webnovel

Arman Sang Penakluk

Bagaimana rasanya menyaksikan kematian gurumu di depan matamu? Itulah yang dirasakan Arman, seorang pemuda ras manusia yang hidup di keluarga sederhana. Suatu saat dirinya berguru pada seorang tetua, untuk menaklukan Kingdom lain dan menyatukan dunia! Namun...gurunya dibunuh? Kampung halamannya diserang? Arman yg berhasil bertahan hidup, kini hanya memiliki 1 tujuan. Membalaskan dendam gurunya! Dibantu oleh beberapa sahabatnya dari berbagai Ras serta kakaknya ridho, ia mencari kelompok badik merah yang dipimpin oleh seorang pejabat pemerintahan... Dapatkah Arman membalaskan kematian gurunya dan menjadi sang penakluk dunia penuh misteri ini? Siapakah dalang dibalik pembunuhan gurunya? Akankah Arman memilih balas dendam atau melupakannya? Petualangan penuh balas dendam, persahabatan antar Ras dan makna hidup... Baca hanya di "Arman Sang Penakluk" Saya akan selalu berusaha tiap hari untuk mengupdate ceritanya. Jangan lupa untuk selalu mendukung karya-karya lokal di webnovel. nb : mohon maaf jika dalam penulisan masih terdapat kekurangan, secara baru belajar dalam penulisan novel

Si_Koplak · Fantasy
Not enough ratings
402 Chs

Bab 246 - Pasukan Mayat Hidup Part 2

-------

Butuh setengah hari bagi Reza dan Elsa untuk kembali dengan setidaknya seratus orang. Sedangkan disisi lain, Dewi dan yang lainnya belum bisa kembali karena mereka perlu membantu guild petualang untuk mempersiapkan pertempuran yang akan datang. Sebaliknya, Dewi memberikan laporan kepada Indah, mengatakan bahwa karena perang dengan Kerajaan Tetangga, bala bantuan dari ibukota tidak akan bisa sampai ke Wonosari setidaknya selama setengah bulan. Itu pada dasarnya berarti bahwa mereka sendirian dan mereka perlu selamat dari pertempuran yang akan datang sampai bala bantuan tiba.

Setelah membaca laporan Dewi, Indah lalu memejamkan matanya dan mulai berpikir. "Aku ingin tahu di mana Arman sekarang berada. . . Jika dia ada di sini, apa yang akan dia lakukan? . . .' Setelah berpikir sebentar, Indah membuka matanya, dan melihat Reza yang bersemangat, Elsa yang tersenyum, dan beberapa pria dan wanita yang ketakutan. Ada sekitar seratus dari mereka berkumpul di sini.