Tina Jiang pelan-pelan menghembuskan napas: "Aku akan menceritakannya, kalian jangan takut. Kemarin malam di tepi sungai yang tidak jauh dari Jalan Binjiang terjadi sebuah kasus besar."
"Kasus besar?" Semuanya memandang ke arah Tina Jiang.
"Ada 20 orang yang mati."
"Hah---" Para wanita bersorak kejut, raut wajahnya pun berubah.
Mulut Reza Qiao pun juga membulat: "Mengerikan sekali, aku sangat takut."
"Jadi tadi aku tanya kepadamu." Tina Jiang memandang ke arah Rini Liu.
Wajah Rini Liu memucat: "Aku ketiduran saat perjalanan pulang. Setelah tersadar kembali, aku sudah memasuki kota, sama sekali tidak menemukan apapun."
"Tidak mengherankan."
"Reza Qiao, apakah kamu melihatnya?" Rini Liu memandang ke arah Reza Qiao.
Reza Qiao mengangguk.
"Oh, apa yang kamu lihat?"
Reza Qiao memasang wajah ketakutan: "Saat melalui tepi sungai, aku lihat ada banyak orang yang berkumpul di tepi pasir sana, sangat ramai. Saat itu, aku kira mereka sedang mengadakan pesta dengan ria. Kalau bukan karena kamu ketiduran, aku bahkan berencana untuk menarikmu bersenang-senang di sana. Tapi siapa sangka sedang membunuh orang."
Wajah Rini Liu semakin memucat, untung dirinya ketiduran. Kalau ditarik anak ini pergi bersenang-senang, maka ia tidak akan dapat membayangkan akibatnya.
Mengerikan sekali, untung saja.
Tina Jiang mengangguk: "Reza Qiao, kalau kemarin malam kamu ke sana, kamu akan mati, bahkan juga mencelakai Rini Liu."
Reza Qiao mengelus jantungnya: "Seram sekali, sepertinya aku dan Rini Liu cukup beruntung."
Nindy bertanya kepada Tina Jiang: "Kak Tina Jiang, siapa yang membunuh 20 orang itu?"
Tina Jiang menggelengkan kepalanya: "Kematian mereka sangat aneh, seperti bertemu dengan musuh yang sangat hebat. Semuanya mati karena patah leher, sedangkan bagian tubuh lain sama sekali tidak ada luka."
"Oh, orang hebat apa yang sehebat itu?" Nindy menarik napas.
"Kurang jelas."
"Apa identitas para korban? Betapa besar dendamnya, hingga semua orang dibunuh." tanya Milan.
"Pemeriksaan awal kita menunjukkan bahwa identitas korban berasal dari dataran tinggi wilayah barat. Mereka semua memiliki catatan kriminal, semuanya adalah pembunuh yang gila. Setiap orang setidaknya menanggung delapan nyawa."
Winny Xu mengangguk: "Kalau begitu, bahkan mereka tidak dapat membayar semua kesalahan walaupun mereka mati. Sepertinya ini merupakan tindakan sorang pahlawan untuk memperoleh keadilan. Pahlawan itu tengah membantu rakyat memusnahkan orang jahat."
"Meskipun mereka mati dengan tanpa membayar semua kesalahan, tapi seharusnya juga membiarkan hukuman negara yang menuntut mereka. Tindakan ini jelas sekali melanggar aturan." kata Nindy.
Rini Liu berkata: "Apa yang dikatakan Nindy benar. Tapi pahlawan yang bertindak memperoleh keadilan ini memang membuat orang kagum."
Reza Qiao memandang semuanya: "Para wanita cantik, kalau aku adalah pahlawan itu, apakah kalian akan memujaku?"
"Pftt---"
Tawa semua wanita cantik di sana meledak di saat yang sama.
"Eh, apa yang sedang kalian tertawakan? Serius sedikit dong." Wajah Reza Qiao terlihat sangat tulus.
Tawa semua wanita itu semakin kencang.
"Reza Qiao, kamu benar-benar suka bermimpi. Gila kamu." kata Rini Liu.
"Reza Qiao, kalau kamu adalah pahlawan itu, aku akan lebih santai dan langsung membawa kamu ke penjara. Sayang sekali." kata Tina Jiang.
Reza Qiao sibuk melambaikan tangan mendengar itu: "Sudahlah, tidak usah jadi pahlawan lagi kalau begitu."
Nindy berpikir: "Apakah kasus ini mungkin terjadi karena para geng sedang berkelahi?"
Tina Jiang memandang Nindy kagum. "Aku juga berpikir seperti itu. Untung saja beberapa korban yang mati adalah penjahat. Tekanan atasan untuk menyelesaikan kasus ini jadi tidak begitu berat."
Winny Xu bertepuk tangan berkata: "Kita seharusnya merayakan para penjahat itu telah kembali ke alam mereka. Penjahat yang seperti ini kurang satu, maka masyarakat akan menjadi lebih tenang. Kalau aku bertemu dengan pahlawan itu, maka harus...."
"Harus apa?" Reza Qiao lanjut berkata.
"Memuja."
"Apakah kamu akan menikah dengannya?"
Winny Xu tertawa: "Mungkin saja."
Reza Qiao tertawa.
"Reza Qiao, apa yang kamu tertawakan?"
"Aku bermimpi kalau diriku adalah pahlawan itu."
Milan menggelengkan kepalanya. Kemampuan orang ini untuk bangga terhadap diri sendiri, Milan benar-benar pusing dibuatnya.
Reza Qiao memandang ke arah Milan: "Kak Milan, apakah kamu akan menikah dengan pahlawan itu jika kamu bertemu dengannya?"
Milan ragu sesaat: "Aku tidak mau memberitahu kamu."
"Kalau begitu, ada kemungkinan ya."
"Sialan."
Reza Qiao memandang lagi kearah Nindy. "Nindy, bagaimana denganmu?"
"Aku akan menyuruhnya untuk menyerahkan diri."
Reza Qiao mengerucutkan bibirnya. Kalau begini, jadi tidak seru.
Semuanya sambil makan sambil lanjut berbincang.
Rini Liu memandang ke arah Tina Jiang: "Tina Jiang, kamu sudah menjadi ketua, tanggung jawabmu juga menjadi semakin berat."
Tina Jiang mengangguk: "Sekarang aku paling pusing dengan Distrik Kota Tua, keamanan di sana sangat kacau. Apalagi sejak tahun ini, ada banyak wanita yang dilecehkan penjahat, bahkan yang paling kecil berada di bawah umur. Menurut penggambaran dari korban, sepertinya dilakukan oleh satu orang yang sama. Aku berencana beberapa hari untuk mengatur komite penyelidikan dan harus menangkap penggila cabul itu."
Reza Qiao berkedip-kedip: "Kamu mungkin tidak bisa menangkapnya untuk selamanya."
"Mengapa?" kata Tina Jiang dengan tidak senang.
"Karena penjahat yang banyak melakukan kejahatan pasti akan mati sendiri. Mati sendiri, kamu tentu tidak dapat menangkapnya."
"Kata-katamu itu sama sekali tidak perlu dikatakan."
Reza Qiao pun terkekeh.
Kemudian Nindy berkata: "Kak Tina Jiang, hari ini aku baru saja menerima permohonan Perusahaan Huo untuk menjadi perwakilan pengacara untuk Candra Huo."
"Menarik sekali. Aku menangkap orang dan kamu yang membelanya." Tina Jiang tertawa.
"Aku akan menepati aturan pekerjaan sebagai pengacara, berusaha untuk mengurangi hukuman bagi Candra Huo."
"Aku memiliki banyak bukti, kamu pasti tidak bisa menemukan celahnya." kata Tina Jiang dengan percaya diri.
Nindy tertawa, "Sangat baik kalau begitu. Sebenarnya dari diriku sendiri juga ingin melihat Candra Huo terkena hukuman. Tapi dari pekerjaanku, aku akan berusaha sebaik mungkin membelanya."
"Untuk itu, aku dapat mengerti. Tapi kalian mungkin masih belum tahu bahwa Rini Liu beberapa hari yang lalu hampir saja ditangkap. Apakah kalian tahu siapa yang menyuruhnya?"
"Siapa?"
"Candra Huo."
"Hah, Candra Huo?"
"Benar."
Rini Liu memandang Tina Jiang bengong. "Tina Jiang, apakah kamu memiliki buktinya?"
Tina Jiang melirik ke arah Reza Qiao sekilas, lanjut berkata kepada Rini Liu: "Meskipun aku tidak memiliki bukti yang penuh, tapi analisis dari semua informasi yang kutemukan, aku bisa berkata dengan tanpa ragu bahwa kejadian ini benar-benar dilakukan Candra Huo. Meskipun kali ini aku tidak dapat mendirikan kasus ini atas nama perampokan, tapi kasus menghindari pembayaran pajak dan menghancurkan bangunan secara paksa sudah cukup membuat Candra Huo menerima banyak hukuman."
Rini Liu seperti sedang berpikir. "Sebenarnya aku juga mencurigai bahwa masalah tersebut ada kaitan dengan Candra. Perusahaan Huo memikirkan banyak cara untuk menginginkan tanah di tanganku. Candra pernah juga mengancam, bilang ingin merampok diriku."
"Candra Huo kali ini pantas mendapat hukumannya." kata Milan.
Winny Xu berkata kepada Nindy. "Sebagai pengacara Candra Huo, kamu harus tahu batasnya, jangan membela orang jahat."
Wajah Nindy terlihat tidak enak. "Candra Huo melakukan hal seperti itu kepada Kak Rini Liu, aku juga sangat membencinya, tapi aku harus tetap menjaga kewajiban dalam pekerjaanku."
Saat ini, ponsel Tina Jiang berdering, berkata setelah mengangkat panggilan: "Ada suatu kasus pembunuhan di perumahan, aku harus segera pergi. Kalian lanjut saja."
Setelah itu, Tina Jiang buru-buru pergi.
"Tema acara malam ini adalah memberi selamat kepada Tina Jiang, tapi tokoh utamanya pergi sekarang." kata Winny Xu.
"Kalau begitu, kita juga makan saja." kata Milan.
Oleh karena itu, semua orang mulai makan.
Saat ini, suara pemberitahuan dari ponsel Reza Qiao berdering. Ia mengeluarkannya dan melirik sekilas, lalu menyimpan kembali dengan bertingkah biasa.
Setelah selesai makan, pelayan pun membawakan buah-buahan.
Rini Liu mengeluarkan dompet dan memberinya kepada Reza Qiao. "Kamu pergi bayar sana."
Reza Qiao menerima dompetnya dan pergi ke kasir.
Dompet Rini Liu dengan kulit asli ini sangat bagus, merupakan merk terkenal sedunia.
Reza Qiao mengeluarkan uang dan memberinya kepada kasir, lalu ia mendengar ada seorang pelayan yang tengah berbincang di samping sana.
"Gerbang pintu hotel muncul segerombolan orang, pemimpinnya adalah bos besar Geng Sabit, auranya yang mematikan terpancar keluar, entah sedang menunggu siapa."
"Sepertinya malam ini ada orang yang sial. Geng Sabit tidak begitu mudah dikalahkan."
Reza Qiao tersenyum tipis. Malam ini satu Geng Sabit akan sepenuhnya musnah.
Selesai bayar, Reza Qiao berjalan kembali, sambil membuka melihat dompet Rini Liu.
Reza Qiao tiba-tiba terdiam dan terus menatap selembar foto hitam putih yang menguning....
Bukankah ini foto Sansan, putri Master Adam yang hilang pada dua puluh tahun yang lalu? Mengapa ada di dompet Rini Liu?
Reza Qiao mengeluarkan selembar foto dari kantong dan membandingkan dengannya, sama-sama berasal dari pelat fotografi yang sama.
Reza Qiao mengedipkan pelan matanya, melihat Sansan yang berada di atas foto, memikirkan wajah Rini Liu dan seketika mengetahui sesuatu.
Ternyata Rini Liu adalah kakak seperguruannya, Sansan.
Berita ini sungguh membuat Reza Qiao senang. Master, aku telah menemukan kakak seperguruan!
Setelah bersenang-senang, Reza Qiao selanjutnya berpikir, apakah dirinya sekarang harus memberitahu hal tersebut kepada Rini Liu?
Rini Liu sekarang sangat kesal terhadap dirinya, apakah sikapnya akan berubah setelah mengetahui hubungannya dengan ia?
Berdasarkan sifat Rini Liu, pasti tidak akan.
Hmm, ia pasti bisa menyembunyikannya. Tunggu dirinya mendapatkan hati Rini Liu, ia baru mau memberitahunya, akan lebih seru jika seperti ini.
Apalagi dua puluh tahun yang lalu, Master dan istri beserta putrinya terpisah di saat yang sama. Sekarang sudah menemukan Rini Liu, lalu di mana istri Master?
Harus menemukan istri Master, semuanya baru sempurna.
Jika Master dan satu keluarga berkumpul lagi, ia sendiri juga mendapatkan hati Rini Liu, maka Rini Liu menjadi wanitanya, bukankah itu menjadi sangat mudah?
Benar, lakukanlah seperti itu.
Lain kali ia harus setia berada di dekat Rini Liu melindunginya. Betapa bencinya Rini Liu kepadanya, ia pun juga tidak boleh pergi, meskipun dipukul dengan tongkat. Ia pun rela mempertaruhkan nyawanya.
Tentu tidak ada orang yang bisa mendapatkan nyawanya.
Reza Qiao kembali ke ruangan dan para wanita tengah makan buah.
Reza Qiao memberikan dompet kepada Rini Liu dan asal bertanya: "Bos, dalam dompet ada selembar foto anak kecil, siapakah itu?"
"Aku, di masa kecil."
Reza Qiao tertawa.
"Mengapa tertawa?"
"Kamu lucu sekali waktu kecil, aku sangat suka melihatnya."
Rini Liu memutar balik matanya. "Saat aku mengambil foto itu, kamu masih bocah kecil."
"Bos, pantas kamu sekarang sangat cantik, ternyata memiliki dasar yang baik."
Milan lanjut berkata: "Reza Qiao, sepertinya dari kecil, dasarmu tidak dibangun dengan baik."
Reza Qiao berkata dengan serius: "Dasarku dari kecil memang kurang baik, semuanya membutuhkan usaha dari sekarang, sehingga bisa menjadi pria tertampan sedunia."
Nindy ingin muntah. Sialan, selama hidup begitu lama, ia baru pertama lihat pria yang begitu mencintai dirinya sendiri.
Rini Liu pun menutup mulut tertawa.
Reza Qiao bengong memandang Rini Liu. Senyuman kakak seperguruannya ini cantik sekali.
Melihat wajah Reza Qiao yang begitu bodoh, Rini Liu memasang wajah serius. "Kamu tidak boleh lihat."
"Tidak, aku mau lihat."
"Coba kamu berbicara sekali lagi?"
"Aku mau lihat."
Rini Liu marah dan mengangkat cangkir teh. Melihat orang-orang di sekitar, ia menaruh kembali lagi, lalu memelototi Reza Qiao sekilas.
Winny Xu mulai bersorak: "Reza Qiao, lihat aku saja. Aku suka saat kamu lihat aku."
Reza Qiao melirik keempat wanita cantik di samping dan bergumam: "Kalian semua adalah wanita cantik. Suatu saat aku mau mengumpulkan kalian semua. Saat itu, Rini Liu jadi ketua, kalian pun berurutan hingga belakang berdasarkan lekukan tubuh bagian depan. Oh iya, kakak polwan cantik juga harus dihitung masuk."
Rini Liu lagi-lagi menyentuh cangkir teh.
Milan dan Nindy juga ikut menyentuh cangkir teh.
Aduh, semua orang jadi marah. Reza Qiao pun berlangkah lari keluar. Di belakangnya terdengar suara omelan, beserta suara tawa Winny Xu yang bahagia.
Semua orang keluar dari hotel. Mereka baru saja mau ke depan mobil, segerombolan orang pun mengepung mereka. Bos besar Geng Sabit berjalan di paling depan, ditemani dengan dua puluh anak lebih.
Winny Xu terkejut: "Gawat, bajingan itu datang lagi dan membawa begitu banyak orang."
Wajah Rini Liu, Milan dan Nindy pun ikut berubah.