"Sulit, Pak," jawabku setelah mendengar pertanyaannya.
Pak Mursal tak bertanya lagi, beliau hanya diam memandangi bukit itu.
"Saya berencana membuka cabang baru toko cemilan saya." Setelah beberapa menit, suaranya baru terdengar.
"Kenapa Bapak membahas hal ini dengan saya?" Aku masih menatap kearah depan saat bertanya. Kedua tanganku ku lipat di atas pegangan jembatan, sama seperti yang di lakukan Pak Mursal. "Secara, saya hanya seorang mahasiswi dengan kemampuan yang tak seberapa. Kita juga baru bertemu, Bapak belum tahu sepenuhnya bagaimana sikap dan karakter saya. Kenapa Bapak se-percaya itu pada saya?"
Ku lihat Pak Mursal tersenyum. "Karena kamu tak kunjung membahas tentang tawaran saya yang bersedia menjadi seorang peminjam dana. Bukankah kamu ingin membuka toko cemilan?"
Support your favorite authors and translators in webnovel.com