webnovel

Gugur

Hah!.. I-Itu... Granat!

Sontak mata kami berdua melotot melihat granat itu mengelinding ke arah kami atau lebih tepatnya ke arah Andre yang berada didepanku.

Dekat! Tidak, sangat dekat! Mungkin hanya berjarak satu meter dari kami.

Lari? Sial. Tidak akan sempat!

"Koman-"

Segera aku melempar Andre melalui kerah rompinya ke belakang sekuat tenaga. Namun, tentu saja itu masih belum cukup. Maka secara spontan aku berlari ke arah Andre berusaha melindunginya...

"Duarrr"

"Tiiiiingggg...Bukkk.."

Gelap. Hanya itu yang kurasakan saat ini.

Aku tidak dapat merasakan apa-apa selain suara berdengung ini.

Apakah aku sudah mati?

Ah, tapi jari tangan kananku masih dapat kugerakan.

Jadi aku masih hidup kah?

Perlahan, aku berusaha membuka mataku.

Terlihat samar, secara perlahan aku melihat bayangan-bayangan hitam mengelilingiku.

Bayangan itu ada yang tegak dan ada yang bergerak-gerak.

Perlahan namun pasti mataku kembali fokus lagi sehingga dapat melihat apa sebenarnya bayangan itu.

Ah, ternyata itu pasukanku yang mengelilingi dan berusaha melindungi ku ya?

Mulut mereka bergetar dan bergerak, tapi tidak ada suara?

Kurasa kupingku bermasalah akibat dengungan tadi.

"Ko-"  Salah satu orang itu mendekat padaku dan berusaha mengucapkan sesuatu. Dia dipenuhi debu dan luka disekujur tubuhnya, bahkan darah mengucur dari kepalanya.

"Kom...andan bertahanlah!" 

Akhirnya aku dapat mendengar lagi.

Kalau tidak salah ini suara Andre ya?

Jadi dia selamat ya. Syukurlah!

Tapi, hei kenapa kau menangis? Bukankah kau tentara? Mana bisa prajurit menangis seperti itu!!

Aku ingin berteriak seperti itu, namun aku tidak bisa.

Selain itu, aku juga tidak bisa mengerakan tubuhku.

Apa yang terjadi?

Perlahan,  sebuah perasaan panas dan nyeri terasa menyerang anggota anggota tubuhku, terutama dibagian kiri.

Tidak perlu waktu lama, rasa panas itu berubah menjadi rasa sakit yang benar-benar menyakitkan. Rasa sakit ini  belum pernah kurasakan selama hidupku.

Ditengah rasa sakit yang kuderita ini, didorong oleh perasaan penasaran akan apa yang sebenarnya terjadi pada tubuhku, perlahan aku berusaha menggerakan kepalaku dengan paksa untuk melihat tubuhku sendiri.

'' J-Jangan bergerak, Kapten!!"

Beberapa dari mereka yang melihatku bergerak mengucapkan itu.

Ah, jadi begitu! Tubuhku hancur kah? Pantas saja rasanya benar-benar menyakitkan.

Tubuh bagian kiriku benar-benar hancur. Tangan kiri serta kakiku putus. Pecahan proyektil granat menusuk perutku. Darah tidak henti hentinya merembes keluar dari luka itu.

Aku heran, kenapa aku masih bertahan dengan luka yang seperti ini?

'' Bertahanlah Kapten!! Medis cepat tolong Kapten!!! Cepat!!"

Menjawab perintah Andre, anggota medisku itu hanya bisa tertunduk dengan wajah pasrah.

"M-Maaf, komandan. T-Tapi lukamu!"

Iya, aku tahu itu.

"T-Ti.. dak apa! A-aku punya te.. rakhir un..tuk- uhuk.."

Ah, sial. Kurasa darah memenuhi paru-paruku. Bernafas saja sudah sangat menyakitkan saat ini. Namun,

Paksa! Paksa Glen! Walau itu sangat menyakitkan. Walau itu hanya satu kata. Berusahalah!

Aku terus mensugesti diriku karna aku merasa tidak punya waktu banyak lagi!

"S-Sam... paikan aku dapat ban.. yak... uhuk... pada Al...ex!"

"S-Sam...paikan, ay-yahkhu ahku ti.. daak men..ye sal!"

"Te-rima.. kha sih.. kalian se..mua telah b-ber...ju...ang bersamaku!''

Ditengah, rasa sakit didadaku aku tetap berusaha memaksa mulutku untuk mengucapakan pesan terakhir itu.

Sial... Baik tubuh bagian dalam maupun luarku terasa amat sakit!

Namun, perlahan perasaan sakit ditubuhku kini telah berangsur-angsur menghilang berganti menjadi perasaan dingin.

Sebuah rasa dingin yang aneh dan sangat menusuk.

Dan selain itu aku juga merasakan Ngantuk yang amat sangat. Apakah ini karna pendarahanku, sehingga aku merasakan kedinginan dan ngantuk? Ah bodo amatlah. semakin kupikir maka semakin sakit pula kepalaku. yah lagipula, mana bisa aku berpikir dengan rasa ngantuk yang sangat menusuk ini.

Rasa ngantuk ini benar-benar tidak dapat kulawan seolah menyuruhku melupakan semuanya dan tertidur.

Mataku terasa amat berat danpandanganku juga sudah mulai kabur.

apakah sudah waktunya ya?

Yasudahlah, kurasa ini sedikit nyaman buatku daripada rasa sakit yang menderaku tadi.

Sekali lagi aku mencoba mengatakan'' te...ri..ma kasih" untuk terakhir kali.

Dengan diiringi air mata dari anggota peletonku akupun menuruti rasa ngantuk ini dan memejamkan mataku. Tak kusadari sebuah senyuman dan air mata keluar dari diriku.

•••

Dengan begitu, Kapten Glen gugur dipertempuran terakhir ini.