webnovel

Perekrutan Anggota Osis (2)

Beda dengan kantor lama Osis yang hanya sering didatangi oleh pelanggar hukum, sebaliknya, auditorium 4 yang ada di sebelahnya adalah aula yang sering digunakan oleh anggota Osis kalau mereka sedang perlu rapat di dekat sekolah atau rapat dengan murid yang bukan anggota Osis. Atau, tentu saja briefing khusus seperti ini.

Dan di depan panggung sana, Hana dan perempuan bernama Erika kelihatan sedang serius memperhatikan satu-persatu murid yang masuk, selagi Loki mendata daftar kehadirannya di pintu depan. Walaupun sebenarnya itu tidak terlalu diperlukan, mengingat kebanyakan murid yang datang memang asalnya adalah pilihan mereka bertiga. Jadi mereka sudah lumayan hafal.

Perkataan Mary mengenai kriteria anggota Osis sendiri memang tidak salah. Karena Loki memilih berdasarkan kemampuan sihir, lalu Erika menyaringnya dengan kriteria perilaku. Selagi Hana, mm, entahlah. Hanya Tuhan yang tahu bagaimana dia memilihnya.

Jadi kalau sudah tahu itu, sebenarnya tidak sulit untuk menebak siapa yang sudah memilih murid yang mana.

"Tu-Tunggu, tunggu!" Panggil Alisa sambil menarik Mary untuk kesekian kalinya. "Kau yakin mereka tidak salah kirim pesannya padaku? Mungkin sebaiknya Aku kembali dulu—"

Mary mendesah pelan melihat temannya. "Alisa, aulanya sudah di… 2 meter lagi, oke?" Kata Mary pelan-pelan, walaupun Alisa tetap saja kelihatan gelisah sendiri. Mary tahu temannya tidak berharap ingin masuk Osis sejak awal, tapi sikap gelisahnya tetap saja sulit dimengerti.

Jadi dia pun berpikir sejenak untuk mencari cara menenangkannya. "Mm, atau anggap saja memang salah kirim. Tapi justru kalau begitu sebaiknya kau tanya langsung sekalian sama kakak Osis di dalam—"

"Oh! Ada yang punya pertanyaan untuk kakak Osis?" Sahut sebuah suara. "Ada kakak Osis di sini." Lanjut perempuan itu dengan nada ceria sambil terus mendekat ke arah Alisa dan Mary. Melihat pin Osis di kerahnya, kelihatannya dia memang tidak bohong.

Perempuan itu menurunkan hoodie jaket putihnya, sehingga Alisa bisa melihat wajahnya dengan jelas. Dan yang pertama menarik perhatiannya adalah piercing di telinganya yang mencolok. Rambut eksentriknya juga. Dengan rambut hitam yang melewati bahu, aksen highlight berwarna biru gelap itu anehnya kelihatan aneh sekaligus keren.

Meski yang paling menonjol tetap saja kerutan alisnya yang tajam. Soalnya karena itu, dia jadi punya semacam pesona yang ganteng. Ditambah, caranya melebarkan senyum juga terasa hampa seakan itu cuma kebiasaannya saat menggoda orang lain.

Ada tulisan Fiona di saku jaketnya.

Tidak begitu tertarik dengan Mary yang terdiam melihatnya dengan mulut terbuka—yang artinya dia mengenalinya, Fiona pun memilih untuk mengalihkan pandangannya pada anak yang satu lagi. "Kau butuh sesuatu, manis?" Tanyanya sambil melakukan sulap dan memunculkan bunga putih kecil di tangannya, yang kemudian dia taruh di telinga Alisa.

Alisa agak kikuk dan bingung tiba-tiba didatangi kakak kelas yang terlalu ramah begitu. Tapi karena Mary malah diam saja, dia pun akhirnya memutuskan untuk menjawab seadanya. "A-Aku cuma khawatir kalau pesan undangan yang kudapatkan hanya salah kirim atau semacamnya… Menurut kakak itu mungkin tidak?"

Tidak langsung menjawab, Fiona malah kelihatan sempat menahan senyumnya sendiri. "Yah, mungkin-mungkin saja." Balasnya sambil mulai merangkul Alisa dan menariknya berjalan ke pintu aula. "Siapa tahu Hana sedang mengantuk saat dia sedang menyusun daftarnya atau saat menyebarkan pesannya. Yep, manusiawi. Meski dari luar Hana memang lebih kelihatan seperti malaikat, dia juga manusia paling manusiawi yang bisa kau temui." Lanjutnya mengoceh.

Dan tidak lama, mereka pun berdiri tidak jauh dari Loki yang memegang daftar nama resmi di tangannya. "Apa dia boleh masuk? Atau Aku harus mengusirnya?" Tanya Fiona.

Agak mirip seperti Mary, Loki terdiam agak lama juga. Laki-laki dengan perawakan tinggi dan keras itu merendahkan pandangannya untuk membalas tatapan Fiona. Tapi meski Fiona masih lebih pendek darinya, pandangan perempuan itu selalu saja terasa sangat tinggi.

Baru setelah beberapa saat saling melemparkan kilat begitu, Loki akhirnya mendesah pelan dan menjawab, "Alisa Arkain dan Mary Ekira ya? Mereka boleh masuk."

"Tentu saja." Sahut Fiona yang kemudian mulai menarik Alisa masuk lebih dalam lagi. "Setelah kuperhatikan kau kelihatannya khawatir kalau-kalau kau tidak cocok dengan kriteria anggota yang ada di sini. Tapi asal kau tahu, sebenarnya Hana juga sering hanya memilih sesukanya. Misalnya, mm…" Sembari berpikir, Fiona memandangi Alisa dari atas sampai bawah. "Misalnya karena kau sangat manis. Iya, pasti itu."

"Fiona!" Panggil Hana dari depan, sudah terdengar seperti ingin mengomel.

"Hh, sahabatku memanggil, apa boleh buat. Kalau begitu sampai nanti." Kata Fiona lagi dan dia pun pergi ke depan aula.

Merasa agak senang, Alisa kemudian berbalik menoleh ke arah Mary dengan senyum agak tersipu. "Kakak itu baik ya."

"Baik apanya?!" Balas Mary sepelan mungkin sambil menepuk Alisa. "Tadi itu kak Fiona! Wakil ketua Osis yang kubilang gila dan suka buat orang trauma itu!" Serunya tambah pelan.

Agak tidak percaya, Alisa kemudian melihat lagi ke arah Fiona yang memang tidak terlihat terlalu beda dengan kakak kelas yang lainnya—selain dari gayanya yang keren, sebelum akhirnya melihat Mary lagi. "Tidak kelihatan begitu…"

"Pokoknya, percaya padaku. Dan cepat lepas bunga itu." Balas Mary sambil melepas bunga kecil tadi dari telinga Alisa.

"Tu-Tunggu!" Sergah Alisa yang buru-buru mengambil bunga itu lagi. "Bunganya bagus. Biar kusimpan." Katanya dan dia pun mengantonginya di saku sebagai hiasan.

Di sisi lain, Fiona yang masih senyum-senyum sengaja mencondongkan kepalanya ke dekat Hana terus. "Seperti biasa kau pintar pilih anak yang manis. Aku menyukainya. Atau tidak. Entahlah." Godanya, selagi Hana berusaha menahan dirinya untuk tidak menyahut.

"Hanya telekinesis? Biasa sekali." Komentar Fiona lagi sambil mengintip daftar yang ada di tangan Hana. "Pantas saja anaknya sendiri bingung dia malah dapat undangan."

"Kemampuan telekinesisnya lumayan kok." Bela Hana sambil menjauhkan daftarnya dari Fiona.

"Tapi kau kan tidak memilih berdasarkan kemampuan sihirnya." Balasnya cepat. "Jadi memang karena dia manis?"

Merapatkan bibirnya, Hana masih berusaha menahan dirinya. Tapi karena agak tidak tahan, akhirnya dia menyahut sedikit. "Itu… Alasan kesekian. Tapi tentu saja Aku memilihnya karena alasan lain juga."

"Ya, ya, tentu saja." Cibir Fiona.

"Hana." Panggil Erika tiba-tiba. "Semuanya sudah datang."

"Ah, iya." Sahut Hana kemudian sambil buru-buru menyingkirkan wajah Fiona yang masih saja senyum-senyum. "Oke, semuanya tenang." Kata Hana memulai dan para anggota baru yang tadinya sibuk bisik-bisik pun mulai lebih tenang. "Mm, seperti yang sudah kalian lihat di pesannya, kalian adalah murid-murid yang terpilih jadi anggota baru di Osis—"

"Yeey!" Beberapa anak langsung bersorak duluan sambil tepuk tangan. Sejujurnya itu adalah hal biasa. Tapi karena Hana mendengar Fiona terkikik di dekatnya, perasaannya jadi agak campur aduk.

"Uuh, karena pekerjaan di Osis ada macam-macam, kriteria pemilihan anggotanya sebenarnya tidak hanya satu. Jadi hanya karena kemampuan kalian berbeda satu sama lain, tolong diingat kalau semua orang punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing ya."

"Misalnya punya wajah yang manis." Celetuk Fiona lagi di telinga Hana.

Masih menahan diri untuk tidak membalas, Hana pun berusaha melanjutkan. "Ka-Kalau begitu kalian bisa lihat ke layar di depan. Di situ bisa dilihat kalau divisi yang ada di Osis itu sangat banyak, soalnya kita adalah orang yang mengurus semua kegiatan di sekolah." Jelasnya.

Lalu Erika pun ikut menambahkan. "Penjelasan mengenai masing-masing divisi juga sudah dilampirkan di undangan yang kalian terima. Mulai dari bagian-bagian yang mengurus urusan sekolah, urusan asrama, sampai urusan-urusan lainnya—"

"Seperti urusan menghukum murid lain." Sela Fiona lagi.

"...Dan di lampiran yang satu lagi, di situ ada kuesioner dan kalian boleh mengajukan ingin pilih divisi bagian yang mana. Tapi dengan catatan semua posisinya akan diatur lagi oleh para ketua bagian di Osis supaya pembagiannya seimbang."

"Jadi biasanya yang dipilih itu tidak terkabul."

"Fi! Diam sebentar!" Omel Hana pelan sambil berusaha menutupi wajah Fiona dengan berkas di tangannya. "Mm, oke, ada pertanyaan?"

Untuk beberapa saat semuanya hanya diam karena penjelasan tadi memang sudah mudah dipahami. Tapi ternyata seseorang tetap mengangkat tangannya. Itu Hal. "Apa kami boleh menolak untuk bergabung di Osis?" Tanyanya.

"Ho… Pertanyaan bagus." Komentar Fiona yang diiringi riuh-riuh pelan di ruangan.

Hana sendiri terdiam agak lama sebelum akhirnya menjawab. "Mm, secara teknis, nama kalian semua sudah dimasukkan ke dalam database Osis. Dan Aku sama sekali tidak mau menghapusnya." Jawabnya. "Tapi, kalau ada di antara kalian yang benar-benar tidak ingin masuk ke divisi manapun, Aku sarankan kalian untuk pilih divisi pengawas. Karena tugasnya hanya perlu melapor kalau kalian melihat ada pelanggaran di sekolah saja." Lanjutnya.

"Dengan catatan, bahwa divisi bagian pengawas itu tidak termasuk anggota eksekutif." Tambah Erika kemudian. "Jadi kalian juga tidak akan dapat fasilitas khusus di Osis." Lanjutnya dan seisi ruangan langsung jadi ramai lagi dengan nada tidak senang.

Beda dengan Alisa yang tidak begitu paham sehingga akhirnya dia perlu bertanya dulu pada Mary. "Memang fasilitas khususnya apa?"

"Banyak!" Jawab Mary langsung, meski dia kemudian malah terdiam karena bingung mulai dari mana. "Pokoknya banyak. Dan yang paling utama adalah kita akan dapat akses ke daerah barat, ke gedung Osis!"

"Apa gedungnya bagus?"

"Bagus?! Kudengar gedung itu sudah seperti surga!" Seru Mary. "Gosipnya bilang di sana ada banyak tempat yang menyenangkan! Ada ruang relaksasinya, gym khusus, kantin khusus, ruangan game, dan macam-macam tempat canggih lainnya."

"Wah, segitunya?"

"Segitunya!"

"Oh! Kemudian satu lagi." Tiba-tiba Fiona merebut mic Hana. "Pencalonan ketua Osis juga hanya boleh dilakukan oleh anggota Osis, biasanya sih. Jadi—"

"Aaaaaa, iya, iya!" Sela Hana yang buru-buru merebut mic-nya lagi. "Kalau sudah tidak ada pertanyaan lagi, briefing hari ini selesai. Jadi kalian tinggal isi kuesionernya dan tunggu pemberitahuan selanjutnya saja ya. Oke, semuanya bubar." Lanjutnya cepat-cepat yang kemudian langsung menyeret Fiona keluar. 'Rei tolong Aku….'