webnovel

Bab 027

"Dia tidak pantas mendapatkan itu, biar aku saja!" pikir Willy.

Arya mengangguk, "100 kali itu sudah terlalu banyak. Aku akan membiarkanmu pergi dengan mudah sekarang. Panggil aku 'Ayah' sekali sudah cukup."

Lalu ia mengeluarkan kartu banknya dan memberikan kepada pelayan toko. "Bayar semua!"

Seketika, pelayan toko langsung bekerja. Perusahaan telah menaruh banyak perhatian pada penjualan mobil seharga 800 juta ini, sehingga mempermudah proses transaksinya. Tidak lama kemudian pembeliannya berhasil.

'Beep!'

Suara pembayaran berhasil dilakukan.

Pelayan toko menyerahkan kartu bank dan berbagai kwitansi kepada Arya dengan semangat. "Ini milikmu, tuan. Harap simpan dengan aman. Saya akan segera menyiapkan semua dokumennya. Saya akan kembali dalam setengah jam!"

Putri terkejut. "Bagaimana... bagaimana... kamu mendapatkan begitu banyak uang?"

Arya menyeringai. "Baiklah, baiklah, Putri. Apakah aku dapat mengandalkan kamu untuk menepati janji, terutama sebagai primadona kampus? Hm, gimana jadinya kalau semua orang di kampus tau kalau kamu tidak bisa menepati janji?"

"Kamu!"

Putri memiliki reputasi yang harus dijaga. Seketika ia merenungkan konsekuensi yang akan ia dapat sebelum memanggil 'ayah' dengan amarah. Beatrice kemudian pergi.

Bagaimana dia bisa bertahan dengan rasa malu yang telah dialami?

Willy, Mira, dan yang lainnya menatap Arya dengan ekspresi aneh sebelum mengejar Putri.

Setengah jam kemudian, Alex sudah di dalam BMW M8-nya.

Dia mulai menginjak gas dan meninggalkan dealer mobil.

Dia memilih model ini karena sebelumnya Nyonya Shinta, pernah mengemudikan mobil ini.

Putri dan beberapa temannya duduk di BMW yang lebih murah, mereka yang terparkir tepat di dekat pintu masuk dan melihat Arya saat dia melaju dengan M8 barunya.

'Bam!'

Putri memukul kaca jendela mobil. "Sial! Lancangnya! Beraninya dia! Aku akan membalas dendam suatu hari nanti!"

"Putri, kamu mengatakan kalau dia seorang pria miskin dan tunawisma. Dan dari mana dia bisa mendapatkan uang untuk membeli mobil mewah?" tanya Mira.

Putri mendengus. "Baru-baru ini, si brengsek itu sedang dekat dengan cucu dari Dokter ternama. Dia pasti memberinya uang, perempuan jalang!"

Arya berpikir untuk mengunjungi makam ayahnya, dia berputar ke jalan sebaliknya, berniat untuk membeli karangan bunga dan buah-buahan.

Setelah berputar arah, sebuah Volkswagen hitam muncul entah dari mana dan langsung menabrak bagian depan BMW-nya yang berumur baru satu menit.

'Bang!'

Bagian depan mobil sekarang sudah tidak sesuai bentuknya. Mobil baru itu langsung berubah menjadi seperti tumpukan besi tua.

Kantung udara yang keluar saat bertabrakan hampir membuat Alex mengalami gegar otak. Untungnya, Cakra dalam tubuhnya ada di sana untuk melindunginya.

Detik berikutnya, dia menjadi sangat marah.

Sebuah mobil baru, bernilai ratusan juta, rusak dalam waktu kurang dari setengah jam setelah meninggalkan dealer. Dia bahkan belum sempat menghangatkan kursinya.

Tiba-tiba, suara keras meledak dari belakang, saat mobil itu berbunyi aneh sekali lagi. Bagian belakang mobil sudah hancur.

"Sial! Ini bukan kecelakaan!"

Dia membuka pintu mobil, dan keluar dari mobil nya.

Semua orang berkumpul mengelilingi mobil BMW nya. Diantara banyaknya orang, ada seorang pria dengan kepala botak melihat Alex dan merasa tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Kamu beruntung sekali!" kata pria itu. "Tidak ada darah, luka, dan apapun itu! Ikut lah dengan kami, Putri Karin ingin bertemu denganmu."

"Putri Karin? Aku tidak tau tentang seorang putri bodoh disini. Minggir!" Arya mendengus.

Pria botak itu menjadi marah. "Kamu menghina Putri Karin!"

Arya tersenyum, "Siapa yang tahu, wanita jalang itu seorang putri? Untuk apa dia mencariku? apakah dia pendamping di suatu klub? Maaf, aku tidak tertarik."

"Tangkap dia!"

Alex mengeluarkan tenaga dalam dan menyalurkan energi batinnya. Detik berikutnya dia tepat berada di depan pria botak itu.

Memukul!

Dia menamparnya, tepat di wajah, dengan penuh kekuatan.

Pria itu tidak menyangka kalau Arya akan menyerangnya lebih dulu. Dia tidak memiliki kesempatan untuk melawan, dengan seketika pria itu jatuh tersungkur, kehilangan beberapa giginya yang berdarah. Wajahnya membengkak, bengkak seperti ikan buntal.

Setelah mengalahkan satu orang, Arya tidak menunggu lama, dan dia langsung menyerang orang berikutnya.

"Argh!"

"Ambil senjata! Kelilingi dia!"

Beberapa kembali ke mobil dan mengambil baton, tongkat, dan pedang. Namun, sekembalinya mereka, beberapa rekan mereka sudah terbaring di lantai, mencoba meraih kaki mereka dan mengerang kesakitan.

Kaki mereka patah.

"Argh!"

Satu menyerang Arya dan memukul bahunya dengan pemukul besar.

Namun, Arya bahkan tidak bergeming. Dia meraih pemukul itu dan menyerang orang yang memukulnya, dan mengarahkan langsung ke kepalanya.

Tengkorak yang retak sekarang ditambahkan ke daftar panjang cedera mereka.

Dia menahan setengah dari kekuatannya, tapi ia masih merasa terlalu berat. Cakra telah mengubah Arya sepenuhnya, dengan kecepatan dan kekuatan yang meningkat secara cepat.

Whoosh!

Sebuah pedang mengayun di udara.

Saat itulah Arya menyadari bahwa dia bisa dengan jelas melihat pedang itu bergerak dan kearah mana pedang itu akan mengarah.

Dia memukul pedang itu dengan keras menggunakan tongkat di tangannya.

Clank!

Pedang itu terlempar jauh, menancap ke jendela M8.

Sementara itu, Arya mencengkram kepala pria itu dan berlari dengan kecepatan penuh ke arah kap mobil di dekatnya.

Bam!

Pria itu bahkan tidak bisa berteriak kesakitan dengan pukulan yang diberikan Arya, membanting kepalanya ke kap mobil.

Semuanya terjadi dalam sekejap mata.

Orang-orang ini memancarkan aura pembunuh dan tidak asing dengan perkelahian, pertempuran kecil, darah, dan pertumpahan darah. Mereka tidak menyangka akan menjadi seperti ini. Menghadapi Arya, mereka hanyalah jamur kecil, tidak berbahaya dan tidak berdaya.

Mengayunkan tongkat sekali lagi, Arya, bergegas menuju penyerang lainnya.

"Tunggu, mari kita bicara!" Seseorang mengayunkan pedangnya dan berkata.

Clank!

Arya menangkis parangnya, menjatuhkan pemukul ke kakinya, dan mematahkannya. "kita akan berbicara setelah perkelahian ini."

Arya mematahkan lagi sebuah kaki.

"menghancurkan mobil baruku, hah? kalian pikir kalian siapa?!" teriak Arya.

Dan satu lagi kaki patah.

"Apakah ini cara kamu mengundang seseorang?"

Suara retakan!

Tidak ada yang bisa lari, karena kaki mereka semua patah dihancurkan oleh Arya.

Akhirnya, dia mendekati pria botak itu, satu-satunya yang belum terluka kakinya.

Tongkat yang dipegang Arya kokoh dan tetap tidak patah walau setelah banyak kaki yang telah dihancurkan.

Arya menjatuhkan tongkatnya di perut pria botak itu dan mencibir, "Wah, wah. ternyata undanganmu tidak berhasil padaku, hah? Katakan, mengapa pendamping klub ini mencariku?"

Pria botak itu mencuri pandang ke arah pemukul di perutnya, takut bahwa sedikit gerakan dari Arya akan mengakhiri hidupnya. Pria itu dengan cepat menjawab, "Uji. Kau telah mematahkan kakinya. Dia adalah kaki tangan Putri Karin, dan kami diperintahkan untuk membawamu."

"Oh, Uji? Aku pikir itu orang lain." Arya mengangkat pentungan dan menekannya ke bawah, dengan keras.

"Argh!"

Pria botak itu menjerit kesakitan.

"Apa yang kamu teriakkan? Aku tidak memukulmu," Arya berkata.

Dua pertiga dari tongkat itu tertanam jauh ke dalam jalan beton di antara paha pria botak itu.

Pria botak itu melihat dengan ketakutan.

Uji berurusan dengan orang yang salah kali ini. Bahkan Putri Karin tidak bisa menjatuhkannya!