapa hari ini mereka lebih ramah lagi!" Sahut Kyla sarkastik.

"Hei! Kami memang ramah hanya saja tidak dengan kedua orang ini." Sahut Alex sambil menatap garang kak Kevin.

"C'mon guys! Bisakah kalian berdamai saja? Kalian sesama lelaki kan?" Tanyaku.

"Tidak bisa Drea! Kami sepertinya tidak dapat akrab dengan mereka, mereka sangat mencurigakan." Sahut Rafa sambil tetap menatap garang mereka.

"Drea sebaiknya kita pergi, biarkan para lelaki sendiri! Mereka sangat aneh!" Sahut Kyla sambil menarik tanganku menjauhi para lelaki yang sedang menatap sengit satu sama lain.

Setelah pergi berkeliling, aku baru ingat kalau kartu game masternya masih ada di kak Ryan jadi kita sama sekali tidak bisa bermain. Setelah berkeliling melihat orang-orang bermain, tidak sengaja kita bertemu dengan Tio dan Aldo yang sedang asyik bermain capit boneka. Aku tidak mengetahui nama asli gamenya apa, sudah kebiasaan dari kecil menyebutnya capit boneka karena kakak yang memberikan nama konyol itu. Mereka berteriak-teriak sendiri saat bonekanya berhasil ke capit dan memukul-mukul mesinnya kesal saat bonekanya jatuh di tengah perjalanan. Aku dan Kyla tertawa melihat tingkah laku mereka.

"Jangan salahin mesinnya. Kalian aja yang gak bisa main." Seru Kyla membuat mereka berbalik melihat kita.

"Kyla! Drea!" Seru Tio sambil memeluk kami.

"Hei! Kalian lagi main juga ya?" Sapa Aldo.

"Iya sayangnya kartu kami ada di kak Ryan." Sahutku.

"Siapa kak Ryan?" Tanya Tio. Aku dan Kyla pun menjelaskan panjang lebar dari kejadian di Gramedia sampai kejadian Rafa dan Alex. Mereka hanya manggut-manggut mendengar penjelasan kami.

"Sekarang kita harus mencari mereka berdua sebelum terjadi sesuatu yang buruk." Seru Aldo sambil menarik tanganku. Kami pun berlari kecil menyusuri area game master. Tak lama kami menemukan mereka berdua sedang bermain basket. Membuat orang khawatir saja.

"Hei kalian kami cari dari tadi, eh ternyata lagi main basket!" Seru Tio kesal.

"Kak Ryan sama kak Kevin mana?" Tanyaku.

"Mereka udah pulang! Lagian kok bisa kalian gampang banget percaya sama orang asing gitu aja?!" Tanya Rafa marah.

"Kok kamu jadi marah sama Drea sih?" Tanya Kyla bingung.

"Jelaslah Revan marah! Gimana kalau terjadi sesuatu sama kalian berdua? Kalian emang gak mikir sampai situ?" Seru Alex membalas perkataan Kyla. Aku dan Kyla menjadi bingung sekaligus ketakutan melihat mereka yang marah-marah begini.

"Untung aja mereka gak ada maksud jahat! Gimana kalau kalian ketemu sama orang jahat!" Seru Rafa marah, aku hampir menangis melihat seseorang begitu marahnya kepadaku.

"Hei, udah cukup!" Seru Aldo yang melihat aku dan Kyla hampir menangis. Kita ini bukan cengeng, kalau melihat kemarahannya Rafa sama Alex kalian pasti bakal nangis keras sekarang. Mereka seram sekali!

Menyadari aku dan Kyla yang hampir menangis, mereka berdua langsung diam dan menyorotkan wajah penyesalan.

"Sorry aku tidak bermaksud untuk membuat kalian menangis." Kata Rafa sambil menghela nafas panjang.

"Kami hanya khawatir kalau kalian kenapa-napa. Kalian itu cewek jadi sebagai laki-laki kita berempat seharusnya menjaga kalian." Kata Alex menjelaskan.

"Sorry aku begitu bodoh untuk gampang percaya sama orang. Aku yang bertemu sama kak Ryan pertama jadi Kyla gak salah." Kataku membela Kyla karena takut mereka marah sama kita lagi.

"Bukan salah kamu kok Drea. Mereka aja yang terlalu ganteng dan baik, jadi buat aku sama kamu baper kan." Sahut Kyla sambil tertawa. Kyla bermaksud untuk mencairkan suasana tapi nyatanya gagal, yang tertawa hanya aku dan Tio saja sisanya enggak malah menatap Kyla garang.

"Aku cuman bercanda kok!" Seru Kyla menyadari tatapan mereka bertiga.

"Ya elah, kalian serius amat! Lagian gak salah kan kalau mereka tertarik sama kakak-kakak itu? Udah cogan baik lagi. Kalau ada cewek kayak gitu aku juga pasti baper lah." Sahut Tio membela kami.

"Shut your mouth Tio!" Seru Rafa marah, akibatnya Tio sembunyi di belakang aku sekarang.

"Ya sudah daripada marahan gini mending kita jalan-jalan keliling mall. Sekalian beli sesuatu yang couple berenam." Seruku. Aku tidak mau hari bahagiaku menjadi rusak hanya karena hal seperti ini saja.

"Setuju! Lagian kita udah resmi bersahabat berenam kan?" Sahut Kyla bahagia. Yang lainnya pun menganggukan kepala sambil tersenyum. Akhirnya mereka dapat berdamai. Aku tidak berani lagi membuat teman-teman lelakiku ini marah. Mereka seperti monster jika tengah kesal seperti ini. Kami pun berjalan pergi meninggalkan game master sambil melihat ke berbagai macam toko.

"Cowok kalau udah marah serem ya Kyl." Kataku saat aku dan Kyla lagi melihat aksesoris lucu di sebuah toko, sementara para cowok entah pergi ke mana.

"Iya.. Gak lagi deh aku cari gara-gara sama mereka." Seru Kyla sambil bergetar ketakutan. Aku dan Kyla pun tertawa bersama-sama.

"O iya gimana orang tua kamu? Gak bakalan marah sama kamu kan?"

"O iya! Kyl... Gimana nih.. Aku takut! Aku gak mau kena marah dua kali hari ini."

"Nginep aja di rumah aku! Gimana? Kamu telpon aja papah kamu. Dia kan gak tau apa-apa." Usul Kyla. She's really a smart girl! Aku pun memeluknya senang.

"Thanks Kyl you saved my live!" Kataku sambil mengeratkan pelukanku.

"Belum tentu, mending kamu telpon dulu papah kamu." Aku pun mengeluarkan handphoneku dan langsung mendial kontak papa.

"Halo Papa." Sahutku ketika telponnya tersambung.

"What's up my little girl?" Seru papa di sebrang sana.

"E...ng. Aku boleh gak nginep di rumah Kyla?" Tanyaku sedikit takut.

"Orang tua Kyla sudah mengizinkan belum?" Tanya papa.

"Udah kok!" Seruku berbohong sambil melihat ke arah Kyla yang juga sedang menelpon.

"Boleh deh kalau kayak gitu. Udah ngomong sama mama?" Tanya papa.

"Belum.. Aku takut mama gak ngizinin. Nanti papa aja yang ngomong sama mama ya... Please!" Seruku.

"Kok papa! Lagian kan kamu tinggal ngomong langsung sama mama. Emang mama lagi pergi ya?" Tanya papa. Beruntungnya diriku, mama belum cerita apa-apa pada papa.

"E..Eng.. Akunya lagi keluar sama kakak pa. Jadi papa yang ngomong sama mama ya. Dah pa! Love you." Kataku dengan cepat dan langsung memutus sambungan.

"Gimana dibolehin gak?" Tanya Kyla

"Boleh. Tapi papa sempat nanya-nanya untungnya gak ketahuan." Seruku lega.

"Bagus deh!" Kata Kyla sambil memelukku.

"Beneran gak apa-apa kan Kyl? Orang tua kamu udah ngizinin?" Tanyaku.

"Udah kok, malah mamah aku seneng banget pas denger kamu mau nginep." Seru Kyla.

"Siapa yang mau nginep?" Tanya Alex secara tiba-tiba.

"Andrea rencananya mau nginep di rumah aku hari ini." Tutur Kyla.

"Boleh ikut gak?" Tanya Alex tanpa berpikir panjang

"Gak! Dasar mesum." Sahut Kyla hampir berteriak.

"Ada apa?" Tanya Aldo dan Rafa panik.

"Apaan yang mesum? Pikiran kamu aja yang mikirnya gak bener." Kata Alex tidak mempedulikan pertanyaan Aldo dan Rafa.

"Ada apa sih?" Tanya Tio penasaran.

"Aku mau menginap di rumah Kyla dan terus Alex mau ikut menginap juga." Jelasku.

"Ya elah Lex. Mana boleh cowok nginap di rumah cewek." Seru Tio.

"Yang ada malah nyari kesempatan." Seru Rafa, Alex pun memutar bola matanya mendengar godaan Rafa.

"Kamu aja kali yang mau modus." Balas Alex.

"Kalian berisik banget! Ini masih di depan umum!" Seruku kesal.

"Iya maaf Andre." Balas Alex. Aku memutar bola mataku dan berkeliling toko ini untuk mencari barang lucu. Mataku terhenti kepada beberapa gelang tali yang mempunyai beberapa liontin mini yang lucu.

"Guys! I found something in here!" Teriakku kepada mereka. Mereka pun segera berkumpul di dekatku dan aku menyerahkan gelang-gelang itu kepada mereka.

"Keren nih! Aku mau yang warna hitam." Sahut Rafa sambil mengambil dan memakai gelang dengan warna hitam tersebut.

"Yaaah.. Keduluan Revan." Keluh Tio.

"Aku mau yang hijau tua ya!" Seru Alex.

"Gak boleh! Aku yang warna hijau." Seruku. Alex tidak memperdulikanku dan langsung berjalan ke arah kasir, namun gerakkannya terhenti saat Rafa menariknya dan menaruh gelang itu kembali ke raknya.

"Hei!" Seru Alex kesal.

"Ngalah sama cewe bro." Seru Rafa. Aku pun segera mengambil gelang dengan warna hijau tosca.

"Aku warna kuning!" Seru Kyla.

"Ya udah aku warna biru tua aja." Seru Aldo.

"Hmm... Aku warna putih aja deh biar sama kayak kulit aku." Seru Tio.

"Yang ada malah kontras Yo." Komentar Alex.

"Aku putih kali!" Seru Tio sambil memamerkan kulit putihnya itu.

"Terserah deh! Aku ngambil abu aja." Seru Alex.

"Nah, sudah ketemu kan? Sekarang tinggal bayar terus main di rumah Kyla deh!" Seruku.

"Yeee! Aku ikut kan?" Tanya Tio.

"Sorry, but no boys allowed!" Seru Kyla sambil menjulurkan lidahnya. Setelah itu aku dan Kyla langsung berpisah dengan mereka lalu pergi ke rumah Kyla.