"Baik Bu , silahkan dijelaskan duduk permasalahan nya terlebih dahulu".ucap Pak Wiriawan dengan penuh wibawa ke kliennya itu. Dan Klien wanita yang tadi marah marah pun menjelaskan keluhannya. Hampir setengah jam kami diam dan hanya mendengar kan keluhan klien itu, aku melihat ekspresi bingung di wajah pak Wiriawan dan wajah pucat di pengacara Laki laki yang menangani kasus ini. "seperti itu pak, dan saya tidak ingin kalah, dulu saya kalah karena tidak punya uang, tapi sekarang berapapun uang saya akan bayar, asal saya menang" ucap klien wanita ini dan menutup cerita nya, Aku hanya diam duduk bersandar di sofa dengan tangan dilipat di dada dan memandang wajah pak Wiriawan dan wajah pengacara nya. "eheeemmm begini Bu," pak Wiriawan memulai pembicaraan nya, "kasus ini saya lihat memang dari awal mohon maaf, sangat kecil untuk menang Bu" lanjut nya dengan hati2. dan seketika juga wanita itu pun menjadi marah "saya tidak mau tahu, saya mau menang, apapun saya lakukan , kalian butuh apapun saya berikan asal saya menang" ucap klien ini dngan nada keras, akhirnya melihat kondisinya aku pun mencoba menengahi, "eheeemmm, maaf Bu bisa ibu minum dulu biar tenang" ucap ku sambil bergerak dari posisi nyaman ku dan mendekati klien wanita itu, Dia pun menatap ku dengan tatapan yang masih marah, namun aku tetap memberi nya senyuman dan menyodorkannya teh yang memang disiapkan untuk nya, akhirnya dia pun menuruti ku dan tatapan nya mulai melemah. "sebelum nya perkenalkan , "saya Ariani Yusuf sama dengan beliau smbil menunjuk dan melihat sopan ke arah pak Wiriawan dan pengacara laki2 itu) saya seorang pengacara," memberi jeda aku pun melanjutkan ucapan ku "melihat kasus ini memang kecil untuk menang,, tapiiii, peluang dan kemungkinan itu ada" ucap ku , "tapiii Bu, besok sidang akhir sebelum ketuk nya palu keputusan" ucap pengacara Laki laki itu. "baik,, apa agenda besok" tanya ku "mendengar kan saksi atau bukti terakhir dari si penggugat" sahut pengacara laki2 itu "itu artinya kesempatan terakhir untuk klien kita kan" ucap ku. "iyaa Bu", aku menarik nafas sebelum mengeluarkan pikiran ku "ibu sempat mengatakan bahwa anak ibu sampai meminta pembalut ke tetangga kan" ucap ku dan dibalas anggukan oleh klien wanita itu "itu artinya ayahnya tidak memperhatikan kebutuhan nya itu 1". "tapiii, apakah kira2 tetangga mantan suami ibu mau menjadi saksi besok, kalau dia bersedia kita bisa membalik keadaan," dan ke-2 , apakah anak ibu bisa hadir di pengadilan, pertama dia sudah berusia 15 tahun, dia bisa bicara semua nya, dan hak nya pun sudah ada dan mutlak jika itu terjadi kemungkinan yang tadi kecil bisa menjadi sebuah kemenangan" ucap ku dan mengakhiri omongan ku. Aku bisa melihat ekspresi kaget di wajah pak Wiriawan dan pengacara laki2 itu. "bisa Buu, sangat bisa, saya akan lakukan apapun agar anak saya kembali sama saya" ucap klien itu dengan wajah penuh harap. "kalau begitu saya permisi dulu , saya akan segera siap bukan bukti nya dan anda Pak Pengacara saya tunggu satu jam lagi di rumah saya" ucap klien wanita itu dia pun pergi meninggalkan ruangan pak Wiriawan.
----------------_------------
Saya hanya memandang klien wanita itu keluar dan geleng geleng kepala smbil kembali ke posisi nyaman saya bersandar di sofa dan melipat tangan di dada. "wahhhh, mba Ariani Yusuf saya benar benar kaget sekaligus kagum, mba bisa menyelesaikan kasus ini hanya dalam waktu setengah jam dan hanya sekali mendengar" ucap Sintia dengan ekspresi nya yang penuh semangat. "Kantor pusat tidak salah memang memilih anda" Ucap pak Wiriawan dengan wibawanya. "mohon maaf sebelumnya pak, karena saya lancang mencampuri kasus ini," ucap saya sopan ke pak Wiriawan dan pengacara yang menangani kasus ini. "tidak apa2 Bu saya ,seharusnya saya berterima kasih karena ibu membantu saya" ucap pengacara itu "selain cantik, ibu sangat kompeten sekali benar benar beruntung bisa ketemu Ibu Ariani" ucap pengacara laki2 itu "saya belum sehebat itu pak , saya juga masih harus banyak belajar" sahut ku.