webnovel

Off The Ball Movement

"WOW!!!"

Para penggemar maupun pemain Karesso bersorak heboh, tak ingin kalah suara dengan pihak lawan yang sedari tadi suara mereka sangat mendominasi. Dalam pertandingan olahraga sudah menjadi hal wajar ketika salah satu pemain mencetak poin atau menciptakan momentum yang gemilang, mendapat sorakan dari pendukung. Bahkan rekan-reka yang satu tim dengan orang itu tak bisa menahan reaksi berlebihan seperti melompat kegirangan serta berpelukan singkat, sebagai rasa senang dan syukur mereka.

Hal semacam itu pula juga tak hanya terjadi di turnamen resmi saja. Ketika Arya masih SMP-SMA, bahkan hingga memasuki perkuliahan, reaksi semacam itu sudah pasti hal lumrah dan Arya adalah salah satu pemain yang paling sering diperlakukan seperti itu. Bahkan satu atau dua kesalahan pun sama sekali tak teringat di kepala mereka. Semua itu demi menciptakan kepercayaan antar pemain dan membuat mereka terus bergerak untuk mendukung entah seperti apa kondisinya.

Meskipun detik sebelumnya yang dilakukan Arya hanya mengumpan bola pada Loga, center Karesso tersebut juga memberi pujian fisik berupa ibu jari. Perihal semacam itu memang bisa menurunkan mental lawan dan berpeluang besar bagi Karesso untuk memborbardir pertahanan Jakarta Thunder.

Namun dalam pertandingan resmi semacam ini, mental para pemain sudah terbentuk, terlebih lawannya termasuk Big Five Jakarta. Mereka tim-tim yang sangat mendominasi di Liga Basket Indonesia beberapa tahun ini. Jakarta Thunder sedikit kewalahan begitu mereka mengetahui jika Arya Chayton lah yang diturunkan sebagai point guard pada starter utama kali ini.

Mereka yang mengira Arya akan menembak dari garis pertahanan Jakarta Thunder, alhasil mereka sedikit menurunkan pertahanan mereka di bawah ring dan pandangan tertuju pada pemuda berumu 18 tahun itu.

"Nice assist, Arya!" Denny yang sedari tadi meneriaki betapa bodoh dan konyolnya Arya, kini silih berganti pujian dan tepukan tangan.

Rekan-rekannya pun tak mengerti bagaimana perasaan Denny pada Arya saat ini.

Di lain sisi Arya sama sekali tak tersenyum begitu musuh langsung melakukan lemparan ke dalam dan bersiap menyerang balik, lagi pula saat ini posisi mereka masih ketertinggalan poin. Tak boleh ada mengendurkan kefokusan jika pertandingan belum usai, itulah motto Arya selama dirinya berada di lapangan. Yah, walau hari ini sudah beberapa kali dirinya tak fokus saking gugupnya bermain di turnamen resmi.

***

Pertandingan terus berlangsung. Para penonton hampir tak mengalihkan pandangan mereka ke manapun ketika kedua tim sudah saling mengejar poin di babak pertama ini. Wasit meniup peluit begitu Arya memegang bola. Semua pemain seketika menghentikan aktivitas mereka yang tadinya terus menerus berjalan dan berlari tanpa henti.

Mereka semua sudah mengetahui makna bunyi peluit tersebut, yang mana pelatih Karesso, Coach Gregr meminta time out* pertamanya. Para pemain satu persatu meninggalkan lapangan dan kembali ke pelatih masing-masing. Baru bermain beberapa menit saja Arya sudah merasakan tubuhnya dipenuhi keringat, terutama di bagian leher dan pelipisnya.

"Bermain dengan mereka benar-benar dipenuhi tekanan," gumam Arya pelan.

Ucapannya tersebut tak sengaja didengar oleh Bastian yang hendak memberi handuk putih untuknya. "Hahaha, kau baru saja bermain, lho. Bagaimana nantinya kalau Coach Greg sudah sangat mempercayaimu sebagai pemain inti dan dipaksa bermain satu pertandingan penuh?"

"Huft.. aku tak bisa membayangkan itu. Tapi seiring berjalannya waktu aku pasti mulai terbiasa dengan atmosfir dan tekanan para pemain profesional."

Kemudian mereka berdua mulai mendekati pelatih yang sudah siap membicarakan strategi selanjutnya. "Baiklah, kerja bagus kalian berhasil mengejar ketertinggalan. Kali ini kalian semua tak perlu lagi mengandalkan tembakan tiga poin terus menerus mengingat eksekusinya tak selalu berjalan dengan baik. Aku sudah melihat permainan Arya Chayton dan dari pandanganku ia sama sekali merasa terbebani dengan umpan kalian ketika memasuki 24 second.

"Maka dari itu aku akan menarik Arya keluar kali ini dan menggantinya dengan Denny. Cobalah memulai permainan kalian seperti dulu ketika Arya masih belum bergabung di sini. Kita dikenal sebagai tim yang selalu mengandalkan poin dari dalam garis tiga poin, but it's okay, kalian tak perlu mendengarkan omongan mereka dan sebisa mungkin aku akan mencoba inovasi baru dengan pola serangan yang sama.

"Dengan masuknya Denny, lini depan kita semakin kuat dan kalian tak perlu membantunya sesering mungkin." Semua itu sudah sangat jelas sebab point guard musuh yang menjaga Arya memiliki postur tubuh yang sama dengan Denny. "Seperti yang aku katakan kemarin, jika Doni masuk, gunakan formasi off the ball movement* sampai sekiranya salah satu di antara kalian tak ada yang dijaga.

"Aku tahu resiko ini sangat besar mengingat kesempatan musuh sangat besar dalam mencuri bola, terlebih mereka memiliki pertahanan yang kuat di area ring. Kalian sudah melatih semua hingga berbulan-bulan. Yakin dengan taktikku dan percayalah dengan rekan-rekan kalian, mengerti?"

Mereka semua mengangguk keras seperti biasa, tak ada diskusi atau pertanyaan apapun sebab Coach Greg sudah menjelaskan semuanya sangat jelas dan sederhana. Peluit kembali ditiup kencang oleh wasit, pertanda pertandingan akan dilanjutkan kembali.

Walau waktu yang sangat singkat tersebut berhasil dimanfaatkan baik oleh para pemain Karesso, namun itu juga berlaku bagi Jakarta Thunder yang mendapatkan waktu untuk mengatur pernapasan sejenak. Sebelumnya kedua tim memang saling mengejar poin, hanya saja Jakarta Thunder sedikit unggul dari Karesso dengan selisih 7 poin.

Salah satu dari mereka melihat Arya sedang duduk di bangku cadangan sembari meneguk minumannya.

"Lihat, Arya sepertinya tak dimainkan lagi oleh Greg. Apa mereka mulai tak percaya dengan kemampuan anak itu," kata pemain Jakarta Thunder yang memiliki rambut cepak.

"Entahlah, aku tak mengerti. Yang jelas dari raut wajahnya ia sepeti sedang tertekan. Mengingat ini masih penampilan pertamanya sebagai pemain basket profesional, sudah pasti sedikit shock ketika bertemu musuh yang di luar ekspektasinya," sahut pemain Jakarta Thunder dengan tinggi badan lebih dari 180cm namun tubuhnya sangat kurus.

"Hahaha, namanya juga anak-anak. Selalu merasa paling hebat dan tak mau kalah jika bertemu dengan pemain yang lebih hebat darinya. Kau dulu juga begitu, kan?" tiba-tiba saja pemain Jakarta Thunder yang sudah berumur 30 tahun itu menyela pembicaraan mereka.

"Haa? Jaga mulutmu, orang tua. Kami sedang membicarakan pemain muda itu, kenapa tiba-tiba kau jadi membicarakanku?"

"Lihat, kan! Sifatmu saja masih seperti anak kecil padahal umurmu berbeda lima tahun dengannya." Kemudian pemain tua itu tak hentinya tertawa bahkan ketika memasuki lapangan.

Time out : Interupsi dalam permainan basket, yang mana dilakukan pelatih guna untuk menyusun strategi kembali dan mengistirahatkan para pemainnya 1-2 menit.

Off the ball movement: biasa dikenal dengan penyerangan bebas, maksudnya sebuah tim menggunakan formasi ini untuk mengecoh pertahanan musuh dengan pergerakan bola yang dilakukan terus menerus tanpa ada pola tertentu.