Jam istirahat sudah berbunyi dan kini Naura serta Jennie sudah berjalan beriringan bersama menuju kantin untuk mengisi perut mungil mereka yang sudah berteriak meminta sedekah.
Mereka berjalan santai hingga akhirnya tiba diarea kantin. Sudah banyak siswa-siswi disini dengan sikap yang benar-benar dingin dan diam sendu.
"Kenapa semua orang pada diam gini Jen?seumur hidup gue,kagak pernah yang namanya kantin tuh diam?" Tanya Naura yang masih bingung sambil memesan bakso begitu juga dengan Jennie.
"Elu tahu enggak? Kalau ada cowok the mos wanted disekolah ini,tapi orangnya kejam parah kagak ada yang berani sama tuh cogan..."jelas Jennie lalu mereka duduk disalah satu kursi pojok kanan, setelah pesanan mereka selesai.
"Siapa? Sebegitu menakutkan sampai kagak ada yang berani? Sini gue baku hantam"
"Etdah gue saranin jangan deh,tuh cowok kagak pandang bulu kalau nyakitin orang..."ucap Jennie lalu mengingat wajah cowok itu yang benar-benar memiliki kharisma menakutkan.
"Emang siapa sih namanya?"
"Aruna Varosaza Sanota,ganteng deh pokoknya lebih ganteng dari Regi...tapi kalau soal baik yah baikan Regi lah" ucapan Jennie membuat Naura tersenyum lalu gadis yang sekarang didepan Jennie langsung bangkit berdiri membuat semua orang yang menatapnya kebingungan.
"Mana disini yang namanya Aruna?" Tanya Naura dengan nadanya yang lumayan keras membuat orang yang mendengar benar-benar ketakutan berdoa kalau-kalau gadis itu selamat kalau bertemu Aruna nanti.
"Woy Naura diam...gila!!elu kalau mau mati jangan gini dong,entar gue juga kena tahu"bisik Jennie lalu memaksakan Naura untuk duduk.
Tiba-tiba seorang yang ditanya Naura muncul bersama dengan keempat temannya. Dia cowok yang tadi mengambil ciuman pertama Naura dan yang mencekik Naura.
"Itu dia orangnya...puas kan tapi please Jangan buat masalah"mohon Jennie yang sekarang tidak mood makan.
"Oooo itu toh orangnya...sibanci!" Ucap Naura sedikit kuat membuat Aruna kali ini mendengar. Telinga nya kian semakin panas saat mendengar ucapan familiar itu.
Tanpa peduli,Aruna hanya memesan lalu duduk dikursi biasa mereka,yang sudah dikhususkan untuk geng ALFAS. Yang diketuai oleh Aruna sendiri.
"Kenapa sih cowok banci kek dia perlu ditakuti, beraninya sama cewek! Dasar elu mau ajah jadi pecundang" teriak Naura lalu bangkit pergi dari area kantin karena sudah muak menatap cowok yang bernama Aruna tadi.
Sungguh Aruna tidak tahan lagi mendengar kata-kata itu. Refleks dia membuang mangkuk bakso yang dia pesan tadi lalu melangkah keluar membuat semua orang menatap nya penuh penasaran.
"Wah anjir jangan bilang dia mau hajar tuh cewek" duga Fandi yang membuat mereka berempat mengekor kemana perginya Aruna.
Aruna berjalan dengan amarah yang membara dan langsung menarik paksa Naura yang terkejut dengan perlakuan lelaki itu.
Dia dihempaskan ketembok dan Aruna langsung melayangkan tinjuan nya membuat Naura menutup matanya menggunakan kedua tangannya dengan penuh ketakutan.
Buuggh...
Bukan Naura yang ditinju melainkan tembok membuat gadis itu masih bisa selamat,semua orang memandang resah karena amarah Aruna sudah kelewatan batas.
"Gue peringatan ama elu,jangan pernah buat masalah sama gue"tegas Aruna dengan suara berat nya lalu melangkah pergi meninggalkan Naura yang sudah ngos-ngosan karena jantungan.
"Segitu marahnya?" Guman Naura lalu melangkah sembarangan dengan jantung yang masih berdetak kencang.
_-_-_-_-_-_-_-_-
"Wah bro....tangan elu berdarah tuh" ucap Raja membuat Aruna tersadar dari lamunannya. Tepatnya dia masih mengingat gadis yang sekarang ini membuat nya benar-benar emosi tingkat tinggi.
"Gue pergi" singkat Aruna lalu pergi keluar dari kelas. "Mau kemana?" Tanya Raja menduga kalau Aruna akan bolos.
"UKS" lalu Aruna melangkah tanpa mengucapkan sepatah kata lagi dan tetap fokus pada tujuannya.
"Gadis sial" batin Aruna sambil melihat tangannya yang sudah berdarah banyak. Dan kali ini Aruna merasakan perih ditangannya.
Setelah itu dia masuk ke UKS yang sepertinya tidak ada orang. Dengan sembarangan dia membuka lemari dan pergi menuju ranjang.
"Wah anjir....."
Ternyata dan lagi-lagi Aruna dipertemukan oleh Naura. Gadis yang hampir saja dia pukul. Dengan terkejutnya Naura yang sedang duduk santai akhirnya mendapat kedatangan Aruna. Cowok yang selalu dia anggap banci.
"Ngapain elu disini?" Tanya Naura yang tidak digubris oleh Aruna sedikit pun. Malahan cowok itu mendesah,dan pergi hendak keluar dari UKS.
Dengan sigap Naura menggenggam tangan pria terkenal itu lalu memandang luka berat yang ada ditangan pria ini.
"Tangan elu luka"
"Tahu"
"Mending elu duduk disini dulu biar guenobatin"paksa Naura lalu mendudukkan Aruna seperti anak kecil.
"Lepasin gue" Aruna menyingkirkan tangan Naura membuat gadis ini hanya mendesah,karena bagaimanapun ini adalah kesalahan nya sudah membuat pria ini emosi.
Naura mengambil perban dan obat lainnya lalu duduk untuk mulai mengobati Aruna.
"Maafin gue karena gue,tangan elu jadi luka" ucap Naura yang masih fokus mengobati.
"Gue tahu gue salah,tapi ngak semuanya karena gue kan nggak salah bilang elu banci yang berani nya ama cewek,kayak aku" Naura mendongak lalu tersenyum kikuk tanpa rasa bersalah.
Sungguh gadis tidak tahu diri! Sudah salah tapi masih sempat-sempatnya tersenyum tapi kali ini Aruna menyukai senyuman itu dan terus menatap gadis yang tengah mengobati tangannya.
"Sekali lagi elu jangan panggil gue banci" suara berat itu akhirnya terdengar, membuat Naura langsung menggeleng cepat.
"Gue akan tetap panggil elu banci kalau elu berani bentak cewek atau mukul....dah selesai" Naura selesai menperbankan lukanya lalu melangkah menyimpan P3K itu dan segera pergi keluar dari UKS.
Tidak ada sahutan dari Aruna dan ada pria itu hanya menatap punggung Naura yang akhirnya hilang dari ambang pintu. Dia mendesah dan menidurkan diri diranjang untuk mengumpulkan semua tenaganya.
_-_-_-_-_-_-_-
"NAURA...!!!! WAH ANJIR GUE PIKIR ELU BAKAL NINGGAL TERNYATA MASIH HIDUP,SUER YAH NAR GUE UDAH TAKUT BANGET PAS LIAT ARUNA MARAH GITU SAMA ELU" teriak Jennie saat melihat Naura diambang pintu hendak berjalan menuju bangku nya.
Jennie mengikuti langkah Naura dan akhirnya duduk ditempat masing-masing dan sahabat nya ini masih menatap simak-simak tubuh Naura kalau-kalau ada yang terluka.
"Apasih Jen...gue ngak selemah yang elu pikirkan,lagian sejahat apapun Aruna dia ngak mungkin tinju cewek apalagi cewek secantik gue yah ngak?"
Pletak...
Jennie memukul kepala sahabat nya yang sudah benar-benar tidak waras. Dan berniat untuk menyadarkan Naura agar gadis itu bisa membuka matanya menatap baik-baik Aruna.
"Woy Dugong...elu pikir Aruna itu ngak segan-segan mukul cewek,elu tahu si Andriana cewek mentel disekolah ini pernah didorong sama Aruna karena sikap Ana yang udah kelewatan"
"Bukan urusan gue....bodoh amat,lagian kalau dia berani mukul gue...jangan harap tuh cowok selamat" ucap Naura dengan gaya kebanggaannya.
"Sarah elu deh Nar....nyesel gue ngejelasin nya keElu"
BERSAMBUNG...