webnovel

Meeting (1)

Kalau sehari-harinya, kebanyakan anggota Osis sebenarnya lebih banyak sibuk di luar untuk mengurus sekolah yang luasnya segede gaban ini. Palingan yang punya urusan di gedung Osis cuma bagian yang berurusan dengan komputer saja, selagi sisanya melakukan tugasnya langsung dengan kemampuan sihir mereka.

Makanya kalau pada hari rapat bulanan seperti hari ini, suasana gedung Osis jadi terasa lumayan ramai. Apalagi untuk Hazel yang biasanya cuma nongkrong di pondoknya saja. Karena bukan cuma para ketua divisi yang berdatangan, kebanyakan anggota juga biasanya datang untuk merapikan ini-itu sebelum dan sesudah rapat.

Dan tentu saja rapatnya…

"Hh." Seperti sudah kebiasaan, Hazel pun mendesah pelan saat menekan tombol 4 di lift.

Tidak seperti lantai 1 sampai 3 yang bisa diakses dengan mudah, lantai 4 dan seterusnya hanya bisa diakses lewat lift--dengan kartu yang hanya dimiliki oleh para ketua divisi juga. Tangga darurat juga tidak ada. Jadi kalau ada apa-apa saat mereka rapat, semua orang akan langsung disuruh lompat lewat jendela.

Untuk banyak alasan, Hazel sudah mengatur jadwal kedatangannya mepet dengan waktu rapat dimulai. Bahkan termasuk menitipkan Alisa ke tempat Hilda. Dan salah satunya adalah supaya dia tidak perlu naik lift dengan para ketua divisi lain. Karena satu, hampir semuanya merupakan kelas 3. Dan dua, hampir semuanya juga cerewet.

Meski begitu saat pintu lift sudah akan menutup, sebuah tangan malah muncul untuk menghalangi pintunya. "Aha, sudah kuduga Hazel." Sapa laki-laki yang kemudian melompat masuk. "Cuma kau yang repot-repot datang terakhir." Tambahnya.

"Haha, memangnya siapa yang bicara." Cibir Hazel balik.

"Hei, tidak sepertimu Aku kan benar-benar sibuk." Balasnya lagi yang kelihatan memang sibuk mengurus handphonenya yang terus bergetar.

"Hh, kalau tidak kumatikan semuanya selalu saja mencariku." Gumamnya sendiri, entah sedang mengeluh atau sedang memuji dirinya sendiri.

Laki-laki yang rambutnya agak panjang itu namanya Ten. Sama seperti Hazel, dia juga merupakan salah satu ketua divisi yang masih kelas 2.

"Oh sial…" Celetuk Ten tiba-tiba saat mereka baru saja keluar lift di lantai 4. "Aku lupa ganti baju." Katanya, baru sadar kalau dia cuma pakai celana levis dan kaos tanpa lengan.

Walaupun tidak ada peraturan yang mengharuskannya pakai seragam ke rapat, beberapa perempuan di rapat biasanya tidak akan begitu menyukainya kalau melihatnya datang ke rapat seperti itu.

Ten kelihatan melirik ke arahnya. Jadi sebelum dia bisa berkata apa-apa, Hazel langsung memelototinya balik. "Tidak. Ini jaket kesukaanku."

"Akan kuganti!" Balasnya.

Hazel bisa saja pergi. Tapi mumpung dimintai tolong, rasanya sayang kalau dilewatkan begitu saja. "...Belikan Aku yang baru kalau begitu."

"Oke!" Balasnya langsung. Untuk sekilas, jaket baseball hijau milik Hazel itu kelihatan pas-pas saja di badannya. Tapi karena tangan Ten agak lebih panjang, dia jadi tetap perlu menggunakan sihirnya untuk menyesuaikan ukurannya sedikit lagi. "Nah, lebih baik."

Mereka berdua masih beberapa langkah jauhnya dari pintu ke ruang rapat, tapi suara-suara riuhnya ternyata sudah mulai terdengar. "Sepertinya rapat hari ini akan ramai ya?" Kata Ten kemudian.

"Kudengar kak Fiona buat kekacauan lagi, bahkan sampai 2 hari berturut-turut ya?" Lanjutnya. "Hh, kak Hana pasti akan kesulitan nanti. Harus meladeni semua orang sendirian."

Dan seketika Hazel pun jadi ikut mendesah pahit mendengarnya. Soalnya walaupun semua ketua divisi memang diwajibkan hadir pada rapat bulanan, sebenarnya itu tidak berlaku pada anggota Vip--asalkan salah satunya datang. Dan yang selalu datang biasanya hanya Hana seorang.

"Padahal di saat seperti ini akan lebih baik kalau kak Rei juga datang." Celetuk Ten lagi.

"Kau gila?" Balas Hazel. "Kalau kak Rei ikutan datang, yang ada kita bukannya rapat tapi malah perang sipil."

"Haha, itu ada benarnya—"

Jadi tentu saja keduanya langsung mematung di depan pintu setelah melihat wajah orang yang duduk di kursi paling depan ruangan.

'Apa-yang-dilakukan-ketua-Osis-di-sini??'

"..." Bahkan seperti memahami ekspresi Hazel dan Ten, semua ketua yang ada di situ juga cuma membiarkan mereka terdiam di pintu karena tadi semuanya juga begitu. Mungkin kecuali Ello, yang malah sempat tertawa pelan melihatnya.

"Apa yang kalian lakukan di situ?" Kata Rei. "Cepat duduk. Kalian yang terakhir."

Hazel dan Ten sempat saling memandang dengan kebingungan. Tapi karena mulai diperhatikan oleh semua ketua yang lain, mereka pun akhirnya menurut dan berjalan menuju kursinya masing-masing. Walaupun kalau diperhatikan baik-baik, sepertinya yang gelisah bukan cuma mereka berdua melainkan semua orang juga.

Habisnya kalau mau disimpulkan, tujuan rapat bulanan sendiri sebenarnya tidak jauh dari melaporkan keadaan divisi masing-masing dan memastikan semuanya baik-baik saja di sekolah bertuah ini.

Tapi karena kebanyakan laporan sudah biasa dikirim setiap minggu bahkan harinya, yang tersisa untuk rapat bulanan adalah bagian keluhannya. Jadi daripada laporan, rapat itu biasanya jadi acara di mana semua orang mengeluh ini-itu pada anggota Vip supaya mereka bisa minta solusi yang ini-itu juga.

Dan selama ini Hana selalu mendengarkan itu sendiri.

Hana orang yang baik. Jadi tentu saja dia selalu memastikan kalau semua keluhan itu ditampung dengan rapi supaya dia bisa mencarikan solusinya. Itulah kenapa, sebelum rapat, setiap divisi biasanya mengumpulkan proposal mengenai masalah mereka di meja depan untuk dibaca olehnya.

Tapi tidak seperti biasanya, tidak ada satupun proposal yang terlihat hari ini.

"Kalian tidak bawa proposal atau apapun?" Tanya Rei saat Hazel dan Ten lewat di depannya.

"Eh, anu, itu, divisiku baik-baik saja, jadi!" Tanpa menyerahkan apapun, Ten langsung kabur ke kursinya. Kursi ketua Divisi Distribusi.

Hazel juga langsung jalan tanpa menyerahkan apa-apa, karena dia memang tidak membuat proposal apapun hari ini. Walaupun sebenarnya itu dia lakukan karena tidak mau membebani Hana yang belakangan ini sudah sangat stres. Tapi andai saja dia tahu kalau Rei juga akan datang…

'Tsk, harusnya Aku bawa saja semua kertas keluhanku!'