webnovel

Bab 2

"Gimana nie, kita culik si Yusuf?" Tanya Bella sambil memperhatikan Yusuf yang sedang berjalan kaki untuk pulang ke rumah selepas dari sekolah.

Auris dan teman-temannya langsung melakukan rencana yang disusun oleh Auris setelah pembicaraan mereka dua hari yang lalu.

"Ya. Terus kita bawa dia ke rumah sewa yang udah gue sewa kemarin." Ucap Auris dengan senyum miringnya. Auris sudah menyiapkan semua dari menyewa rumah lusuh dan perlengkapan rumah yang murah agar warga yang melihat semakin yakin. Dan yang paling penting sarung tangan yang sudah ia taruh sebuah cairan yang membuat orang pingsan seketika.

"Lo pada udah tau kan rencana kita? Masih ingat kan?" tanya Auris pada Anara, Adel, Bella dan Mia yang dibalas anggukan dari mereka.

"Tapi, kamu yakin nie Auris?" Tanya Adel yang sekarang sedikit kasian pada teman sekolahnya itu.

"Yakin lah. Kalau lo nggak berani, pergi sana! Tega lo nggak mau bantu teman sendiri." Adel yang mendapat omelan dari Auris hanya mengangguk dan menundukkan kepalanya. Adel Tidak ingin gara-gara ini membuat ia dengan sahabat yang selalu membantunya ini bisa hancur.

"Ohya. Kalau si Yusuf udah pingsan tu yang angkat siapa?" Tanya Mia pada Auris.

"Ya kita dorong sama-sama. Jadi kita tunggu aja si Yusuf mendekat ke sini, biar kita dorongnya nggak jauh-jauh."

Auris, Anara, Adel, Bella dan Mia menunggu Yusuf mendekat ke arah mereka yang sekarang sedang bersembunyi di balik papan sebuah toko yang tertutup. Kebetulan sekali toko itu dekat dengan rumah yang sudah di sewa oleh Auris.

Auris yang melihat Yusuf sudah berjalan di hadapan mereka langsung berlari menuju Yusuf dan mendekatkan kain itu ke arah mulut dan hidung Yusuf hingga Yusuf pingsan tidak sadarkan diri.

"Ayo cepat ke sini, sebelum ada yang liat. " Setelah melihat Yusuf pingsan Auris langsung memanggil teman-temannya untuk membantunya membawa Yusuf ke rumah sewa.

Mereka bersiap siap mendorong Yusuf, ada yang menarik tangan dan ada yang menarik Kerah baju Yusuf.

"Berat bang*at badan calon lo Ris." Anara yang kelelahan mendorong Yusuf mengumpat yang membuat Auris melotot galak dan Adel yang menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan mulut temannya yang satu ini.

Akhirnya mereka bisa membawa Yusuf ke dalam rumah petak yang ukurannya sangat kecil. Yusuf diletakkan ke atas karpet yang sudah ada bantal empuk yang baru saja di beli oleh Auris.

Auris langsung melakukan rencananya. Membuka baju sekolah Yusuf dan sinlet yang dipakai oleh Yisuf. Begitupun dengannya yang sudah selesai membuka baju sekolahnya, yang tersisa hanya tentop.

"Eh nggak usah Ris." Ucap Adel pelan karena melihat Auris yang hendak membuka tentopnya juga. Auris yang mendengar ucapan Adel hanya acuh dan membuka tentopnya hingga tersisa pakaian dalam pada bagian atas.

"Aduh. Apa perlu buka celana si Yusuf?" Tanya Auris yang sudah berada di resleting Yusuf jadi bergetar sendiri.

"Eum terserah lo deh." Kata Anara yang melihat aksi kebodohan Auris.

"Lo harus ingat ya. Kebodohan nggak ada obat." Ucap Mia. Auris yang mendengar itu acuh tak acuh.

"Nggak ah malu gue." Ucap Auris dan melepaskan tangannya dari resleting Yusuf.

"Badannya bagus banget Ris nggak nyangka gue." Kata Mia yang sejak tadi memandang tubuh Yusuf yang kekar.

"Tutup ya mata lo." Ngegas Auris dengan tidak selo mengambil selimut untuk menutupi badan Yusuf. Auris juga ikut tidur di bawah selimut yang sama seperti Yusuf.

"Bacot deh lo. Belum jadi suami juga." Balas Mia dengan nada yang sama seperti Auris.

"Aduh. Aku nggak nyaman di sini aku balik ya. Ris batalin aja rencana lo itu, takutnya nggak sesuai ekspetasi. Gue balik ya." Ucap Adel lagi.

"Lo balik awas aja." Ucap Auris pelan sambil mengacak-acak rambutnya agar berantakan.

"Eum." Jawab Adel yang dihadapkan dengan kebinggungan.

"Sekarang gimana Ris?" Tanya Bella.

"Efek kantuk inikan cuman satu jam. Sekarang udah mau setenggah jam kan? Jadi gue bakalan buat posisi gue sama si Yusuf sedekat mungkin. Setelah tepat satu jam lo pada teriak kayak gini 'bapak ibu ada yang buat mesum' nah gitu. Pernah gue baca cerita kalau ada yang buat mesum bakalan langsung di nikahin." Jelas Auris.

"Yaudah lo pada keluar sana. Kalau udah pas waktunya lo panggil orang yang di lewat di depan rumah ini. Ingat jangan sampek salah waktu, lo taukan kalau salah si Yusuf nggak bakalan bangun pas di grebek."

Anara, Adel, Bella dan Mia langsung keluar dari rumah kontrakan dan duduk di depan rumah dengan Mia yang sudah memasang Stopwatch.

"Udah waktunya nie. Cepat lo Del teriak. Ada bapak-bapak tu." Suruh Mia pada Adel.

"Nggak mau gue. Takut."

"BAPAK ADA YANG BUAT MESUM DI KAMAR INI." Teriak Anara sambil menunjuk-nunjuk pintu rumah kontrakan yang di sewa oleh Auris yang bercelah.

Anara yang kesal melihat temannnya bertengkar langsung berteriak kepada bapak-bapak yang sedikit dekat dengan mereka.

Bapak-bapak yang berjumlah lima orang itu langsung melihat ke arah kamar yang di tunjuk oleh seorang anak muda yang tidak Bapak-Bapak itu kenal dan sangat terkejut melihat sepasang anak muda yang sangat dekat dengan perempuan yang menidih laki-laki, dan tampak seperti tidak berpakaian.

"Astagfirullah. cepat bangun kalian." Ucap salah satu Bapak itu.

Karena tidak ada tanggapan dari sepasang anak muda itu. Salah satu Bapak itu ke belakang menuju kamar mandi mengambil air dan menyiramkan air itu ke wajah Yusuf dan Auris.

Yusuf yang sudah tersadar karena air yang di siram itu terkejut dengan posisinya sekarang dan langsung tersadar dan bangun menjauh dari Auris. Dan lebih terkejut lagi ketika melihat ketika dirinya sudah tidak memakai baju dan melihat cewek di hadapannya yang hanya terlanjang setenggah itu. Kini Yusuf tau apa rencana perempuan di hadapannya sekarang, baru saja Yusuf ingat jika sebelumnya ada yang membekap mulutnya dengan kain hingga ia tidak sadarkan diri.

Auris pura-pura kaget dan pura-pura panik sambil mengeratkan selimut ke badannya.

"Astagfirullah."

"Kalian harus mempertanggung jawabkan apa yang telah kalian lakukan. Ayo ikut saya!" Auris yang mendengarkan perintah itu wajahnya jadi berseri-seri. Sepertinya rencanannya akan berhasil.

"Kalian cepat pakai baju." Auris langsung bangun tanpa malu dan memakai baju nya kembali. Bapak-Bapak itu langsung mengalihkan pandangan mereka.

Auris melempar baju kemeja sekolah Yusuf yang saat ini nampak binggung dan sangat syok melihat apa yang baru saja terjadi.

Auris dengan Yusuf sudah berada di tempat yang Bapak-Bapak itu suruh. Auris sendiri binggung dimana mereka berada mungkin di tempat pengurusan desa. Sedangkan teman-temannya Auris tidak mengetahui keberadaan mereka.

"Mana ponsel kalian!" Pinta salah satu Bapak pengurus desa.

"Buat apa?" Tanya Yusuf.

"Telpon orang tua kalian." Yusuf yang tidak ingin masalah ini di ketahui oleh orang tuanya tidak memberi ponselnya. Berbeda lagi dengan Auris yang memberi ponselnya dengan sukarela.

"Cepat!" Tanpaknya Bapak itu sudah kesal dengan kelambatan Yusuf untuk memberi ponselnya. Karena kesal Bapak itu langsung menarik ponsel Yusuf dengan kasar dan pergi keluar untuk menelpon.

"Kalian akan menikah sekarang. Semua yang di perlukan dalam penikahan sudah di siapkan." Pinta salah satu Bapak yang pakaiannya lebih rapi dari yang lain.

"Nggak mau saya Pak. Saya sama dia gak ada buat apa-apa. Dia fitnah saya Pak. Cepet lo bilang sama tu Bapak kalau kita ngak ngapa-ngapain!" Yusuf menatap Auria dengan pandangan yang sangat menyeramkan. Auris yang di suruh dan ditatap seperti itu hanya diam sambil menunduk.

"Kalian sudah berzina. Dan kami melihatnya sendiri."

Yusuf yang tidak ingin dinikahkan hendak lari, tapi rencannya sia-sia ketika salah satu Bapak itu mencekal tangannya.

"Ayo kita mulai. Bapak kalian sudah berada di sini." Yusuf dan Auris mengalihkan pandangan mata mereka ke depan dan terlihatlah orang tua mereka dan beberapa saudara dari Auris.

Hingga penikahan itu terjadi.