webnovel

Gadis Unik Pecinta Kucing

"Alesha kamu itu ya kebiasaan, besok kan kamu udah mulai masuk ke sekolah baru kok gak ada persiapan sama sekali sih?" ujar Bu Acha gusar karena tingkah anaknya yang kelewat santai.

Dari belakang, Alesha hanya manggut-manggut mengikuti langkah Mamanya memasuki sebuah toko peralatan sekolah terbesar di pusat kota. Sebelum Bu Acha semakin mengomelinya lebih lanjut, ia memilih untuk hanya diam saja.

Alesha Prischanara, gadis berumur tujuh belas tahun yang baru saja pindah ke Jakarta sebulan yang lalu. Kepindahannya tentu membuatnya juga harus pindah ke salah satu sekolah ternama bernama SMA Aksara Bangsa. Nama sekolah itu memang sudah tidak asing lagi saking terkenalnya di seantero kota Jakarta.

Makanya kedua orangtua Alesha memutuskan untuk memasukkan Alesha disana. Dan berharap jika Alesha bisa lebih baik selama menimba ilmu di sekolah tersebut. Pasalnya sikap Alesha ini bisa dibilang hampir seperti lelaki yang sembrono.

Cantik? Lumayan.

Pinter? Tidak. Otaknya pas-pasan untuk seukuran anak SMA.

Ditambah lagi sikapnya yang kadang urak-urakan dan sedikit kasar menunjukkan sisinya yang tomboi, tidak feminim sama sekali. Bu Acha sampai heran dengan anaknya sendiri, entah gen darimana yang disalurkan ke putri sulungnya.

"Alesha," sahut Bu Acha menyadarkan lamunan Alesha yang terdiam sedari tadi.

"Kenapa, Ma? Udah selesai ya?" celetuk Alesha seraya mengerjapkan matanya beberapa kali. Rasa kantuk seakan menyerangnya saat ini.

"Ini kamu yang mau sekolah kenapa Mama sih yang sibuk ngurusin barang kamu?" Bu Acha memijit keningnya frustasi.

"Kan Mama baik hehe." Alesha menggamit lengan Mamanya dengan senyuman memelas. "Mama cariin aja buku, pena, sama pulpen yaa, aku tunggu di mobil aja deh ngantuk nih, Ma."

Tanpa menunggu persetujuan Bu Acha, Alesha sudah melenggang pergi begitu saja. Dasar anak muda! Untung anak sendiri, kalau bukan Bu Acha pasti sudah meluapkan emosinya sekarang.

Alesha berjalan riang keluar, kantuknya seketika hilang setelah mendapatkan hempaan angin dari luar. Sangat menyejukkan mata. Sebelum masuk ke mobil, ia menghentikan langkahnya.

Ada tiga anak kucing yang berkerumun di pojok jalan. Sepertinya kucing itu dibuang oleh pemiliknya. Karena tidak tega, Alesha pun mendekati kucing tersebut.

"Kalian kok ada disini sih?" gumamnya lalu mengelus satu persatu kucing itu. "Disini bahaya tau, banyak orang sama mobil lewat ntar kalo kalian keinjek gimana?"

Jalanan disekitar toko tersebut terbilang ramai kendaraan. Jika terinjak pasti anak-anak kucing itu bakalan bernasib malang. Alesha suka kucing, jadi tidak tega jika melihat kucing yang terlantar. Niatnya sih ingin dibawa pulang, tapi pasti Bu Acha tidak akan mengizinkannya karena Mamanya itu punya alergi bulu kucing.

Alesha pun menggendong ketiga kucing itu di pelukannya. "Gue cariin kalian kardus ya buat tempat tinggal, biar kalian aman."

Sekilas Alesha menoleh ke arah Mamanya yang masih tampak sibuk mencari peralatan sekolahnya. Barulah setelah itu dia pergi sejenak untuk mencari kardus buat anak-anak kucingnya.

Terlihat ada kardus kosong di dekat lampu merah. "Ketemu!" serunya girang lalu berjalan ke pinggiran jalan raya. Lampu masih menunjukkan warna hijau, membuat banyak kendaraan masih berlalu lalang dengan leluasa.

Sembari menunggu, mata Alesha menangkap sosok wanita tua yang berdiri di ujung trotoar jalan sebelah. Tampaknya wanita itu kesulitan menyebrang, terlihat beberapa kali tangannya bergerak namun kendaraan masih saja lewat beberapa kali.

"Nek!" seru Alesha lantang, takut jika wanita tua itu salah mengambil langkah. Beruntung seruannya di dengar.

Saat lampu sudah berubah menjadi merah, Alesha langsung menjemput wanita tua tersebut. Kebetulan kardus yang ia butuhkan juga ada di dekatnya.

"Nenek aku bantuan nyebrang ya," ujar Alesha ramah.

"Duh makasih ya nak, nenek daritadi susah banget mau nyebrang banyak banget mobil motor yang lewat," ucap Nenek seraya menghela napas pelan.

Alesha tersenyum seraya merangkul bahu kecil Nenek. "Ayok, Nek. Lampunya masih merah kita jalan aja."

Dengan hati-hati Alesha menuntun Nenek itu untuk menyebrang. Sesekali Alesha menegur pengendara yang berhenti diatas zebra cross.

"Pak mundur Pak, mobilnya gak boleh melebihi batas zebra cross," seru Alesha memberi sinyal agar pemilik mobil tersebut mundur. Usahanya berhasil, walaupun tampak kesal karena ditegur tapi akhirnya tetap patuh juga.

"Mas mundurin motornya, duh saya bawa banyak pasukan ini jadi tolong patuhi peraturan lalu lintas," sahut Alesha lagi kali ini pada pengendara motor. Sambil menunjukkan tiga anak kucing dan satu nenek tua motor tersebut langsung mundur ke belakang garis zebra cross.

Alesha tersenyum bangga akan aksinya. Berpikir menjadi polisi mungkin bukan rencana yang buruk.

Mata Alesha bertemu dengan pandangan si pemilik motor yang mematuhi peraturan dengan berhenti di belakang garis zebra cross. "Wah bagus nih patuh lalu lintas, pinter Bang!" puji Alesha menunjukkan satu jempol untuk lelaki berseragam basket tersebut. Sepertinya mereka seumuran.

Wajahnya tertutup helm, jadi Alesha tidak melihat dengan jelas rupa lelaki itu. Biasanya anak basket itu kan tampan rupawan. Siapa tau bakalan nyantol satu buat simpenan.

Alesha membuang jauh pemikirannya. Ia pun kembali fokus menuntun Nenek sampai ke ujung jalan.

***

Saka melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Suasana sore hari yang terang, lumayan membuat suasana hatinya membaik.

Helaan napas keluar dari bibirnya. Menandakan beratnya penat yang ia rasakan seharian ini. Turnament basket antar-SMA baru saja selesai satu jam yang lalu. Sungguh pertandingan berat dengan penuh jerih payah. Untungnya usaha mereka berbuah kemenangan. Mereka berhasil pulang dengan membawa piala seperti turnament-turnament sebelumnya.

Lelah beraktivitas penuh belakangan ini, membuat Saka ingin segera pulang dan berbaring di kasur kesayangannya.

"Gue harus dipijet kayaknya," keluhnya setelah merasakan pegal yang menyerang tubuhnya.

Lampu lalu lintas berubah menjadi merah. Saka menghentikan motornya. Karena bosan, ia mengedarkan pandangannya. Tak sengaja melihat sosok gadis yang tengah menuntun seorang Nenek tua menyebrang.

"Pak mundur Pak, mobilnya gak boleh melebihi batas zebra cross." Gadis tersebut dengan berani menegur setiap pemilik kendaraan yang melanggar aturan.

"Mas mundurin motornya, duh saya bawa banyak pasukan ini jadi tolong patuhi peraturan lalu lintas."

Saka tertawa kecil melihat menyadari ada tiga anak kucing yang dipeluk di antara lengan gadis itu. Pandangannya tak lepas mengamati gadis yang sangat berhati-hati menuntun Nenek dan tiga kucingnya.

Tidak disangka, mereka berhenti di depan motor Saka. Membuat Saka terheran. Satu acungan jempol dihadiahkan untuknya.

"Wah bagus nih patuh lalu lintas, pinter Bang!" seru gadis itu tampak bangga.

Diam-diam Saka tersenyum kecil. Dia tidak mengenal siapa gadis itu, tapi rasanya moodnya seketika membaik karena tingkah dan pujiannya.

Saka patuh lalu lintas?

Sebenarnya tidak.

Saka tidak sepatuh itu. Jika gadis itu tau dia sering ikut balapan liar mungkin ucapannya tadi akan ditarik kembali.

Lampu berubah menjadi hijau, Saka pun segera menancap gas melajukan motornya. Bayang-bayang gadis tadi masih terekam jelas di benaknya. Mungkin ada sedikit harapan untuk bisa bertemu dengannya. Gadis unik itu sukses menarik perhatian Saka.

Mungkinkah mereka bertemu kembali?

***