Keputusan
"Aku memilih untuk bergabung… tapi dengan tambahan satu syarat…"
"Apa itu…?"
"Aku ingin semua penelitianku dibiayai oleh guild…"
Rigma menjadi cukup tamak ketika melihat betapa guild pandawa menginginkan dirinya untuk bergabung. Ia tidak membiarkan dirinya begitu saja terperangkap menjadi anggota guild, rigma lebih memilih untuk terus meneliti setelah bergabung dengan guild pandawa.
"Hooo… kau cukup serakah ya… tapi tidak masalah… selama penelitiannya menguntungkan guild kami pasti akan menanggung semua biayanya… jadi kau sekarang harus mengisi ini dan besok datang ke markas guild… lalu serahkan formulirnya ke staff guild yang berjaga di loket…"
Aria memberikan sebuah tablet kaca tipis yang berisi formulir pendaftaran anggota guild dan alamat markas guild.
"Karena urusanku disini sudah selesai… aku akan pergi… jangan sampai tidak datang besok…"
"Tentu…"
Aria dan asistennya pun pergi dari laboratorium pengembangan senjata jiwa dengan wajah puas.
'Jadi dari awal yang dia incar memang diriku ya…'
'Hati-hati bocah… wanita bernama aria tadi tidak bisa diremehkan… setiap pergerakannya punya makna…'
'Iya aku tahu… aku pasti akan hati-hati…'
Saat rigma terbenam dalam lamunannya bersama syna, para anggota laboratorium mengelilinginya secara tiba-tiba.
"Ehh…!? Ada apa…!?"
"Benar… yang ada di tangannya itu formulir resmi guild pandawa…"
"Hebat… jadi kali ini perwakilan guild pandawa berasal dari lab kita…"
Rigma tidak bisa berbuat banyak ketika rekan-rekannya mengelilinginya dan melihat formulir yang ia pegang.
"EHEM…! Kalian masih punya banyak pekerjaan bukan…?"
"Eh iya bos… maaf…!"
Seketika kerumunan yang mengelilingi rigma bubar saat mendengar perkataan risman. Harun dan risman pun mendekati rigma yang masih terkejut dengan respon teman-temannya.
"Selamat ya rigma… kamu berhasil masuk ke guild ilegal yang sangat terkenal…"
"Tidak kusangka kau akan terpilih menjadi anggota penjahat bawah tanah terkuat… hahaha…"
"Anu… itu tidak terdengar seperti pujian sama sekali…"
Rigma bingung ketika mendengar perkataan harun dan risman yang begitu kejam diselimuti oleh senyuman di wajah mereka.
"Hahaha sudahlah tidak usah dipikirkan… intinya kami ikut senang… ya kan nona harun…?"
"Iya itu benar…"
Harun hanya tersenyum ringan, rigma sendiri menganggap keputusannya untuk masuk ke dalam guild cukup berat. Namun ia tidak memiliki banyak pilihan karena mustahil baginya mendapatkan air jiwa murni dalam jumlah banyak. Rigma kembali fokus mengerjakan peralatan kecil yang sebelumnya ia rakit. Malam sunyi pun tiba, rigma berada di kamar laboratorium dan terus menatap tablet kaca yang berisi formulir pendaftaran.
"Yah lebih baik aku isi dari pada terus dipikirkan…"
Tes Masuk
Esok harinya rigma berangkat pagi-pagi menuju alamat yang tertera pada tablet kaca. Ia memakai jubah putih dengan kaos coklat dan jeans hitam biasa. Awalnya rigma masuk ke dalam sebuah kafe yang sepi karena masih pagi.
"Selamat datang… mau pesan apa…?"
Seorang gadis muda yang manis dengan pakaian pelayan menyambut kedatangan rigma. Penampilannya tidak terlalu mencolok dan benar-benar terlihat seperti kafe biasa.
"Aku mau pesan coco pandan…"
Sorot mata sang pelayan langsung berubah senyuman manisnya berganti menjadi wajah dingin yang datar.
"Kalau begitu silahkan ikuti saya tuan… untuk tambahan anda bisa memanggil saya ania..."
Rigma mengikuti sang pelayan masuk ke ruangan staff, lalu sang pelayan menaiki tangga dan menghilang.
'Hooo teknologi teleportasi ya…'
Rigma dengan penuh semangat mengikuti sang pelayan menaiki tangga dan ia pun berpindah tempat. Saat pandangan rigma mulai kembali, ia tiba-tiba sudah berada di sebuah gang kecil. Ada 4 pria besar berotot dengan tampang yang menyeramkan sedang mengelilinginya.
"Tuan kalau anda tidak segera mengikuti saya… anda akan tertinggal…"
"Jadi ini tes ya… aku tidak pernah diberitahu soal ini sebelumnya…"
'Kukuku… wakil ketua memang bilang untuk meloloskan anak ini tanpa tes… tapi aku tidak melihat sesuatu yang spesial darinya saat pertama bertemu… bahkan tubuhnya juga kurus dan pendek… aku yakin dia tidak akan bisa melewati 4 kriminal petarung pertama… ditambah mereka juga hider... '
Ania tersenyum sambil membayangkan rigma yang babak belur setelah dikeroyok oleh para kriminal petarung.
"Jadi ania… selanjutnya kita kemana…?"
"Eh…!? Bagaimana dengan 4 kriminal petarung…?"
Ania melihat 4 kriminal petarung sudah dalam kondisi mengenaskan di dalam gang kecil. Ada yang tubuhnya menyatu dengan dinding, ada juga yang kepalanya tertanam di dalam lantai beton. Bahkan ada yang seluruh tubuhnya masuk di dalam sebuah tong sampah, rigma mengalahkan mereka dalam hitungan detik.
'Mu… mustahil… mereka itu setara dengan etranger kelas 2… ditambah mereka terbiasa bertarung melawan sesama etranger…! paling tidak pertarungannya tidak akan berakhir dengan cepat… pria ini monster…!'
Ania sangat gugup ketika melihat hasil pertarungan rigma dengan petarung utusannya. Namun ia tetap berusaha tenang karena pekerjaannya sebagai pembimbing dipertaruhkan.
"Ja-jadi anda bisa menyelesaikannya dengan cepat ya… kalau begitu kita akan langsung ke markas guild pandawa…"
"Tidak perlu segugup itu ania… mereka tidak mati kok…"
"Y- yah… saya hanya sedikit kagum melihat kemampuan anda… hehehe..."
'Bagaimana mungkin kondisi mengenaskan seperti itu tidak mati…!! Kalau memang benar, dia pasti benar-benar seorang ahli…!'
Ania benar-benar ketakutan setelah salah memperhitungkan kekuatan rigma yang bertubuh kurus dan kecil.
"Mari kita lanjutkan perjalanan tuan…"
"Ya baiklah... "
'Untuk saat ini aku harus fokus untuk mengantarnya ke loket pendaftaran guild… kalau tidak harga diriku sebagai pembimbing calon anggota akan hancur...'
Ania mengantar rigma sampai ke sebuah pintu di ujung gang kecil, sebuah cahaya muncul ketika pintunya dibuka. Saat rigma masuk, ia melihat sebuah aula yang sangat besar dan dipenuhi oleh etranger.
"Selamat datang di guild pandawa… anda masuk melalui pintu rahasia ke 11 dan di sebelah sana adalah loket pendaftarannya…"
"Oke terima kasih…"
"Sama-sama… semoga anda bisa betah berada di guild kami…"
Perkataan ania sontak membuat orang-orang yang duduk santai di sekitar aula menatap rigma. Tatapan tajam yang penuh dengan rasa iri dan kebencian karena rigma tidak terlihat kuat.
'Ahhh… aku sudah terbiasa dengan hal semacam ini… jadi tinggal abaikan saja…'
Rigma menyerahkan formulirnya dan akhirnya ia pun menunggu perwakilan guild di ruangan khusus. Kemudian seorang wanita dengan rambut coklat pendek dengan poni rata masuk ke dalam ruangan. Rigma menelan ludah ketika melihat wanita yang memiliki payudara besar tersebut menggunakan pakaian seksi. Wanita itu menggunakan pakaian china yang hanya bisa menutupi separuh pahanya dan bagian belahan payudaranya terbuka.
*glup…*
'Bukankah cara berpakaiannya terlalu vulgar…?'
Rigma bahkan bisa melihat bagian sudut kiri dan kanan pakaian tersebut terbuka lebar, sehingga pakaian dalamnya dapat terlihat jelas.
"Kenapa…? Kau terangsang melihat penampilanku hah…?"
"Eh tidak… itu… hanya… hmmm…"
Rigma langsung salah tingkah ketika mendengar perkataan sang wanita berambut coklat. Sebagai seorang remaja berusia 19 tahun nafsu rigma tentu bergejolak melihat wanita berpakaian vulgar. Apalagi pakaian wanita di depannya jauh lebih erotis dari ling nai saat berada di pelelangan bawah tanah.
*slurp…*
"Imutnya… aku jadi ingin memakanmu… namaku Kasia Kuncana… pengawas bagian wawancara calon anggota baru..."
Tiba-tiba rigma melihat wajah wanita berambut coklat yang memerah dan ia menjilat bibir atasnya. Rigma mencoba fokus untuk melawan nafsunya dan kembali memikirkan soal air jiwa murni yang dijanjikan. Ditambah ia tidak menyangka acara perekrutan dirinya akan penuh dengan tes. Padahal ia diundang oleh wakil ketua guild pandawa sendiri untuk bergabung, jiwa mudanya yang tidak sabaran pun bergolak.
"Jadi masih ada tes lainnya ya… biarkan aku bertanya lebih dulu… apa setelah acara perekrutan ini selesai… aku akan langsung mendapat barang yang dijanjikan wakil ketua aria…?"
"...!! BERANI JUGA KAU BOCAH BERBICARA SEPERTI ITU PADAKU…! DISINI HANYA AKU YANG BOLEH BERTANYA…!!"
"...!"
Saat rigma merasakan aura jiwa yang ingin mendominasi dirinya dengan kekuatan, ia pun ikut mengeluarkan energi jiwa miliknya.
*bush…*
Aura jiwa milik rigma berhasil menaklukkan aura jiwa milik kasia dan ia pun membuat tekanan kuat di seluruh ruangan wawancara. Kasia hanya bisa menunduk dan mati-matian bertahan agar bisa bertahan di ruangan tersebut.
'Tekanan ini…! Awalnya aku tidak percaya soal rumor yang bilang kalau dia adalah anak berbakat… tapi tekanan ini lebih mirip seperti seekor monster sedang berdiri di depanmu dan siap mencabik tubuhmu… anak ini terlalu mengerikan...'
"Dengar baik-baik… aku kesini karena mendapat tawaran langsung dari wakil ketua guild pandawa… ia berjanji untuk memberikan air jiwa murni padaku jika aku bergabung dengan guild… tapi sejak pertama aku datang… diriku hanya terus mendapatkan tes yang tidak berguna… kalau kalian memang tidak ingin aku bergabung… aku akan pergi sekarang…"
Rigma merasa tersinggung dengan perlakuan para anggota yang mengetes kemampuannya. Kesabarannya benar-benar sudah habis sekarang, ia dari awal memang tidak begitu berniat untuk bergabung dengan guild. Jika bukan karena bahan utama untuk membuat senjata hidup yang sangat mahal, ia tidak akan menerima tawaran aria. Perlahan rigma mengendurkan kekuatannya dan melangkah pergi dari ruangan wawancara.
"Tu-tunggu…!"
'Bisa gawat kalau anak ini pergi… kalau wakil ketua aria mengamuk… yang bisa menghentikannya hanya ketua guild…'
Kasia merinding ketika membayangkan aria mengamuk karena rigma tiba-tiba pergi dan menolak untuk bergabung dengan guild.
"Apa lagi…? Aku sudah cukup bosan dengan tes kalian…"
"Kau sudah lulus… saya akan mengantarmu menemui wakil ketua aria…"
"Hooo… bagus…"
Akhirnya kasia membawa rigma masuk ke ruangan yang sangat besar disana ada seorang gadis kecil yang sedang mengerjakan laporan keuangan guild.
"Nona aria… kami berhasil merekrutnya sesuai keinginan anda… dia telah menjadi anggota guild secara resmi…"
"Hooo… bagus… dan rigma… sepertinya kau sudah tidak sabar melihat air jiwa murni yang kami janjikan bukan…?"
Wajah serius aria yang sedang bekerja berubah dalam sekejap ketika melihat rigma datang bersama kasia.
"Tentu.. Tapi bukankah kita harus membelinya lebih dulu…?"
"Untuk apa…? Kami punya mata airnya kok…"
"Hah…!?"
Rigma pun dibawa oleh aria ke goa bawah tanah yang ada di markas guild, disana ada sebuah mata air yang terus mengalir. Lalu banyak tabung raksasa yang disiapkan untuk menampung aliran air tersebut.
"Ini adalah mata air abadi… kau bisa cek sendiri apakah airnya merupakan air jiwa murni atau tidak…"
'Bocah…! Ini tidak salah lagi… mata air jiwa murni… sebuah mata air yang sangat langka keberadaannya…!'
Rigma terkejut ketika mendengar syna mengkonfirmasi kebenaran soal mata air yang menghasilkan air jiwa murni.
"Jadi ini beneran air jiwa murni…! Dengan air jiwa murni sebanyak ini… pembuatan senjata hidup akan berjalan lancar…!"
bersambung...