webnovel

Nasib Buruk

"Aku dengar Nona Elata sangat hebat memainkan piano, apa benar begitu?" Pria tua gemuk yang sedang duduk di samping Elata tersenyum licik saat memandangnya.

Awalnya Elata sangat enggan untuk menjawabnya, namun kemudian dia dengan ragu-ragu menjawab, "Ya."

"Aku sangat ingin mendengarnya, tolong mainkan satu lagu untukku." Pria tua itu melepaskan tangannya dari pinggang Elata dan membiarkan gadis itu pergi.

Malam itu, Elata mengenakan gaun merah selutut. Dia duduk dengan sangat elegan di bangku sitar. Mengangkat tutup sitar dan jari-jarinya yang lembut mulai menekan tuts piano. Pembukaannya terdengar sangat indah. Lalu dia mulai membuka suaranya untuk bernyanyi.

Sedangkan pada saat itu, di sebuah sudut tak jauh dari sana, seorang lelaki yang sedang duduk di sofa dengan kedua kakinya tersilang, ketika dia mendengar suara piano dan nyanyian yang Elata mainkan, tangannya langsung bergetar dan dia menggenggam gelas di tangannya dengan sangat kuat.

Dia adalah Arkazero Smith. Duduk bersama asistennya di sana, dan dia sama sekali tidak menyangka akan mendengarkan lagu yang sangat familier di ingatannya itu di sini.

Arka merasakan sesuatu yang panas mengalir dari tenggorokan dan menuju hatinya. Dia lantas berdiri dari sofa dan bergerak tak karuan.

Tubuhnya yang tinggi dan menawan sangat cocok dikatakan sempurna. Jari-jarinya yang ramping mulai melonggarkan ikatan dasi di lehernya. Memancarkan aura yang sangat suram.

Lagu yang Elata bawakan saat itu berjudul 'Star'. Itu merupakan musik dan lagu ciptaannya sendiri saat dia masih berusia 15 tahun, dan sebenarnya dia menciptakan lagu itu untuk sahabatnya.

Musik itu menggambarkan kisah cinta seorang gadis muda yang begitu tulus. Siapapun yang mendengar alunan musiknya, pasti akan langsung mengerti dengan kisah di balik musik indah itu.

Bahkan penonton di bawah panggung terlihat sangat terpesona dengan alunan yang dibawakan Elata.

Setelah lagu berakhir. Elata berjalan menuruni panggung dan kembali menghampiri tempat duduknya. Dia tidak sendirian di sana. Di meja Elata, dia duduk bersama dua pria, yang satu adalah kekasihnya, Raka. Dan satunya lagi adalah pria tua gemuk dengan kemeja pink yang mencolok mata.

Arka mengerutkan kening ketika melihat Elata menuruni panggung.

Dia bertanya pada asistennya, Zed, dengan nada yang terdengar malas namun itu menunjukkan ketertarikan mendalam dalam waktu bersamaan, "Siapa mereka?" Dia menatap meja di mana Elata berada.

Zed mengikuti arah pandangnya, tatapannya yang tajam mengarah pada Elata dari kejauhan, lalu beralih bertanya pada Arka. "Apa yang ingin kamu lakukan?" tanya Zed penasaran.

Saat Elata duduk, pria tua di sampingnya langsung tersenyum puas dengan tepuk tangannya yang terdengar nyaring di telinga.

"Nona Elata benar-benar luar biasa. Tadi itu sangat bagus. Saya suka itu, saya suka." Dia tampak sangat puas dan bersemangat, hingga Elata mengutuknya di dalam hati.

Jika bukan karena bisnis keluarganya, dia sama sekali tidak akan tertarik untuk membuat pria tua ini begitu puas dengan permainan pianonya malam ini.

Pria tua itu langsung mengulurkan tangannya ke arah Elata, gerakan itu halus dan tampak seolah dia ingin melingkarkan tangannya di pinggang Elata.

Dengan ketangkasan Elata, dia segera menghindar dan melempar senyum permintaan ma'afnya dan berkata, "Saya permisi ke toilet dulu." Elata bergegas pergi dari sana.

Raka adalah pacarnya, tidak mungkin Raka akan menjual tubuhnya pada pria tua itu, kan? Kenapa Raka tidak bereaksi apapun ketika pria tua tadi memperlakukannya seperti itu?

Pikiran itu membuat Elata sangat ketakutan.

Raka dan dia sudah berpacaran selama lima tahun terakhir. Sejak tiga tahun terakhir ini, Raka telah banyak membantu bisnis ayahnya. Elata tidak bisa mengatakan bahwa dia tidak berutang budi pada Raka, terlepas dari pacar baginya, Elata merasa dia cukup bergantung pada Raka dalam banyak hal.

Itu juga kenapa Elata bisa mempercayai Raka sekarang. Jika bukan karena ingatannya tentang hubungan mereka, Elata benar-benar yakin bahwa pria yang bersamanya malam ini tengah mencoba menjual tubuhnya ke pria tua di depan mereka ini.

Di sisi lain, Zed menatap kearah sebuah meja lalu menatap kembali ke Arka, "Tuan muda. Orang yang di sana itu adalah Direktur Pil."

Semua orang di kota ini mengenal Direktur Pil, namun pria tua itu terkenal dengan kekayaan dan rumor buruknya. Pria tua itu menyukai gadis-gadis cantik, dan tentu saja di meja itu, Elata adalah satu-satunya seorang gadis dan terlebih dia memiliki perawakan sangat cantik.

Saat ini, tanpa mencari tahu pun, semua orang yang mengenal Pil akan langsung tahu bahwa gadis itu adalah santapan Pil untuk malam ini.

"Sepertinya gadis itu tidak akan bisa melarikan diri malam ini." Arka mengatakan itu dengan senyum kecil. Dia lantas meneguk minumannya dalam satu tegukan sebelum berdiri dari sofa.

Zed tidak bertanya lebih banyak. Dia sangat paham dengan maksud dari kata-kata Arka barusan. Terlebih, dari tatapannya, Arka terlihat sangat tertarik pada Elata.

"Gadis itu benar-benar telah di kepung nasib buruk," gumam Zed saat dia menatap punggung Arka yang semakin lama semakin mengecil dari pandangannya.

Saat itu, malam sudah gelap, dan hujan deras mengguyur kota. Seluruh dunia tampak tertutup lapisan gas hitam pekat, dan suasananya sangat aneh.

Di dalam sebuah ruangan, semua lampu menyala seterang siang. Seorang pria dan wanita tampak begitu akrab dan menempel satu sama lain.

Pria itu sangat tampan. Wajahnya yang indah seperti dewa, bibir yang bersih dan dingin, dan hidung yang tinggi. Bahkan napasnya yang berat memiliki kualitas yang sangat baik.

Di bawah tekanan berat tubuhnya, Elata tampaknya telah berubah menjadi genangan mata air, dan di bawah tekanan bibirnya yang kuat dan lembut, Elata sudah kehilangan semua kekuatannya.

Mata Arka menyipit saat dia dengan penuh perhatian mengamati ekspresi wajah Elata. Arka melihat bahwa Elata sepertinya ingin menolak tetapi dia juga menyambutnya dengan wajah yang penuh kesenangan.

Arka jelas orang yang sangat sensitif dengan kebersihan, tapi dia tidak tahu hal gila apa yang terjadi malam ini yang membuatnya ingin mencuri gadis ini untuk dirinya sendiri.

Arka tidak pernah hilang kendali terhadap dirinya sendiri sebelumnya, namun dia sendiri masih bisa sadar kenapa kendalinya sekarang buruk.

Ini semua tentu karena wanita di hadapannya ini!

Jejak kebencian melintas di mata Arka. Dia ingin menghancurkannya. Memberi gadis ini rasa sakit luar biasa yang membuat gadis ini akan berlutut di depannya hanya untuk meminta kematian.

Tatapan tajamnya seolah menembus tubuh Elata, dan seolah-olah Arka sedang melihat gadis lain. Dia membungkuk dan menempelkan bibirnya dengan keras dengan bibir Elata. Setiap kali bibirnya menyentuh Elata, Elata selalu akan berakhir dengan mengerang.

Malam itu, hujan tanpa henti jatuh di luar jendela. Di dalam ruangan mewah tersebut, semua kejadian itu tampak sangat menawan dan tak terkendali.